Menjual Tubuh Kakakku

Menjual Tubuh Kakakku

SUHU DOMINO

6100game - Suatu hari, ketika aku pulang kuliah sore, aku menyempatkan diri ke kamar adikku mau mencari buku komik kesukaanku yang baru dipinjam tiga hari oleh adikku. Saat mencari-cari aku tidak sengaja menemukan beberapa VCD Porno di meja belajarnya dicampur dengan CD CD PSnya, aku kaget bukan main, karena tidak menyangka adikku suka nonton film-film porno, aku juga curiga akhir-akhir ini, ia pendiam, dan jarang ngobrol denganku, dan yang paling mencurigakan adalah ia barusan mengisi film kamera digitalnya dengan alasan mau memfoto-foto gadis yang mau diincarnya selama ini, aku tidak menyangka gadis yang dia incar selama ini adalah aku sendiri, saudara kandungnya. Tetapi karena orang tuaku sedang keluar kota, aku jadi tidak bisa memberitahu mereka tentang VCD pornonya selama ini, jadi aku biarkan saja. Besoknya, saat aku hendak pergi kuliah pukul setengah satu siang, dan kebetulan hari itu adikku sudah pulang dari sekolah, ia mengajak 3 orang temannya masuk ke dalam rumah dan nonton TV bersama, mereka adalah Andi yang bertubuh kekar dan berkulit hitam legam, Beno yang berbadan gemuk tapi agak pendek, dan Carly yang kelihatan paling tua karena berbrewok agak lebat, mungkin umurnya sama denganku atau bahkan lebih tua.

Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Saat aku mau berangkat, aku sempat curiga dengan sikap adikku karena dia melihatku terus-menerus dan nafasnya juga agak terengah-engah, aku hanya mengira ia cuma kecapean pulang dari sekolah, ternyata tidak sebab tiga temannya tidak ada yang merasa kecapaian. Ia terus memandangi tubuhku dari atas kebawah, aku jadi agak takut apakah dia merasa terangsang melihat tubuh dan bajuku yang seksi, sebab aku memakai Hem ketat putih lengan pendek, BH ku yang berbentuk tali dan berwarna hitam untuk menutupi Teteku yang berukuran 36 B terlihat jelas karena memang agak transparan. Dan aku memakai celana jeans sangat ketat dengan sebagian CD ku nampak, dan Pantatku yang bulat dan sering diremas oleh kondektur bis saat naik dan turun dari bis kota terlihat lebih menonjol, apalagi kulitku juga putih bersih karena aku keturunan Arab dari ayahku dan ibuku orang bandung. Aku memakai baju seksi ini karena aku mau tampil menarik di depan pacarku yang namanya Randy yang baru 3 hari jadian. Saat mengambil kunci motorku, aku semakin penasaran karena teman-teman adikku memberikan uang ratusan ribu kepada adikku dan juga ikut memandangi tubuhku saat aku jalan di dekat mereka. Aku menduga mereka merasa terangsang oleh bau parfumku yang memang agak menyengat dan bertujuan untuk memberi rangsangan kepada cowok.

SUHU DOMINO

6100game


Saat aku hendak membuka pintu, dari belakang secara tiba-tiba aku disekap oleh tangan yang hitam, agak bau dan kotor, ternyata tangannya si Andi teman adikku, aku kaget dan berontak tetapi sia-sia karena dia lebih tinggi dariku dan badannya juga lebih besar berkulit hitam dan karena aku melawan terus aku dipukul perutku oleh Gafi (adikku) sendiri, sehingga aku jadi lemas. Kemudian Beno teman adikku yang lain mengangkat kedua kakiku dan menggendongku bersama Andi ke ruang TV, sementara Carly mengeluarkan VCD Pornonya dari dalam tas, kemudian menyetelnya ke TV, mereka tersenyum-senyum, apalagi adikku lebih gembira sambil menghitung uang dari teman-temannya, aku sudah mengerti itu pasti uang untuk menikmati tubuhku yang masih suci ini untuk di entot bersama-sama oleh mereka.

Aku sudah pasrah hanya bisa meneteskan air mata ketika bajuku mulai dilepas kancing bajuku satu-persatu sambil diraba-raba dan diremas-remas teteku oleh mereka, sementara wajahku diciumi, dijilati dan sedikit digigiti hidungku yang memang lebih mancung dari hidung adikku ini oleh Gafi, Beno melepaskan ikat pinggangku dan melepaskan celana jeansku, kemudian ia melucuti celana dalamku perlahan-lahan sambil meraba-raba pahaku," Wow paha Mba’ putih dan mulus banget hmm... Harum lagi " Sementara bagian atas, Andi sudah tidak sabar dan langsung menarik dan melepas tali BH ku, akhirnya aku telanjang bulat, mereka memandangiku seperti hewan kelaparan yang hendak memangsa buruannya sambil membuka seragam SMU Negeri mereka. Adikku langsung menerkam aku, aku hanya bisa memohon. " Jangan Dik, aku ini Mba’mu..." Tapi dia sudah tidak sabar dan langsung meremas-remas teteku yang masih kencang dan putih bersih ini, lalu ia menggigit putingku yang belum pernah tersentuh lelaki lain hingga memerah, dibagian bawah kakiku Carly menggerayangiku dengan menjilati dan menggigiti " bulu-bulu "ku yang masih lebat.

Adikku melumat bibirku, lalu kebawah sambil menjilat-jilat kulit tubuhku sampai ke alat Vitalku dan melumat Vaginaku yang masih suci itu, aku hanya bisa menangis, lalu adikku mulai menegakkan kontolnya sepanjang 19 cm itu ke atas vaginaku, dan bicara. " Ok Mba’ waktunya ngambil keperawananmu Mba’... He he he " Jangan Fi, pleass… Ooch... Aduh.. Aauw sakit Fi " belum selesai aku bicara sudah dimasuki kontol adikku. " Aach... Uuch masih seret tapi enak... Bener Mba’, vaginamu ini Mba’ ! " Meski agak sulit menembus vaginaku karena masih perawan, tapi ia terus memaksa sekuat-kuatnya. " Aach... Waow nikmatnya bukan main vaginamu Mba’… Ooch… Yes ! " aku merasa kesakitan " Aach... Uuch... Udah Dik, sakit ! " Saat aku menjerit-jerit tiba-tiba mulutku disumbat kontol yang lumayan besar, panjang, berwarna hitam dan bau air kencing ternyata itu penisnya Andi. "Ayo Mba’ di Isep nih Kontolku Ha... Ha... Ha, " aku hanya menangis terus, karena vagina dan mulutku dihujam kontol yang besar. " Mmph... Mmpphh " Selama 10 menit Gafi mengeluarkan Kontolnya dan bergantian dengan 3 orang temannya, dan akhirnya selama setengah jam mereka menyemprotkan sperma mereka ke lubang vaginaku, hanya Beno yang mengeluarkan spermanya ke mulutku.

6100game

Dan mereka merasa senang dan puas melihat aku menderita, setelah puas mereka mengikat tangan dan kakiku agar tidak kabur meskipun aku juga tidak mungkin bisa lari karena tubuhku sudah sangat lemas, dan mereka istirahat sambil merokok, minum-minuman penguat tenaga, kukira semua penderitaan ini sudah selesai. Satu jam kemudian setelah mereka merasa kuat karena minum jamu dan penguat tenaga lainnya, mereka melepaskan semua tali yang mengikatku, kemudian mengentotku lagi secara lebih brutal, Carly meletakkan aku di atasnya dengan posisi telentang dan langsung menghujam bolku dengan kontolnya sambil meremas-remas teteku dari bawah yang sudah mengencang kuat. " Aach... Ooch bolmu seret Mba’, tapi wuenak tenan, " Aku hanya dapat menjerit kesakitan sambil menangis. " Aach... Jangan… Ooch.. Sakit Mas " Lalu adikku menghampiriku, dia berada tepat diatasku dan mengangkat kedua kakiku supaya mudah posisinya dan langsung memasukkan kontolnya yang sudah menegang akibat efek minuman tadi ke vaginaku yang masih mengeluarkan sedikit darah keperawanan, sambil berebutan dengan Carly yang sama-sama sedang meremas-remas teteku yang semakin mengencang.

Aku hanya bisa mengerang kesakitan. " Aach... Uuch... Jangan Gaf, kumohon sudah aja… Aach sakit... Oochh ! " saat mulutku menganga menjerit tiba-tiba disumbat oleh kontol Andi. " Mmph... Mmpphh " Aku tidak bisa menjerit, semua lubang ditubuhku seperti mulut, vagina, dan bolku sudah disumbat kontol berukuran besar dan panjang, karena ini pemerkosaan kedua jadi tidak selama yang pertama hanya 15 - 20 menit, sampai mereka menyemprotkan sperma mereka bersamaan. Tapi karena Beno belum "menyerangku " dalam aksi keduanya, ia bergantian dengan adikku yang sudah lemas, ia menyuruhku berganti posisi dengan berlutut di sofa, ia mulai menjilat-jilat dan menampar-nampar pantatku ini berkali-kali hingga memerah. " Wow Pantat Mba’ gede juga, mulus lagi " Karena vaginaku masih terbuka ia langsung menghunjam keras secara cepat sambil menarik-narik putingku selama kurang lebih 15 menit. " Aachh... Uuch… Sakit Mas udah dong Mas, aku dah cape sekali nih ! " Dan tubuhku yang sudah lemas ini dibalik dalam posisi telentang, lalu ia mengocokkan kontolnya dan mengeluarkan spermanya tepat diatas dadaku dan meratakan dengan kedua tangannya sambil meraba-raba tubuhku. Kini seluruh tubuhku berlumuran sperma seperti mandi sperma dari wajah hingga Pantat dan pinggul. Setelah merasa puas, adikku mengambil kamera digital dan memfotoku berkali-kali dengan posisi berbeda-beda dalam keadaan telanjang bulat, basah berlumuran sperma dan memasukkan ke komputer untuk dikirim ke internet dengan cara mendownload ke sebuah website.

Dan mengancamku untuk tidak buka mulut kepada siapapun dan kalau bocor rahasia ini, akan disebar foto-foto bugilku ke kampusku termasuk pacarku melalui email teman-temanku baik cowok maupun cewek, ia mengetahui email teman-temanku karena sudah membaca-baca buku catatan harianku, akhirnya aku pilih diam saja. 4 hari sesudah itu, adikku pulang bersama mereka lagi dan mengajak 5 orang teman lain untuk mengentotku lagi, rupanya mereka sudah mulai ketagihan dengan tubuhku ini, itu sudah pasti karena tubuhku ini hanya dijual murah oleh adikku, setiap orang membayar adikku Rp 500.000 untuk memperkosaku tanpa kondom sepuas-puasnya tapi jika memakai kondom hanya membayar Rp 300.000. Totalnya 8 orang tanpa adikku, karena adikku cuma menerima uang dari teman-temannya dan menghitungnya. Mereka berdelapan memperkosaku secara bergantian dan kadang bersamaan dengan lebih menyakitkan karena mereka juga menyiksaku secara hardcore (terus terang aku mengetahui arti hardcore setelah tragedi ini), adikku tidak ikut mengentotku karena setiap malam ia mengentotku terus dengan berbagai macam gaya yang ia tonton di VCD pornonya. Seminggu bisa 4 sampai 5 kali aku diperkosa teman-teman adikku, kadang sendirian kadang berkelompok, siang dan sore. Tetapi malam harinya oleh adikku sendiri.

Tamat.



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Menodai Kakak Pacarku

Menodai Kakak Pacarku

SUHU DOMINO

6100game - Siang itu, ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil.

"Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana."
"Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?"
"Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah."

Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vita memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil. Vita pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku.

Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vira, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu.

Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Mita, kakak Vita, untuk membuka pintu.

"Loh, enggak kerja?" tanyaku.
"Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor," jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.
"Nyokap ke mana?" tanyaku lagi.
"Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan," kata Mita, "Kamu mau duduk di mana Doni? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum."

Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya. Aku memang akrab dengan kakak Vita ini, umurnya hanya sekitar dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Mita, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong.

Setelah beberapa lama menunggu Vita di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa. Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Mita ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning.

Mita memang sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.

Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri.

"Ta, ada koran enggak yah," kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu.
"Lihat aja di bawah meja," katanya sambil lalu.

Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat. Ah, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya.

"Aku ingin dada itu," kataku membatin. Aku membayangkan Mita dalam keadaan telanjang. Ah, 'adikku' bergerak melawan arah gravitasi.

"Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vita lho!," Mita menghardik.

Dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Mita akan mengatakan ini semua ke Vita.

"Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!"
"Astaga, Mita, kamu.. kamu salah sangka," kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Mita makin naik pitam.
"Saya bilangin kamu ke Vita, pasti saya bilangin!" katanya setengah berteriak. Tiba-tiba saja Mita berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.
"Mita, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa," aku sedikit memohon.
"Ta, tolong dong, jangan bilang Vita, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu," kataku mengiba sambil mendekatinya.

Mita malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya.

"Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!," katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik.
"Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran," kataku.

Namun, situasi telah berubah, Mita malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam.

"Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!," kata Mita.

Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya. Merasa terancam, Mita malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi. Tak sengaja, aku justru menindih tubuh halus itu.

Mita terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya. Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut.

SUHU DOMINO

6100game

Tak ayal, sepersekian detik itu pula Mita meronta-ronta. Mita berteriak, "Lepasin! Lepasin!" dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku. Mita berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, "Hmm!" saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku.

Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Mita. Dan, Mita sepertinya pantas untuk diperkosa. Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.

Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Mita untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku mendapatkan caranya.

Tanpa diduga Mita, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Mita bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang.

Kaki Mita yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalam pinknya. Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Mita.

Astaga! Berhasil!

Mita jadi setengah bugil. Satu dua detik Mita pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Kugunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Mita sadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah siap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Mita jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas. Jembutnya hanya menutupi bagian atas vagina. Mita ternyata rajin merawat alat genitalnya.

Pekikan Mita berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik,

"Mita, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi saya perkosa?"

Mita tiba-tiba melemas. Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Mita cuma berujar sambil mengisak,

"Doni, please.. Jangan diapa-apain saya. Ampun, Don. saya enggak akan bilang Vita. Beneran."

Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya. Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Mita tak bisa mengelak.
Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat itulah titik balik segalanya. Mita seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah.

Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan telunjukku di vaginanya. Aku permainkan kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Mita berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya.

"Jangan Don," pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya. Dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. "Adik"-ku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan penisku ke vaginanya.

Mita sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.

6100game

Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala penis bersentuhan dengan vagina, Mita masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan. Vagina Mita seperti berkontraksi. Mita tersadar,

"Jangan.." teriaknya atau terdengar seperti rintihan.

Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit lebih keras, Mita sedikit menjerit, setengah penisku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada di dalam vaginanya. Mita hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung. Kugoyangkan perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa vagina Mita mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi.

Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Mita masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus. Payudara Mita begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Mita hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.

Aku buka kaos Mita, kemudian BH-nya, Mita menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Mita putih menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku. Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung vagina Mita.

Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Mita mendesah lepas, tak tertahan lagi.

Aku mulai mengencangkan goyanganku. Mita mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan, "Ah.. ah.."

Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Mita yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku."Aaahh," lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Mita. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan penisku berdenyut makin keras dan sering.

Bibir Mita yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Mita membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya.

Vagina Mita kali ini cukup terasa mencengkeram penisku, sementara denyut di penisku pun semakin hebat.

"Uhh," aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya.

Tepat saat itu juga Mita memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, "Aahh". Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku. Mita terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Mita awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di vaginanya.

Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya.

Grreekk. Suara pagar dibuka. Vita datang! Astaga! aku dan Mita masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan..

Tamat.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Aku Diculik Tiga Cewek

Aku Diculik Tiga Cewek

SUHU DOMINO

6100game - Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.


Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.


Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.


Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.


"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.


Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.


"Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya.


"Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat.


Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.


"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.


"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.


"Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya.


Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan aku juga belum kenal namanya.


Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah menggelayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.


"Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.


"Anggi", sahutku.


"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.


"Kalau aku sih biasa dipanggil Rina", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.


"Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.


"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Anggi?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku", katanya meminta.

SUHU DOMINO

6100game

Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.


"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.


"Boleh", sahutku.


Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Rina banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Rina memang pandai membuat suasana jadi akrab.


Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Rina yang mengajak pulang lebih dulu.


"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.


"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.


"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan.


"Kamu sendiri..?"


Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.


"Ikut aku yuk..", ajaknya langsung.


Belum juga aku menjawab, Rina sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Rina malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Rina langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Rina menahan dan memaksaku untuk singgah.


"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Rina memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.


"Tunggu sebentar ya..", kata Rina setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.


Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Rina. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.


Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.


"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Rina tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.


Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Rina bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Rina mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Rina menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Rina yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.


"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.


Tapi tidak ada yang menjawab. Rina sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Rina saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.


Sekujur tubuhku jadi bergetar hebat seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Rina yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Rina. Aku hanya bisa merasakan seluruh batang penisku berdenyut-denyut nikmat.


Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.


Aku benar-benar tidak berdaya ketika Rina duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Ria dan Tari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.


Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.


Sementara itu Rina semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Rinapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Rina terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Rina yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Rina terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.


Tetapi Rina rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Rina sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Rina kembali memasukkan batang penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Rina menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.


Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Rina memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Rina tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Rina berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Rina melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Rina tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Rina. Saat Rina mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..

6100game

Setelah Rina baru saja mendapatkan orgasme, Rina menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Tari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Rina. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dalam keadaan tubuh bugil di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.


Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?


Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.


Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itu tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.


Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.


Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.


Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.


Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Rina, Ria atau Tari Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.


"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.


Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.


"Bapak ini siapa?", tanyaku


"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.


"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.


"hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.


"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.


"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.


Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.


Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.


TAMAT.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Akibat Bertanya Kepada Orang Yang Salah

Akibat Bertanya Kepada Orang Yang Salah

SUHU DOMINO

6100game - Warung yang menjual minuman keras itu, terletak jauh dari keramaian di pinggir kota . Warung itu selalu buka dan hampir tak pernah tutup . Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, bandit, rampok, pembuat onar. Tempat itu menjadi sarang penjahat.

Sejumlah preman terlihat sedang asik minum-minum. Empat dari mereka bermain kartu remi yang sudah lusuh. dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Jony. Mereka sedang merencanakan perampokan terhadap toko emas di kota

Setelah berbicara cukup lama, Jony menyalakan rokoknya, lalu berjalan ke luar warung. Matanya menerawang jauh, menatap jalan kecil yang mulai gelap itu. Sampai matanya agak memicing, karena silau, tersorot lampu mobil.

Suzuki Carry itu tepat berhenti di samping Jony. Perlahan kaca gelap mobil itu terbuka, dan terlihat sosok gadis muda. “malam pak, numpang tanya, perumahan cemara indah, dimana pak..” suara gadis itu begitu lembut, membuat birahi Jony jadi bangkit .

Jony menatap gadis itu, dia tersenyum, di otaknya mencari cara, untuk memperdaya gadis itu.

“sebenarnya bisa lewat jalan ini terus lurus, tapi jalan di depan ada galian kabel, jadi harus muter, terus lewat gang kecil di sebelah sana..” kata Jony membohonginya.

“Oh, lewat jalan gang .. yang mana yah pak..” kata gadis itu lagi . “ wah jalannya sempit dan rusak, terus agak belok belok..” kata Jony lagi.

Gadis itu diam, sepertinya binggung. “ begini saja, biar saya antar, saya naik motor, nanti kamu ikuti motor saya..” kata Jony .

Gadis itu tersenyum, “ wah, terima kasih, jadi repotin bapak saja nih..” .

Jony tersenyum, jantungnya berdetak lebih cepat, rencananya sudah makin mendekati ke mangsanya. Jony tersenyum lagi lalu berkata“ tidak apa apa koq, tapi saya mau makan dulu yah.. di warung dalam sana.. kamu tunggu saja sebentar..”.

Jony berencana, untuk mengepungnya bersama teman temannya dan membawanya masuk ke warung itu.

Tapi di luar dugaan Jony, gadis itu malah turun dari mobil suzuki carry itu. “eh pak, saya juga agak haus .. saya ingin minum juga..” katanya.

Itu langkah yang salah, gadis itu tak menyadari banyak serigala lapar di dalam sana.
Jony tersenyum sekali lagi, dan menatap gadis itu. Yang berpakaian seksi dan sensual. Dia mengenakan gaun pesta. Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya agak terlihat.

Buah dada gadis itu tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun pesta itu.

Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut, membuat kakinya yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, gadis itu berjalan perlahan, masuk ke dalam warung itu. Rambutnya yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya.

Setelah gadis itu berada di dalam warung itu, Dia tidak yakin apakah memang tempat ini baik, setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali kenapa bisa sampai ke tempat ini.

Gadis itu mulai grogi, dia terus dekat Jony yang asik melahap mie instan rebus, lalu memutuskan untuk memesan teh botol dan sambil berdiri menunggu sebentar.

Keempat orang yang sedang bermain kartu remi memandanginya dengan mata melotot penuh nafsu birahi. Gadis itu sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Dinda beradu pandang dengan mereka. Tak lama, suasana semakin memanas.

“pak, ayo tolong antarkan saya.” kata gadis itu pada Jony. Jony tersenyum “sabar yah, oh iyah nama kamu siapa sih”. Gadis itu tak menjawab. Tapi Jony bertanya lagi “eh, nama kamu siapa ?”. “Dinda“ jawabnya singkat.

“Oh nama kamu bagus juga, “ kata Jony. Dinda berkata lagi “ayo pak, nanti saya bayar ongkosnya, tolong bapak antar saya sekarang“.

Jony tersenyum sinis, lalu tangannya hinggap di pantat Dinda dan merabanya. Gadis itu tersentak “eh.. jangan kurang ajar yah..” katanya. Jony tersenyum menyeringai “he he he baru gitu aja loe udah marah, gimana kalo gua entot loe..”.

Nada bicara Jony berubah, yang tadinya lembut, sekarang jadi kasar. Dinda menyadarinya, ini tidak baik. Segera dia menuju ke pintu, untuk pergi dari sana. Tapi terlambat, dua orang bandit berada di depan pintu. Mereka berdiri sambil mengusapi selangkangan mereka.

"Hei Non, gimana kalo loe buka baju loe, jadi kita bisa senang senang!" seseorang dari mereka berkata. "Gimana kalo kita nyanyi sama-sama, sambil telanjang Non?" yang lain menimpali.

Dinda mulai panik, “ minggir, saya mau pergi ..” katanya.

Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahunya serta mendorongnya duduk di kursi sementara preman itu sendiri duduk di sebelah Dinda. “Hei, apa apaan nih..” kata Dinda

Kemudian tanpa aba aba, preman itu menjilat dan mencium telinga Dinda. Dinda berontak, dan menjerit “apa apaan nih, bajingan…“. Lalu tangan Dinda reflek menampar pipi preman itu. Teman temannya yang lain tertawa tawa.

Tiba tiba, preman itu mencabut belatinya, dan menancap belati itu di kursi kayu yang di duduki Dinda, tepat di antar kedua paha Dinda. Untungnya belati itu tak sampai melukai pahanya.

Dinda hanya bisa memandangi belati mengkilap itu dengan mulut terbuka tak percaya kejadian ini harus menimpa dirinya.

Ketika Dinda tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Dinda, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Dinda. “Hei, apa apaan nih tolong, jangan“. Dinda meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan.

“Hei, jangan gangu dia, dia milik gua..” bentak Jony. Dan preman itu melepaskan tangannya.

Jony segera mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang preman memegang tangan Dinda yang terus berusaha meronta dan menjerit, “Tolong.. tolong… lepaskan… jangan…” dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata “yah terus menjerit.. gua suka dengar suara jeritan loe…”

Wajah Dinda memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya.

Tapi dua dari preman itu segera menarik tangannya, dan membawanya ke meja kayu yang biasa dipakai buat makan. Dinda terus meronta. Tangan preman itu menjambak rambutnya. Akhirnya mereka berhasil membawa dan membaringkan Dinda di meja kayu itu.

Kemudian kedua tangannya di ikat pada kaki meja. Kini tangan Dinda terikat, satu ke kiri dan satu kekanan. Kini Dinda terbaring tak berdaya, dengan tangan terikat seperti di salib. Hanya kakinya yang bergerak menendang nendang tanpa arah. Juga jerit tangisnya yang memilu.

“Yah, terus berontak, gua suka sekali melihatnya..” kata Jony tertawa. Dinda terus berontak, dan menangis memohon dilepaskan. Tapi Jony hanya tertawa. “eh, loe orang minggir, liatin gua aja yah, cewek ini punya gua..” kata Jony pada teman temannya.

Teman temannya hanya tertawa tawa.

Lalu Jony segera merobek gaun Dinda, dengan bantuan belatinya. Sekali tarik gaun itu lepas seluruhnya di sertai jeritan Dinda.

Semua mata langsung tertuju pada tubuh Dinda yang hanya memakai celana dalam hitam, dan juga bra yang hitam.

Jony merangkak naik keatas meja. Tapi Dinda segera menendangnya. Jony cepat tanggap dan menangkis tendangannya, lalu memukul keras perutnya, Dinda menjerit kesakitan “aduh, ampun jangan pukul…”.

Jony pun turun lagi, dan mengikat kedua kakinya pada kaki meja itu. Kini Dinda benar benar tak berkutik. Dia terikat diatas meja dengan kaki terbuka lebar.“ Ha ha cewek sialan loe, ayo berontak lagi..” kata Jony.

Dinda hanya bisa menitikan air mata. Dan Jony pun segera mendekatkan mukanya pada selangkanan Dinda, menciumi aroma vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya. Dinda menggelinjing dan memohon “tolong hentikan jangan lakukan ini…”. Tapi itu sia sia saja.

Jony terus saja menciumi celana dalamnya, dan tak lama dengan belatinya itu dia merobek celana dalam dan Bra Dinda. Kini tubuh Dinda terbuka, tanpa sehelai benang pun. Jony menatap tubuh telanjang gadis itu, demikian juga preman preman bejat lainnya.

Buah dada Dinda yang montok, vaginanya yang kecil dengan sedikit bulu bulu kemaluannya. Jony segera mendekat ke vaginanya. Dengan dua jarinya dia membuka lebar bibir vagina Dinda.” wah, memek loe masih bagus yah, apa loe masih perawan..” kata Jony.

Dinda tak menjawab, hanya terisak tangis. Jony pun mejulurkan lidah menjilati klitorisnya. Dinda menggelinjing dan meronta “sudah tolong hentikan”. Jony terus saja bernafsu melumat vagina Dinda. Membuat Dinda terus menggelinjing .

“aghhh“ jerit Dinda, ketika Jony memasukan dua jarinya ke liang wanita Dinda. Jari Jony menyolok nyolok vagina Dinda dengan cepat. Jerit kesakitan Dinda malah semakin membuat gerakkan jari Jony liar. Jony mengorek ngorek liang vagina Dinda, lalu menarik jarinya keluar.

Jony mencabut jarinya, menatap jarinya yang basah, lalu kembali memasukan jarinya ke liang vaginanya. “rupanya, loe udah gak perawan yah.. dasar perek” ejek Jony .

Kembali jarinya menyodok nyodok vagina Dinda, membuat Dinda mengeram pedih.

Setelah Jony puas memainkan vaginanya, Jony melepaskan ikatan Dinda dan langsung menariknya turun dari meja kayu itu. Dinda tersungkur di lantai dan Jony membuka celananya dengan penis yang sudah ngacung keras.

Tiba-tiba, Jony menjambak rambut Dinda dan menariknya, Dinda menjerit kesakitan “ahhhh , tolong ampun…”.

Jony memerintahkan Dinda untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Dinda.

Jony memajukan penisnya mendekati muka Dinda, penisnya yang sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Dinda untuk membuat Dinda membuka mulutnya. Dinda meronta, tapi Kembali Dinda menjerit keras, “Ahhhh … “ ketika satu pukulan tepat di mukanya.

SUHU DOMINO

6100game

Ketika Dinda kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, Jony segera mendorong penisnya ke dalam mulut Dinda dan mulai mendorong dan menarik kepala Dinda.

Kepala Dinda bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Dinda yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Dinda tersedak, tapi Jony tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Dinda.

Air mata mulai meleleh di pipinya. Sambil Dinda dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya. Jony kemudian menarik penisnya keluar, lalu mendorong lagi.

Setelah kira kira 10 menit, Jony menekan masuk penisnya. Dinda tersedak, dan terasa sperma Jony muncrat di tenggorokkannya. Setelah penis itu benar benar terlepas dari mulutnya, Dinda segera memuntahkan sperma yang memenuhi mulutnya.

Seorang dengan perut buncit dan tangan penuh tatto segera menghampiri Dinda, membuka resleting celananya kemudian menjambak rambut Dinda dan mulai mendorong masuk penisnya dalam mulut Dinda mengantikan Jony

Menggerakan penisnya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Dinda. Semua orang dapat mendengar suara dahi Dinda yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Dinda yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya.

Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasme ia mendorong kepala Dinda hingga hidung Dinda terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Dinda.

Dan dari sudut mulut Dinda sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Dinda. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Dinda. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Dinda, Dinda megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya.

Dua orang kemudian memegangi Dinda sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Dinda sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock.

Ketika semuanya telah telanjang bulat, kembali Dinda diangkat dan diletakan di atas meja kayu dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Dinda terbuka lebar dan tubuhnya terlentang.

Jony kembali mendekat dan naik ke atas meja. Perlahan ia menggosokan penisnya yang besar ke kaki Dinda. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Jony yang panjangnya hingga 25 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Jony memerintahkan orang di dekat kepala Dinda untuk mengangkat kepala Dinda hingga Dinda bisa melihat ketika penis Jony mulai masuk ke vagina Dinda.

Orang yang memegangi kaki Dinda berusaha membuka kaki Dinda lebih lebar. Dengan satu kali dorongan keras, penis Jony dengan keras memasuki vagina Dinda. Dinda menjerit sekeras-kerasnya, “AaHHHGG . . .” dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Jony memperkosa dirinya.
Jony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Dinda. Ia tersenyum setiap kali Dinda menjerit kesakitan.

Ketika Jony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Dinda dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Dinda.

Mereka mulai dengan memainkan buah dada Dinda dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Dinda terus menjerit, “ahhhggg ampun Ahhhh hentikan tolong….” .

Kaki Dinda diangkat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Dinda.

Beberapa menit kemudian jeritan Dinda hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Jony tetap memperkosa Dinda tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Jony menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Dinda, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga.

Kepala Dinda terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Dinda “AGHHHH………”. Jony mengejang beberapa saat penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Dinda. Setelah Jony mencabut penisnya, sperma pun berhamburan keluar dari liang vagina Dinda yang membengkak dan memar.

Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan Dinda dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya.

Dinda hanya bisa berbaring, menangis, tubuhnya mengejang kesakitan. Kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Ia telah diperkosa, dilecehkan, harga dirinya di injak injak.

“Eh perek , kenapa nangis, Loe mustinya nikmatin, soalnya masih banyak cowok yang antri, semua mau cobain memek loe, kita baru aja mulai!" katanya pada Dinda.

Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Jony turun. Sekarang, Dinda dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan membuka kembali dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Dinda, ketika ia merasa tubuhnya seperti dirobek oleh penis yang masuk. Dinda mengerang lagi “aghhh sakit…”

"Loe jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!" bentak orang itu.

Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Dinda akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Dinda hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai.

Sekarang Dinda hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah ia alami.

Tak lama preman itu menyemburkan spermanya ke dalam vagina Dinda yang sudah terisi oleh sperma Jony. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Dinda.

Dinda tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Dinda lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya.” Sudah tolong lah Ahhh saya, sudah tak kuat, ahhh sakit…”.

Tapi Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Dinda keras-keras hingga Dinda menjerit kesakitan. “AHHGGG sakit hentikan tolong…”. Dan menarik puting susunya dengan kuat “AGHH sakit ampunnn…”

"Jangan berisik! Lo belom ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!" bentaknya pada Dinda.

Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Dinda. Dinda sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya.

Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Dinda. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Dinda membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Dinda. Sehingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu.

Ketika orang itu puas ia menarik rambut Dinda dan menamparkan penisnya ke wajah Dinda. "satu-satunya yang boleh loe mohon cuma ini tau? Loe sendiri yang masuk ke sini pake pakaian merangsang kayak perek, dan loe mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti" Orang itu membentak Dinda.

Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Dinda sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Dinda, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Dinda kemudian menarik rambut Dinda untuk membersihkan penis mereka.

Dan ketika orang yang terakhir selesai Dinda berbaring hampir tak sadarkan diri.

Wajah, buah dada, dan puting susu Dinda seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Dinda. Dinda tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Dinda harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya.

Rambut Dinda yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Dinda hanya berbaring di atas meja, kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya.

Vagina Dinda tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti.

Dua orang menarik tubuh Dinda turun dari meja itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Dinda dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Dinda melihat meja tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan.

Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Dinda didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya.

6100game

Dinda merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendorong dan mengangkat tubuhnya. Ketika Dinda membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring telentang di bawah tubuhnya.

Orang itu adalah si Jony, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Dinda kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Dinda diturunkan mengarah ke penis Jony. Dengan sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Dinda.

Dan Dinda sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit “Ahggg Aghh perih tolong hentikan sudahh..”

Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Dinda dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Dinda dan berhenti tak bergerak.

Selanjutnya Dinda merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Dinda panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Dinda membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya.

"Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!" kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Dinda sambil tersenyum.

Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Dinda yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Dinda, kembali menyengat seluruh tubuhnya.

Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Dinda sebelumnya. Pikiran Dinda menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk.

Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Dinda seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya.

Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Linda hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Linda, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan.

Kemudian dua orang terkakhir tadi menarik tangan Dinda, melingkarkan jari-jari Dinda di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Dinda, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka.

Sekarang Dinda sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Dinda untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Dinda sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Dinda.

Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Dinda. Dinda terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaimana orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Penis di anus Dinda lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Dinda. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Dinda tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu.

Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Dinda berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak.

Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Dinda. Dinda kemudian merasakan getaran dari tubuh Jony di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Jony tadi.

Orang-orang tadi bergantian memperkosa Dinda di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Dinda.

Ketika Dinda melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Dinda, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya.

Penis lain kembali masuk ke vagina Dinda. Linda kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, “ aghhh aghh aghh…” . yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Dinda melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya.

Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tersebut kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat.

Sepanjang malam Dinda terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali.
Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Dinda, tubuh Dinda tersungkur, terkapar tak berdaya. Dinda lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap Dinda tak sadarkan diri.

Tamat.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Kesucian Yang Terenggut 3

Kesucian Yang Terenggut 3

SUHU DOMINO

6100game - Pakdhe yang sudah mulai terangsang segera menyuruhku menyelesaikan acara saling memandikan. Hanya dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi dan diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe pun hanya mengenakan kolornya yang tadi dipakainya hingga batang kemaluannya yang sudah setengah keras tampak membusung di balik kolor itu.

Baru saja pintu ditutup, tubuhku sudah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku hingga aku telanjang bulat. Pakdhe segera melepas kolornya dan bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe segera menyergap bibirku dan melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku segera menjadi bulan-bulanan remasan tangannya hingga tubuhku menggelinjang dalam dekapannya.

Tanganku segera dibimbing Pakdhe dan dipegangkannya ke batang kemaluannya yang sudah semakin mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai bergeser turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat-jilat daguku terus turun ke leherku hingga aku semakin menggelinjang karena kumisnya yang pendek dan kasar menggaruk-garuk batang leherku.

Aku semakin mendesis karena kini bibir Pakdhe sudah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan dan kiri secara bergantian. Tanganku secara tak sadar bergerak mengurut dan meremas "pistol gombyok" Pakdhe. Napas Pakdhe pun semakin menderu dan semakin keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya semakin liar di seluruh bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun.

Batang kemaluan Pakdhe yang semakin keras mulai berdenyut-denyut dalam genggaman tanganku. Sementara tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri punggungku dan turun ke bawah lalu berhenti di kedua pantatku dan meremas-remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Aku sangat terangsang. Ya.. Mungkin daerah kelemahanku adalah pada buah pantatku dan pada kedua puting payudaraku. Tubuhku sudah mulai mengawang dan sudah pasrah bersandar dalam pelukan Pakdhe.

Mengetahui kalau tubuhku sudah tersandar sepenuhnya dalam pelukannya, Pakdhe segera mendorong tubuhku ke kasurnya hingga aku berbaring telentang. Ditindihnya tubuh telanjangku oleh tubuh kekar Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar dan aku kembali digumuli Pakdheku. Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku lalu bergeser ke leherku.

"Pistol gombyok" Pakdhe yang sudah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek-gesek perutku menimbulkan rasa geli.

Lidah Pakdhe menjilat-jilat seluruh batang leherku hingga aku mendesis-desis kegelian. Tubuhku semakin menggelinjang menahan geli saat lidahnya mulai bergeser turun dan menyapu-nyapu sekeliling bukit payudaraku di sekitar putingku. Tubuhku semakin merinding saat lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu-nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa semakin melayang.

Lidah Pakdhe terus bergeser ke bawah. Pusarku dijilatnya dengan rakus lalu lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot-otot perutku terasa seperti ditarik-tarik saat bibir Pakdhe menyedot-nyedot daerah sekitar perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, apalagi kumisnya yang pendek dan kasar menyeruduk-nyeruduk kulit perutku yang halus.

SUHU DOMINO

6100game

Pakdhe lalu membalik tubuhnya. Wajahnya menghadap selangkanganku sementara "pistol gombyok"nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya hingga batang kemaluannya menempel bibirku. Dibimbingnya "pistol gombyok"nya ke mulutku. Aku tahu aku harus membuka mulutku menyambut "pistol gombyok" Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa aku mulai mengulum "pistol gombyok" Pakdhe dan menjilati seluruh ujung topi bajanya yang mengkilat.

Tubuhku terhentak saat mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku dan membukanya lebar-lebar lalu lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Aku semakin mendesis-desis menahan nikmat. Napas Pakdhe yang semakin menggebu sangat terasa meniup-niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar.

Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seolah menyambut dorongan lidah Pakdhe yang menggesek-gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seolah membuatku semakin gila. Tanpa dapat kucegah lagi, mulutku merintih dan mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak-ledak. Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tak mampu menahan desisan yang keluar dari mulutku.

Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang mendesak di perut bagian bawahku sudah hampir tak dapat kutahan lagi. Lalu dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar dan berkelojotan seperti ayam disembelih. Tubuhku lalu melayang dan terhempas di tempat kosong. Akhirnya tubuhku terdiam beberapa saat. Aku telah mencapai orgasme yang ke sekian di pagi itu.

Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat Pakdhe yang telah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit dan duduk di sisi pembaringan mengangkat tubuhku dan mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya dan kakiku dipentangkannya hingga aku terduduk mengangkang dipangkuannya dengan saling berhadapan. Kemudian tangan Pakdhe mengarahkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku.

Bless!! Aku terhenyak saat pantatku diturunkan dan ada suatu benda keras dan hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Seluruh dinding lubang kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Kelentitiku yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Aku merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe.

Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru tumbuh bergetar bergoyang-goyang seiring dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat seluruh dinding lubang kemaluanku yang terus berdenyut-denyut meremas apa saja yang menyumpalnya.

Tubuhku terasa menggigil bergetar saat mulut Pakdhe tak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku sepenuhnya. Gerakanku menjadi kian liar. Desakan gejolak birahi semakin mendesak. Aku mempercepat gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang kemaluan Pakdhe masuk hingga ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku.

6100game

Karena tak tahan lagi tanpa sadar kudorong tubuh Pakdhe hingga terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe menjadi duduk seperti seorang joki yang sedang naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang berbaring telentang. Gerakanku kian bebas. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang aku terus menggerakan pantatku memutar dan maju mundur. Kelentitiku kian ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe.

Tangan Pakdhe yang memegang kedua pantatku semakin ketat mencengkeram dan membantu mempercepat gerakanku. Aku merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku kian tak terkendali. Mataku mulai membeliak dan mulutku meracau tak karuan. Puncak pendakian kian dekat.. Kian dekat..

Dan akhirnya dengan merintih panjang tubuhku berkejut-kejut seperti sedang terkena aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut-denyut saat ada sesuatu yang pecah di dalam sana.. Tubuhku berkejut-kejut beberapa saat lalu ambruk di atas perut Pakdhe. Aku benar-benar tak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe aku mencapai orgasme yang kesekian kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Walaupun sudah tua namun mampu membuat aku yang masih ABG begini bertekuk lutut.

Pakdhe yang rupanya belum mencapai orgasme segera membalikkan tubuhku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Sekarang tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe. Aku yang sudah tak bertenaga hanya pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku.

Perlahan-lahan nafsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan-tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada aku berusaha menyambut setiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan dan kiri.

Napas Pakdhe semakin memburu dan terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe semakin kuat dan bertubi-tubi. Desakan gejolak yang mendesak dalam tubuhku semakin menguat. Aku sudah hampir tak kuat lagi menahan desakan itu. Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat dan dengan merintih panjang aku mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan.

Tubuhku terhempas di tempat kosong dan pandangan mataku makin nanar. Aku merasa betapa di saat-saat itu tubuh Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar. Mulutnya menggeram dahsyat dan pantatnya menekan kuat-kuat menghujamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe berkejut-kejut lalu aku merasa ada semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Ada rasa berdesir menyergapku saat semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Tubuh Pakdhe tersentak-sentak lalu ambruk di atas perutku.

Sungguh melelahkan pergumulan di pagi itu. Akhirnya aku tertidur karena terlalu lelah. Pagi itu Pakdhe benar-benar melampiaskan seluruh hasratnya pada tubuhku. Dari pagi hingga malam aku tidak dibiarkannya mengenakan pakaian utuh. Aku disetubuhi berkali-kali hari itu hingga selangkanganku terasa ngilu karena digenjot Pakdhe.

Sejak kepergian Mbak Nengsih aku menjadi pelampiasan napsu Pakdhe. Minimal satu kali dalam satu minggu Pakdhe pasti minta jatah dariku. Selama tiga tahun aku menjadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe hingga aku lulus SMU.

Tiga tahun aku harus menjalani kehidupan sebagai sasaran tembak "pistol gombyok" Pakdhe. Ternyata hal seperti itu dialami juga oleh Mbak Nengsih. Dia bercerita kalau dulu pertama kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Untuk selanjutnya ia juga diancam tidak akan dibiayai sekolah dan diusir kalau tidak mau memenuhi keinginan Pakdhe.

Lalu setelah aku lulus, atas kebaikan Mbak Nengsih aku kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Untuk menambah biaya karena tidak ingin terlalu memberatkan Mbak Nengsih aku terjun ke dunia pelacuran. Ya.. Akhirnya aku menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku. Aku berjanji akan berhenti dari dunia ini setelah aku mempunyai cukup bekal.

Tamat.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...