Banyak yang bilang jika hidup ini seperti aliran sungai, kita hanya harus mengikuti arus airnya. Entahlah, meski kurang setuju, aku mencoba untuk pasrah sama takdir. Mungkin kerasnya hidup membuat aku lelah, apalagi tinggal di ibukota.
Perkenalkan namaku Gita (bukan nama sebenarnya). Sebagai anak gadis yang selama ini dibesarkan di kampung, aku tidak memiliki banyak pengalaman tentang cinta. Bahkan mungkin aku tidak percaya dengan yang namanya cinta. Ya sejak kecil aku hanya dibesarkan oleh seorang ibu, karena ayahku telah meninggalkan kami ketika aku berusia 1 tahun. Di saat aku berusia 5 tahun ibuku menikah lagi dengan seorang duda beranak 1, sebut saja namanya Om Dedi. Dari pernikahan sebelumnya Om Dedi memiliki seorang anak cowok yang 7 tahun lebih tua dariku, namanya Ryan. Sejak kecil kami hanya bertemu beberapa kali, karena Ryan lebih memilih untuk ikut ibunya ketimbang ikut keluarga kami.
15 tahun berlalu, dan setelah sekian lama tidak bertemu, Ryan berkunjung ke rumah kami dan mengatakan bahwa ia ingin mencari pekerjaan di ibu kota. Dari sinilah kisah kami dimulai.
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa akan melakukan hubungan terlarang dengan saudara tiriku. Jangankan berhubungan badan, berpacaran saja aku masih enggan. Aku tidak percaya dengan yang namanya cinta. Mungkin trauma masa kecil keluargaku yang membuat aku malas untuk mengenal cinta.
Ryan sungguh baik, sikapnya hangat dan untuk pertama kalinya aku merasa dilindungi oleh seorang laki-laki. Mungkin karena dia menganggap aku adalah adiknya. Tetapi lama kelamaan aku merasakan hal lain. Tanpa sengaja, aku sering melihat Ryan tidur hanya mengenakan celana dalam. Ya awalnya badanku gemetar melihat ada yang membonggol di balik celana dalamnya. Lama-lama aku semakin penasaran dan membayangkan yang bukan-bukan. Sungguh kotor pikiranku saat itu. Aku juga tak tahu kenapa bisa punya pemikiran yang sekotor ini, mungkin ini efek pubertas yang terlambat. Libidoku sering memuncak tidak karuan.
Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan Om Dedi, mereka ada acara keluarga di luar kota. Tinggal aku dengan Ryan di rumah, padahal sebelum mama pergi Ryan mengeluh kurang enak badan, karena itu dia tidak berangkat kerja dan sudah 3 hari dia tidak bekerja. Aku menjadi kasihan padanya meskipun ada asisten rumah tangga kami.
Aku kasihan melihat Ryan yang selama ini baik padaku, karena itu aku berusaha untuk merawatnya. Pagi selesai mandi aku datang ke kamar Ryan, sambil membawakan sarapan dan teh hangat untuknya, ternyata dia berada di dalam kamar mandi.
Entah darimana aku mendapat keberanian sampai berani mendekat ke kamar mandinya, lalu aku mengintip apa yang dilakukan Ryan di dalam sana. Ternyata Ryan sedang memainkan kemaluannya dengan tangannya sendiri. Aku gemetar dan akhirnya akupun merasakan gairahku bangkit dan tanpa malu sedikitpun aku masuk ke dalam kamar mandi Ryan.
Ryan tidak lagi malu padaku, dia sepertinya juga sadar kalau kami juga bukan saudara sedarah. Kontol Ryan semakin membesar dan semakin tegak berdiri. Diapun melepaskan semua pakaianku. Pagi itu kami berdua telanjang bulat di kamar mandi.
SUHU DOMINO
Ryan segera menarikku dan menyuruhku untuk duduk diatas kontolnya. Tanpa banyak kesulitan kontolnya mampu menyusup ke dalam kemaluanku, akupun mendesah sambil melingkarkan tangannku pada lehernya “Yaaaccchhhhh… aaaagggghhh… yaaaaacchhh..… itu..yaannn…. aaagggggghh… aaaaaagggghhhh.. aaaggghh..” Aku mengimbangi goyangan pantat Ryan, dan dia sepertinya puas dengan hal itu terlihat dia terus menatapku dengan tajam.
Desah nafas Ryan begitu berat dan membuat akupun keraanjingan “Aaaaaagggghhh…. ryannnn… aaagggghhhh… aaaggggghhh… teruuuuuus… please… ” Senjata Ryan yang keras terus keluar masuk di kemaluanku. Tanpa merasa keletihan sedikitpun diapun menciumi wajahku dan aku membalasnya dengan mesra juga.
Hingga kurang dari setengah jam kami bergoyang akhirnya Ryanpun mengerang panjang “OOoouuggggghhh…. aaaggggghh… aaaagggghhh… aaaaaggggghhh… aaaaaaggghh…” Dia menekan lebih dalam kontolnya hingga akupun merasakan lendir kental yang mengalir dalam kemaluanku, aku peluk tubuh Ryan dan diapun memeluk tubuhku. Kami begitu puas melakukan adegan terlarang ini.
Hingga akhirnya aku segera bangun karena takut sampai ketahuan oleh pembantu yang akan segera datang. Tapi sejak saat itu aku sering melakukannya dengan Ryan ketika ada kesempatan, dan anehnya aku tidak merasa menyesal sedikitpun bahkan dalam hatiku aku merasa ada perasaan pada Ryan, seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Aku tidak lagi memikirkan kalau Ryan adalah kakak tiriku.
6100GAME SUHU DOMINO