Perkenalkan
namaku Andi (bukan nama sebenarnya), seorang mahasiswa semester 4 disalah satu
fakultas negeri di Surabaya. Kisah ini adalah kisah nyata, yang ingin aku
bagikan bersama kalian. Kisah yang tidak mungkin aku lupakan seumur hidupku.
Kejadiannya sekitar pertengahan Oktober 2017. Sore itu aku baru selesai mandi dan bersantai di dalam kamar kosku daerah Sawahan, Surabaya. Ketika bersantai di balkon kamar, kulihat seseorang memasuki halaman kos. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Rena, teman SMAku yang kuliah di Sidoarjo, usianya sekitar 19 tahun. Wajahnya yang tirus, dengan bibir tipis, kulit yang bersih dan rambut bergelombang sebahu. Ya Rena adalah salah satu promadona di SMAku dulu.
“Hai,
kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?” Kataku
basa-basi.
“Memangnya
kalau bilang dulu mau nyediain apa.” Jawabnya sambil tersenyum.
Setelah
basa-basi dan menyanyakan kabar, kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya karena
udara Kota Surabaya sore itu memang panas. Selesai mandi, ia membereskan
kembali tasnya. Sepintas ia melihat tumpukan majalah dewasa di samping meja
belajarku. Dia tersenyum dan berkomentar, “Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini ?”
Sambil
cengingisan dan merapikan majalah-majalah itu, aku jawab bahwa kamar ini khusus
untuk orang yang sudah dewasa.
“Kalau begitu
ada gambar yang lebih porno lagi dong.” Sahutnya tanpa ragu-ragu.
“Ada, mau
lihat ?” Sambil kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku
yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.
“Mau
lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.” ucapnya enteng. Tanpa ragu-ragu dan tersenyum dia
terima juga foto-foto kategori XXX, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa
yang berkecamuk di dalam hatinya, aku tidak tahu. Tapi terlihat ekspresinya
begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya
ia menyembunyikan perasaannya.
“Gimana, komentar dong.”
“Ada filmnya nggak?”
“Nggak ada,
tapi kalau yang asli justru ada”, kataku sambil bergurau.
“Yang asli ?
Mana coba lihat !” aku
terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa
menjawabnya.
“Eh, ada tapi
itu anu....” aku jadi
gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.
“Tapi apa
Mas ?”
“Tapi harus
ada gantinya, barter gitulah.” jawabku mencoba menggodanya
“Tapi kalau
yang ini aku nggak punya”, sambil
ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.
“Yang semacam juga nggak pa-pa”
“Yang bener
nih”, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang
daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.
“He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan
saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar
memegang kemaluanku yang setengah tegang, dari luar celana boxerku.
Aku tidak bisa
bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan yang bercampur aduk. Secara
refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan
peristiwa ini. Kalau seandainya dia adalah pacar atau orang lain aku tidak akan
bingung, tetapi ini adalah temanku yang sewaktu kecil sering bermain bersama.
Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran
itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa
ini. Dan kemaluanku membesar di balik celana boxer, tanpa ragu Rena
terlihat menikmati memainkan kemaluanku.
Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahan buah dadanya yang masih kencang dan bulat. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupelintir putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.
Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap
menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang nampak menggoda.
Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga
batang kemaluanku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan
langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang
masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat sore itu.
Tubuhnya
benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting
susunya coklat tua, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan
belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis,
sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.
Ia raih batang
kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan
menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih
bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari
dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai
dasar kemaluannya.
“Jilat
kepalanya”, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia
segera tahu maksudku.Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin
membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi
satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti
naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang vaginanya yang nampak rapat.
Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher,
buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang
membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi
sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati
klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.
Sampai suatu
saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak
jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang
kewanitaannya. “Maasss ampun mas, aku keluar Mas…” begitulah
ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.
Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, batang kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan lubang kemaluannya. Tidak langsung kumasukkan, tetapi aku gesek-gesekan kepala kontolku di depan lubang kemaluannya. Rena nampak menikmati permainanku, dan sambil memohon padaku utnuk segera memasukan kontolku yang keras ke kemaluannya. Aku sengaja menggodanya, aku tetap pada permainanku, dengan sekali-kali menyodok pelan kemaluannya. Rena semakin tak tahan, dia memohon dengan nafas yang mendesah-desah. "Masss please, masukan sekarang, aku sudah gak kuat lagi mas....please" ucapnya dengan wajah memelas.
Dengan
bimbingan tangannya, kumasukkan kontolku sampai habis tertelan oleh liang
kenikmatannya. Uffftthhhh pepeknya terasa hangat dan sempit. Dan dengan
sigap, dia menjepit-jepit kontolku. Tidak bisa kugambarkan nikmatnya jepitan
memek Rena.
Kembali ia
mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang
kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku
semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ. Rena
mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang
terasa seperti benjolan, yang semakin lama semakin keras menyentuh-nyentuh
kepala kemaluanku. Tanpa menghiraukan Rena yang menggeliat-geliat karena
keenakan, aku genjot tubuh mungilnya dengan sesekali menyodok dengan keras
lubang kemaluannya.
Gerahnya kota Surabaya membuat kami bermandikan keringat birahi sore itu. Semakin lama semakin nikmat rasanya dan kurasakan liang vaginanya semakin licin, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang vaginanya. Otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, aku tidak bisa lagi menahan diri. Kubenamkan batang kemaluanku dalam-dalam, Rena sedikit terkejut namun tidak bisa melawan genjotanku. Tanpa pikir panjang, aku semprotkan spermaku di dalam lubang vaginanya, yang kurasakan hanya kenikmatan yang luar biasa. Bersamaan dengan itu kurasakan Rena lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur, aku merasa batang kemaluanku seperti diremas-remas.
Kutancapkan
dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian
kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang di
liang vaginanya. Kubalik tubuhku sehingga ia menindihku. Rena benar-benar puas
dan sangat-sangat kelelahan. Aku bisa melihat senyum kepuasan di wajahnya.
Beberapa menit
kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah lemas masih
berada di dalam liang kewanitaannya. Aku pun tertidur, dengan perasaan
lega tanpa membersihkan terlebih dahulu cairan kenikmatan yang membanjiri
kemaluannya. Tengah malamnya kami terbangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap
bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10
pagi.
Karena di
rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami
bisa bercinta dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai
baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi
dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Sidoarjo untuk
melanjutkan kuliahnya.
Sejak saat itu
ia sering ke kotaku hanya sekedar memuaskan birahinya. Sampai akhirnya tahun
2018 akhir ia mempunyai pacar dan menikah. Sampai sekarang aku sering
membayangkan bisa bercinta dengannya. Ah sudahlah, toh juga saat ini aku sudah
bertunangan dan ada wanita yang mengisi hari-hariku. Jika saja ada kesempatan
ingin rasanya sekali lagi merasakan bercinta dengan Rena, kawanku di SMA dulu.
GAME SERU
ReplyDeleteAPLIKASI BARU
GAME ONLINE
GAME FAVORITE
GAME KEKINIAN
APLIKASI KEKINIAN
SUHU DOMINO
Ceritanya seru kakak !!!
ReplyDeleteNah bagi kalian yang mau menambah pengetahuan dan ingin tahu informasi yang menarik
Silahkan kunjungi blog aku di INFO UNIK
Ada juga game online terbaru yang seru
di SUHU DOMINO
Terima kasih !!!