6100game Suhu Domino Bercerita

Petting Dengan Kakak

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO

SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun lebih tua dariku. Aku ngin menceritakan kejadian yang menimpa kehidupan seks aku 3 tahun yang lalu.

Pada waktu itu aku berumur 15 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku berusia 19 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab. Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian. Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai aku sebagai adik kandungnya pun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.

Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana dalamnya. Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit diantara pantat montoknya.

Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering mencuri-curi pandang untuk mengintip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai mereka berciuman. Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru merapihkan bajunya. Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang terutama pada ayah dan ibuku.

Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Andra (pacarnya) memaksa Mbak, katanya. Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak tipis sambil membawa sebuah novel, sehingga paha dan dadanya yang montok terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang benderang. “hai, kok melongo???? “ …aku jadi gelagapan dan bilang “ia- ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang” kataku.

Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku. Berkali-kali aku menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang. Sampai kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku mengiyakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak melihat dan berkata “jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi “. Lagi-lagi aku gelagapan “ia- ia – ia” kataku. Kakakku langsung pergi lagi sambil ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku nggak jadi beronani karena malu dipergoki kakakku.

Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapati dia sedang tidur mengangkang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha montoknya dia terbangun dan ku buru-buru melepaskan tanganku dari pahanya.

SUHU DOMINO

6100game

Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari pagi, kita pulang naik angkutan bus dan kebetulan penuh sesak, akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku . Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya. Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan pantatnya, karuan aku kenikmatan. ‘dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak ke kamar kamu?” katanya “kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu basa karena malu. ‘makanya buru-buru cari pacar” katanya. “emang kalo ada pacar bisa digini yah?” kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku dipantatnya. “setidaknya ada pelampiasan” timpal kakakku. . “wah enak dong mbak ada pelampiasan?”tanyaku. “tapi ngga sampe gini” kata kakakku lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. “kenapa” tanyaku. Sebelum dia menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.

Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja. Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.

Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis karena kocokan kakakku pada kemaluannya. ‘oh, aku udah ngga tahan” kata pacarnya “aku pengen masukin ke memekmu” katanya sambil mendorong kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut dan menindihnya dari belakang dan berusaha menyodokkan kemaluannya ke kemaluan kakakku dari arah belakang. Tapi begitu nempel di pantatnya, kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. “ohhh” dia melenguh dan kakakku menoleh kebelakang” kok udah” tanyanya. Pacarnya bilang “maaf aku ngga tahan” katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacar menyalakan sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru pamit. “Aku ngga anterin kedepan pintu yah “ kata kakakku sambil tetap tertelungkup di sofa….. Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat bahenol kakakku.

Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut minta pelampiasan. Aku langsung menindihinya dari belakang, dan untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin ngentot dia. “aw…., dra (nama pacarnya Andra) kok ngga jadi pulang” tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kontolnya ke memeknya. “aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya ditempelin aja dra aku masih perawan’ katanya memohon. Karena aku udah tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku dan agar ditutun ke kemaluannya. Begitu dia megang “dra, kok gede amat sih”katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada punyaku) sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan kekemaluannya. “gosok pelan-pelan dra”, aku menekan dan gila bener-bener nikmat. Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan kakak ku akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku menyembur ke pantat kakakku.

Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya. “dra, mau kemana?” teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki kamarku dan belum kupakai aku rebahan di ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan yang barusan terjadi.

Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakak ku menerima telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah pacarnya si Andra. “dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari” Beberapa saat kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampiriku dan duduk di tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai dan jilbab yang tadi dia pakai, dia nggak berani membangunkanku malah rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.

Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada kemaluannya saja. Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya. Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat mbak Dewi kakakku sedang tidur-tiduran sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.

6100game

Tak sampai satu menit, mbak Dewi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah ibuku. Lalu kujawab:
“Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq.”
“Thanks ya dik.”
“Eh, emangnya onani itu dosa ya?”
Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya, tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena aku malu. Tetapi kakakku bilang, "lakukanlah dik seperti yang kau lakukan tempo hari padaku".
Aku kaget "ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari." jawabku gugup.
"ya" jawab kakakku.
"maafkan aku mbak..." ucapku
Belum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku. Dan kali ini lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan, dan ia membuka celana dan CD ku. Kakakku tersenyum melihat kemaluanku yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari punya pacar kakakku, Andra.
Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku. Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan kenikmatan dan mendesah keenakan.
Setelah aku melihat kakakku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam kakakku sehingga kini terpampanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat tapi halus itu.

Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak.”
“Koq kamu tahu?”
“Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak"
“Ayo mbak.” Rengekku.
Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya. Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya. Akupun memejamkan mata keenakan.

Kakakku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, tangannya mengangkat baju panjangnya dan menempelkan kemaluanku ke payudaranya aku pun membuka mataku. Lalu meraih kuraih kemaluanku, kuarahkan kemaluan itu ke kekemaluannya yang sedari tadi sudah basah. Kugosok-gosokkan ke klitorisnya, aku jadi merinding dibuatnya. Desahan tak karuan pun keluar dari mulutku. Di satu sisi aku tahu ini salah, tapi di sisi lain, aku benar-benar menikmatinya.

Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku arahkan ke lubang kemaluannya. Tetapi kakakku bilang "Jangan dimasukan, aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari"
Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke lubang kemaluan kakakku maka crot...crot.. crott spermaku menyembur di perut kakakku.
Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami mengambil posisi 69. Aku pun mulai menjilati kemaluannya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.

Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara mobil orangtuaku. Kami cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku sedang tegang dan gugup. Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling memuaskan walaupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.

Tamat.



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Cerita Fiktif

Cerita Fiktif

SUHU DOMINO

SUHU DOMINO 6100game - Namaku Tia, umur 14 tahun. Berawal dari kenakalanku yang sudah sulit di benahi, akhirnya orang tua ku pun memasukkan diriku ke pesantren. Tapi pesantrennya terkesan keras, gak kaya yang lainnya. Awalnya aku gak mau masuk, tapi orang tua ku tetap memaksa. Singkat cerita aku menjadi santriwati di ponpes yang keras itu, kok menurutku malah mengajarkan kekerasan ya? belum lagi ustadz2nya yang keliatan seperti haus sex gitu, terutama yang namanya pak Pur. Jika beliau melihatku pasti tak mau mengalihkan pandangannya dari susuku. Timbul niat isengku ngerjain pak Pur, waktu mau berangkat ngaji, sengaja aku tak memakai bra, hanya ku tutupi dengan jilbab saja. Pak Pur pun datang, dan segera memulai pelajarannya. Setelah beberapa menit menerangkan, pak Pur melihatku juga dan langsung ku buka jilbab bagian bawahku dengan alasan gerah. Pak Pur pun tak berkedip sedikit pun. Tia kamu sudah paham belum?? emm masih agak bingung pak. Langsung pak Pur mndekatiku, yang mana Tia?? ini pak, owh ini sambil tangan pak Pur menempel tepat di putingku, tapi seolah2 keliatan menempel di buku. Sssshhh ahhhhh gelii bangett rasanya, namun diriku tak berani mendesah keras, pak Pur masih meneruskan keterangannya sambil terus memilin putingku dari luar bajuku. Bagaimana Tia? hu uhhhh pak, aku hanya pura2 paham. Anak2, sudah dulu pelajarannya, bapak mau ada acara. Setelah salam, pak Pur memanggilku ”Tia, ada yang nunggu kamu di rumahku” ayo ke sana, iya pak

setelah sampai rumah pak Pur, siapa yang nungggu pak? aku sendiri mmmmmhhh tiba2 bibirku di lumat pak Pur. Mmmhhhhh ahhh paak, susuku langsung di remasnya. Rasanya seperti naik ke langit. Mmmuuaacchh lidah kami pun saling berbelit, Tiaa pegangin kontolku ya, hu uh pak, tanganku segera ku masukkan ke sarung pak Pur, wahhh gede banget pak? iya Tia, sering aku kocok kok, sekarang Tia yang ngocokin ya, iya pak, sini masuk ke kamar bapak. Pakaianmu di copot dulu Tia, ku copot semuanya hanya tinggal jilbabku saja, ini kamar apa pak? ini biasanya menjadi tempat untuk merakit bom…owh, sini aku ajarin Tia tapi sambil kocokin kontolku lho, siap pak. Pak Pur pun memulai keterangannya, beliau menerangkan sambil ku kocok kontolnya. Owhh Tiaaa mau keluarr nihh..stop stop stop, kenapa pak? sambil berhenti tanganku, di taruh memek mu aja Tia, biar gak mubadzir, jangan pak, aku kan masih perawan, jangan bantah ustad! Bentak pak Pur, aku langsung gemetar seketika. Plaakk, tamparan mendarat di pipiku. Aduwwh pak, cpet nungging! iya pak, owwhhhh anusku seperti di belah, sakiiit paaaak, ampuuun, aww awwwh kocokan pak Pur malah semakin cepat, arrgghh pakk pak, aku mendongak ke atas langit2 menahan kesakitan. Sudahh paaak,,,sakittt awwhh awhh, diem Tia plaaak plaaak, susuku di tamparinya. Tia ohhh silitmu enak banget ahhh ahh aaaakhhhhh croot croot. Peju beliau membasahi anusku. Enak banget Tiaaaa ahh hh. Sudah ya pak, tak terasa air mataku mengalir sendiri. Ya udah, pergi sana Tia, kalau aku butuh segera kesini! Iya pakkk. Perih dan sulit berjalan karena anus ku habis di hajar ustazdku.


Tamat.



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Pijat Penambah Gairah

Pijat Penambah Gairah

SUHU DOMINO

SUHU DOMINO 6100game - Berawal dari sahabatku Ahmad yang bercerita tentang seorang tukang pijat yang hebat dan bisa dipanggil ke rumah, aku jadi tertarik. Apalagi ketika ia berbicara tentang kemampuan tukang pijat itu meningkatkan gairah dan kemampuan seks wanita dengan pijatan supernya. Ahmad bercerita dengan cukup detail bagaimana tukang pijat itu yang katanya bernama Pak Danu, kakek usia kepala tujuh melakukan pijatan super pada istrinya. Hasilnya sungguh luar biasa. Aku jadi ingin mencobanya..

"Tapi loe harus inget, waktu dipijat sama Pak Danu istri loe harus bugil total. Mau nggak dia?" Ahmad bertanya padaku.
"Hah? Dipijat bugil? Nanti istri gue diapa-apain ama dia?
"Ya enggak laah.. Loe juga ada disitu koq. Lagian Pak Danu itu udah tua banget. Udah gitu dia juga pemijat profesional. Gue jamin ngga masalah. Tapi istri loe harus setuju dulu."
"Nanti gue coba tanya dia deh.."
"Pokoknya sip banget deh!"

Malamnya aku bicarakan hal itu dengan Vike istriku. Aku ceritakan apa yang kudengar dari Ahmad sambil memeluk tubuh mungilnya. Mulanya dia tertarik tetapi ketika mendengar bahwa ia harus telanjang bulat mukanya langsung merah padam.

"Malu ah.. telanjang di depan orang lain" protesnya.
"Tukang pijatnya udah tua. Lagi pula menurut Ahmad istrinya bilang dipijatnya enak dan tangannya sama sekali tidak menyentuh atau meraba memek koq"
"Ih.." muka Vike semakin merah.
"Kenapa khusus cewek?"
"Nggak tau juga. Tapi coba dulu deh. Siapa tahu nanti ketagihan."

Vike mencubit perutku, tapi akhirnya mau juga dia mencoba. Besoknya kuhubungi Ahmad untuk menanyakan cara menghubungi Pak Danu. Setelah itu kucoba menghubungi Pak Danu dari nomor HP yang kudapat dari Ahmad. Singkatnya Pak Danu akan datang ke rumahku esok malamnya dengan perlengkapannya. Setelah itu kuberitahu Vike. Esok malamnya sesuai janji Pak Danu tiba di rumahku. Perawakannya kurus hitam dan kelihatannya memang sudah tua sekali. Apa bisa dia melakukan pijat? Aku terheran-heran sendiri sementara Vike hanya melirikku dengan pandangan ragu. Kami menuju ke ruang tamu dalam dan aku menyingkirkan meja tamu untuk mendapatkan tempat yang luas. Aku sudah memastikan kalau pembantu kami Asih sudah masuk ke kamarnya. Sejenak basa-basi, Pak Danu langsung "To the point" menghamparkan selimut tebal di lantai.

"Silakan Ibu berbaring tengkurap di atas sini" katanya sambil menunjuk selimut sebagai alas.
"Maaf, tapi saya minta Ibu melepas pakaian" sambungnya lagi.

Wajah Vike merona merah. Dia kelihatan nervous karena itu aku membantunya melepas dasternya sehingga hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam.

"Untuk sementara begitu saja. Silahkan, Bu" Pak Danu memotong.

Vike berbaring tengkurap diatas selimut. Pak Danu mengeluarkan dua botol kecil obat yang menurutnya adalah obat ramuan rahasia turun temurun. Kemudian ia membuka yang bertutup hijau dan menggosokkan minyak tersebut pada kedua telapak tangannya. Ia mulai memijat bagian belakang hingga samping kepala Vike dengan perlahan. Aku duduk menyaksikan. Entah kenapa saat itu aku mulai terangsang membayangkan nantinya tubuh istriku akan dijamah oleh kakek tua ini. Tentu saja di bawah sana penisku menegang.

Pijatan di kepala beralih ke tengkuk Vike yang mulus dan dipenuhi rambut halus. Nampaknya Vike merasa enak dengan pijatan Pak Danu di kepala dan tengkuknya. Ternyata kakek tua ini hebat pijatannya. Dari tengkuk diteruskan ke bahu Vike yang terbuka dan dilanjutkan ke lengan sampai telapak tangan. Setelah itu Pak Danu meminta agar istriku melepas tali bra di punggungnya. Vike melepas kaitan branya sehingga bra tersebut sudah tidak menutupi tubuh Vike dan hanya tergeletak diantara selimut dan kedua susunya yang tergencet sehingga menyembul ke samping. Pak Danu mengolesi punggung Vike dengan minyak dari botol pertama dan mulai mengurut serta memijat punggung. Vike tampak menikmati pijatan ini.

"Maaf Bu, tapi selanjutnya celana dalam harus dilepas. Bagaimana kalau suami Ibu yang melepasnya?" Pak Danu tiba-tiba berkata.

Wajah Vike memerah lagi. Aku mengikuti permintaan Pak Danu melepas celana dalam Vike tanpa mengubah posisinya yang tengkurap. Pantat Vike yang indah dan celah vaginanya terlihat jelas membuat penisku semakin tegang. Pak Danu melumuri dua bongkahan pantat Vike dengan minyak dan segera memijat dengan perlahan. Kali ini Vike mengeluarkan suara tertahan. Jelas Vike mulai terangsang birahinya dengan pijatan Pak Danu. Apalagi ketika Pak Danu memijat pangkal paha bagian dalam, tarikan nafas Vike berubah menjadi lebih berat dan matanya terpejam. Pak Danu tetap memijat seperti tidak terjadi apa-apa. Kakek tua itu memijat pantat, paha dan kemudian betis hingga akhirnya melakukan pijat di telapak kaki.

"Ini adalah salah satu tahap penting dalam pijatan ini" Pak Danu menjelaskan.
"Terdapat titik-titik penting di telapak kaki untuk meningkatkan gairah" lanjutnya.

Kemudian ia mengambil botol minyak kedua bertutup merah yang dari tadi belum pernah dipakainya. Digunakannya untuk memijat telapak kaki Vike. Kali ini pijatannya sangat intensif dan memakan waktu cukup lama. Terkadang Vike merintih, mungkin pijatan si kakek cukup kuat.

"Maaf Bu, untuk tahap berikutnya saya akan memijat di daerah bagian depan tubuh. Sebaiknya Ibu duduk bersila membelakangi saya dan menghadap ke arah Pak Aldy agar saya tidak melihat tubuh bagian depan Ibu." kata Pak Danu setelah selesai memijat kaki istriku.

Kali ini kelihatannya Vike sudah mulai terbiasa dan kemudian ia mengambil posisi duduk bersila membelakangi Pak Danu. Tubuh indah Vike yang telanjang bulat berhadapan denganku. Pak Danu kembali menggosokkan minyak kedua pada telapak tangannya. Pak Danu terlebih dahulu meminta persetujuan aku dan Vike.

"Saya minta izin kepada Pak Aldy dan Ibu Vike untuk melakukan pijatan di tubuh bagian depan Ibu Vike.."
"Silakan, Pak Danu" jawabku
"Silakan.." jawab Vike.

SUHU DOMINO

6100game

Langkah pertama Pak Danu adalah melumuri bagian sekitar vagina Vike dengan minyak dari botol bertutup merah dan mulai melakukan pijatan di daerah itu dari belakang. Walaupun tidak menyentuh vagina, tetapi tangannya memijat mencakup pangkal paha, pinggul depan, termasuk daerah yang ditumbuhi bulu kemaluan. Mulut Vike sedikit terbuka. Aku tahu Vike merasakan nikmat disamping rasa malu. Pijatan Pak Danu pasti membuat birahinya naik ke ubun-ubun. Beberapa kali tangannya terlihat seakan hendak menyusup ke dalam celah vagina Vike yang membuat Vike menahan nafas tetapi kemudian beralih. Bulu kemaluan Vike dibasahi oleh minyak pijat Pak Danu sementara Vaginanya basah oleh cairan nafsunya.

Pak Danu melanjutkan pijatannya ke bagian perut Vike, dan memijat perut terutama bagian pusar sehingga membuat Vike kegelian. Hanya sebentar saja, setelah itu Pak Danu meminta Vike mengangkat tangannya.

"Maaf Bu, tapi ini adalah tahap terakhir dan saya harus memijat di bagian ketiak dan payudara. Coba angkat kedua tangan Ibu."

Vike mengangkat tangan dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala. Pak Danu memulai pijatannya di daerah ketiak dari belakang.

"Ihh.. geli pak.." Vike menggelinjang.
"Ditahan Bu. "

Pak Danu mengabaikan Vike yang sedikit menggeliat menahan geli dan melanjutkan pijatannya di ketiak Vike. Setelah itu Pak Danu mengambil minyaknya lagi dan dituangkan ke telapak tangannya. Selanjutnya dari belakang tangannya meraup kedua gunung susu milik Vike yang langsung membuat Vike mendesah. Pak Danu melakukan massage lembut pada susu Vike yang sudah tegang. Terkadang kakek itu melakukan gerakan mengusap. Jari-jari terampil yang memijat pada kedua susunya membuat Vike sangat terangsang dan lupa diri, mengeluarkan suara erangan nikmat.

Aku melotot melihat pemandangan luar biasa itu. Payudara istriku yang berusia 27 tahun, mulus, kenyal, dan berlumur minyak sedang dicengkeram dan diusap oleh tangan kasar hitam seorang kakek berusai 70-an, membuatku sangat bernafsu. Berbeda dengan Pak Danu yang sama sekali tidak bereaksi apa-apa, Vike merintih dan mendesah. Posisinya sudah berubah tidak lagi duduk bersila, tetapi duduk mengangkang memperlihatkan vaginanya yang sudah becek kepadaku sambil tangannya mencengkeram rambut.

"Ukhh.." kali ini Vike mendesah keras. Aku sangat terangsang mendengarnya. Ingin sekali aku menggantikan Pak Danu memijat susu Vike.

Pak Danu menarik puting susu Vike dengan telunjuk dan jempolnya dengan perlahan sehingga membuat Vike mengeluarkan suara seperti tercekik. Sampai akhirnya Vike merintih pelan, panjang. Vaginanya banjir. Hebat sekali pijatan si kakek ini.

"Saya rasa sudah cukup. Silakan Ibu mengenakan pakaian. Sementara itu ada yang ingin saya bicarakan dengan Pak Aldy" Pak Danu menyudahi aksinya.
"Ya Pak?"

Pak Danu menyerahkan sebuah botol kecil berisi carian kepadaku.

"Apa ini, Pak Danu?"
"Pijatan saya itu membuat gairah seorang wanita meledak-ledak tetapi orgasmenya akan menjadi lebih cepat. Selain itu ini adalah ramuan untuk membuat susu wanita tetap kencang dan padat. Usapkan dengan gerakan memeras. Saya yakin Pak Aldy bisa." bisiknya sambil tersenyum.

Setelah itu aku membayar Pak Danu dan ia pamit pulang. Vike sudah mengenakan pakaiannya lagi.

"Eh.. buka lagi bajunya. Aku mau coba hasil pijatan Pak Danu." kataku.

Vike tidak menjawab, tetapi dari sinar matanya aku tahu saat ini dia sedang dalam gairah yang tinggi. Mukanya merah dan nafasnya memburu. Aku segera meraihnya dan mencium bibirnya. Ciuman yang ganas karena aku sendiri sejak tadi menahan nafsuku melihat tubuh Vike yang sedang dipijat. Vike membalas tak kalah bernafsu sambil melucuti pakaiannya sendiri dan langsung melucuti pakaianku sehingga kami berdua telanjang bulat di ruang tamu.

"Senggamai aku.. aku ingin segera kontol kamu masuk ke sini" Vike meracau sambil menunjuk vaginanya yang sudah basah kuyup sejak tadi.
"Beres sayang.. "

Aku segera memutar tubuhnya menghadap dinding dan mencoba menyetubuhinya dari belakang. Vike segera mengambil posisi tangan bertumpu pada dinding. Dengan perlahan-lahan penisku menerobos vaginanya yang sempit dan licin. Adalah proses yang sangat nikmat luar biasa saat penis memasuki vagina. Aku pejamkan mataku merasakan sensasinya sementara Vike merintih nikmat. Sampai akhirnya seluruh penisku masuk de dalam vaginanya yang panas berlendir dan nikmat.

"Aahh.." Vike menghela nafas, tubuhnya bergetar.

Nikmat sekali. Vaginanya yang panas itu mencengkeram penisku dengan kuat. Jepitannya lebih hebat dari biasanya. Sementara dengan sudut mataku aku melihat kalau ternyata pembantu kami, Asih, sedang mengintip dari balik dinding ruang tamu. Aku bisikkan ke telinga Vike tentang hal itu.

6100game

"Masa bodoh. Biar dia nonton kamu entotin aku." Vike balas berbisik.
"Okee.."

Aku gunakan kakiku untuk mengambil bajuku dan mengeluarkan botol pemberian Pak Danu dengan tanganku tanpa melepas penisku yang sudah menancap. Lalu aku tuangkan pada tanganku.

"Apa itu..?" tanya Vike heran.
"Ini minyak dari Pak Danu, bagus buat payudara kamu"
"Ya udah.. cepetan! Terserah kamu mau ngapain. Yang penting garap aku sampai kamu puas."

Aku segera mengusapkan tanganku yang berlumur minyak itu pada kedua susunya yang bergelantungan bebas. Lalu aku mulai mengocok vaginanya dengan lembut. Vike menghela nafas dengan keras. Akh.. nikmat sekali rasanya sambil meremas daging kenyalnya. Tangan kanan di susu kanan, tangan kiri di susu kiri. Seiring kupercepat sodokanku, kumainkan puting susunya dan sesekali kuremas miliknya itu dengan lebih kuat. Rasanya menjadi lebih dahsyat terutama karena kami mengetahui bahwa kami bersanggama sambil ditonton Asih secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia mengintip sambil onani, aku tidak perduli.

"Mhh.. terus.. aah.. " Vike merintih terengah-engah. Seiring gerakan keluar masuk penisku di vaginanya semakin intens, Vike menggeliat.

Aku lepaskan tanganku dari payudaranya, membiarkan kedua daging menggairahkan itu bergelantung bergoyang-goyang mengikuti sodokan penisku. Tanganku berganti menggosok-gosok vaginanya yang berlepotan cairan nafsunya. sesekali kugesek klitorisnya sehingga Vike menjerit keenakan. Tiba-tiba tubuh Vike menyentak dan vaginanya terasa menyempit membuat penisku seperti diperas oleh dinding kenikmatannya. Lalu Vike melepaskan orgasmenya disertai erangan panjang dan kemudian ia terkulai. Benar kata Pak Danu, Vike orgasme cepat sekali. Aku terus menyodok vaginanya mengabaikan tubuhnya yang lemas. Tak lama Vike bangkit kembali nafsunya dan mulai merintih-rintih.

"Aldy sayaang.. aku.. ingin kamu.. entotin aku dengan kasaar.." Vike meracau membuat aku tercengang.
"Nanti kamu kesakitan.." jawabku cepat disela kenikmatan.
"Biaar.. masa bodoh.. aku sukaa.. aa.. ahh"
"As you wish.. Istriku yang cantiik.."

Aku keluarkan sebagian besar penisku dari vaginanya, kemudian dengan satu hentakan cepat dan kasar aku sodok ke dalam. Penisku terasa ngilu dan nikmat.

"Eaahh.." Vike menjerit keras.
"Aah..iya..ah.. begiituu.."

Aku lakukan gerakan tadi berulang diiringi jeritan-jeritan Vike. Berisik sekali.. mungkin tetangga mengira aku sedang menyiksa Vike. Entah apa yang ada di pikiran Asih yang sedang mengintip.

"Teruuss.. sayaang.. remas susuku ini.. dengan kuat.. akh! Aku.. ingin merasakan.. tenagamu.. uuhh.."

Aku meraih susunya yang sejak tadi hanya berayun-ayun, kemudian sesuai keinginannya aku remas dengan kuat sambil terus menyodok vaginanya dengan kasar. Lagi-lagi Vike menjerit keras. Aku yakin ia kesakitan tapi bercampur nikmat.

"Lebih kuaatt.. lebih kuat dari itu.." Vike setengah berteriak.
"Jangan ngaco.. sayang.."
"Ngga apa ap.. aa.. aah..!"

Vike kembali orgasme. Sudah kepalang tanggung, aku ingin mencapai puncak secepatnya. Kukocok dengan cepat vagina Vike sampai pinggangku pegal. Vike mendesah lemah.

"Keluarin.. yang banyak di dalam.." katanya pelan.
"Aku.. sedang subur.. biar jadi anak.."

Tak lama aku merasakan denyutan di penisku yang menandakan aku sudah mendekati puncak. Dan akhirnya penisku menyemprotkan sperma yang sangat banyak dan berkali-kali ke dalam rahim Vike. Kami berdua jatuh berlutut di lantai sementara penisku masih bersarang di vaginanya.

"Anget.." Vike menggumam.
"Apanya?" tanyaku terengah-engah.
"Sperma kamu, di rahimku.."
"Emang biasanya dingin ya?"
"Yang sekarang lebih.."

Aku mengusap rambutnya, dan memeluknya dengan sayang. Sementara itu Asih sudah menghilang. Puas sudah dia melihat "Live show" kami. Setelah itu kami berdua membersihkan tubuh kami, terutama Vike yang tubuhnya penuh minyak. Tetapi setelah selesai mandi Vike kembali ganas dan "Memperkosa" aku. Gila! Aku benar-benar KO malam itu.. kalah telak!

E N D.



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Rejeki Satpam

Rejeki Satpam

SUHU DOMINO

SUHU DOMINO 6100game - Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Ada seorang pembaca yang gentleman mengirimkan email padaku, isinya biasa-biasa saja dan sopan. Awalnya seperti email-email lain yang kubalas, selalu kucantumkan persyaratan yang kuinginkan bila mereka ingin melanjutkan berkenalan dan mengobrol denganku.

Pembaca yang satu ini lain daripada yang lain karena tanpa banyak komentar, pada email berikutnya langsung dia memberikan persyaratan yang kuminta. Aku pun berbagi foto dan berkirim email dengannya. Terus terang simpatik sekali dia, hanya saja aku belum memiliki foto dan data lengkapnya. Tapi aneh! Aku kok tiba-tiba jadi penasaran dengannya, semoga orangnya sesuai dengan keinginanku. Pada emailnya yang terakhir dia menanyakan cara mengobati ikan yang perutnya buncit. Ha.. ha.. ha.., kan tidak semua dokter hewan bisa mengobati ikan.

Kembali ke ceritaku, pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana. Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku. Aku bermaksud buang hajat sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku.

Kulepas kembali tank top yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku. Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini.

Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja. Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai.

Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi. Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini. Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

SUHU DOMINO

6100game

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapih dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus. Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku. Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di film bokep, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kudorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar. Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.

6100game

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi. Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku.

Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya. Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT.

"Sebentar ya Pak", seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, ku simpan bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku.

Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi. Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku. Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi. Persetan deh, pikirku, sudah telanjur mau apa lagi, ya mungkin itu rejeki satpam itu tadi.

TAMAT



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO


Pengawalku Pemuasku

Pengawalku Pemuasku

SUHU DOMINO

SUHU DOMINO 6100game - Beberapa tahun yang lalu aku bertemu dengan calon suamiku, seorang dokter muda yang sedang naik daun. Ketika ia mulai mengunjungi rumahku dan rupanya mulai menunjukkan minatnya terhadapku, kedua orang tuaku menunjukkan rasa senangnya. Maklumlah siapa yang tidak mau punya menantu seorang dokter. Apalagi Mas Heri adalah dokter yang sedang mulai naik daun di kota kediamanku.

Dibandingkan pacar-pacarku dulu, di antaranya ada yang pegawai bank, dosen dan pengusaha, kedua orang tuaku paling bersikap mendukung terhadap dokter muda ini. Apalagi kelihatannya Mas Heri cukup serius, dalam arti bukan hanya sekedar ingin berkawan. Sebagai anak yang ingin berbakti terhadap orang-tua tentunya aku harus mau mengikuti apa yang mereka anggap baik untuk kehidupan dan masa depanku.

Walaupun sebetulnya aku tidak terlalu tertarik kepada Mas Heri. Untukku dia orangnya terlalu serius, dan selalu berbicara tentang pekerjaannya. Seolah-olah tidak ada hal lain dalam kehidupan ini yang menarik hatinya. Sudah kubayangkan bagaimana akan membosankannya kehidupanku sebagai istrinya. Apalagi sebetulnya aku termasuk orang yang popular sebagai kembang di sekolahku. Rasanya kalaupun mau mencari suami seorang dokter kalau bisa jangan yang seperti Mas Heri. Tapi apa boleh buat, ternyata tidak selamanya manusia dapat bebas memegang kendali hidupnya.

Ketika Mas Heri datang di dampingi kedua orang tuanya, ayahku menanyakan kesediaanku untuk dilamar Mas Heri, pada waktu itu rasanya tidak ada jalan lain kecuali menerimanya. Pesta pernikahanku memang cukup meriah, terutama untuk ukuran kota kecilku. Tidak lama setelah itu Mas Heri, yang telah dipindah-tugaskan ke kota Bandung, memboyongku ke tempat kediamanku yang baru.

Benar saja ternyata tepat seperti apa yang telah kuperkirakan. Di kota Bandung aku kesepian dan segera merasa jenuh. Teman-temanku belum banyak, sedangkan Mas Heri terlalu larut dalam tugas-tugasnya. Nikmatnya kehidupan perkawinan, seperti yang pernah digambarkan kakak-kakakku, ternyata tidak kualami. Bukan hanya secara sosial lingkungan Mas Heri terasa begitu membosankan, kehidupan seksualku dengannya juga terasa hambar. Hampir saja aku menelepon mantan pacarku, seorang pegawai bank yang kebetulan juga dipindah ke kota Bandung. Walaupun dengannya dulu aku tidak pernah sampai berani berhubunagan seks, tapi sebatas hubungan oral yang pernah kami lakukan rasanya jauh lebih hebat dari pada yang kualami sekarang. Tapi untunglah aku sanggup menahan diri. Rasanya kemana gengsi dan martabatku kalau harus mencari-carinya, padahal dulu lamarannya ditolak orang-tuaku

Dalam keadaan hampir tidak tahan lagi, seorang wakil perusahaan farmasi, yang kebetulan menjadi relasi suamiku, datang mengunjungiku. Dimintanya kesediaanku untuk menjadi agen penyalur obat-obatan produksi perusahaannya. Menurut pengamatannya, aku orangnya supel, lincah dan cantik, bahkan kelihatannya mempunyai bakat untuk meyakinkan orang lain dengan mudah. Sangat berbeda, katanya lagi, dibandingkan dengan suamiku. Dengan training dan dukungan teknis perusahaannya, aku akan mampu mengembangkan usaha sebagai penyalur obat-obatan.

Karena tertarik kuminta ijin suamiku. Pada mulanya ia nampak keberatan, karena takut ada konflik kepentingan dengan profesinya sebagai dokter. Tetapi setelah kurayu terus-menerus akhirnya Mas Heri setuju juga. Katanya aku boleh mencoba usaha baru ini, dengan syarat tidak memasarkan obat-obatan yang ku ageni di kota Bandung. Berarti dengan demikian aku harus mau melakukan kegiatan-kegiatan marketing ku di kota-kota lainnya, walaupun masih di sekitar Bandung juga.

Setelah membuat kalkulasi yang cukup mendalam, aku putuskan untuk mulai melangkah. Kusewa sebuah ruko agak besar di Jalan Soekarno-Hatta, supaya dapat dijadikan kantor sekaligus gudang. Dengan bantuan relasi pabrik obat yang ku ageni aku mulai menata usahaku. Terpaksa aku sendiri yang harus melakukan perjalanan untuk pemasaran, malah kadang-kadang sampai berhari-hari.

Tanpa diduga hanya dalam tempo enam bulan kegiatanku sudah menampakkan tanda-tanda keberhasilannya. Dengan keadaan yang semakin berkembang bertambah pula karyawanku, termasuk untuk bidang pemasarannya. Tapi beberapa pelanggan yang telah kubina sejak awal, termasuk di antaranya beberapa rumah sakit dan apotik ternama, tetap kutangani sendiri. Karena itulah walaupun usahaku semakin maju, aku sendiri tetap melakukan perjalanan-perjalanan yang cukup melelahkan, dalam rangka memelihara hubungan dengan pelanggan-pelanggan lamaku.

Di kantorku pegawai yang paling tua bernama Pak Soleh, dan sebagai penghargaan sering kupanggil mang Soleh. Barangkali karena dia sendiri merasa akrab denganku dipanggilnya aku Neng Yesi, atau kadang-kadang Neng Si. Tanpa kuduga ternyata sebutan untukku ini akhirnya menjadi populer di antara karyawan-karyawanku. Mereka resminya tetap menyebutku Bu Yesi atau Bu Heri, tapi tidak jarang juga Neng Yesi atau Neng Si. Karena aku masih muda, dengan usia yang tidak terlalu jauh berbeda dari pegawai-pegawaiku, kubiarkan saja mereka menggunakan sebutan akrab ini.

Di antara karyawanku ada seorang pemuda bernama Ali. Ia masih muda, tetapi sudah berkeluarga dengan satu orang anak. Orangnya hitam manis, gagah dan tampan, tetapi lugu sekali. Kelihatannya pendidikannya tidak terlalu tinggi. Barangkali malah tidak sampai tamat SD atau SMP. Walaupun demikian kesetiaannya sangat bisa diandalkan, bahkan caranya membela apa yang dianggapnya sebagai kepentinganku sangat fanatik. Dia mulai bekerja di tempatku sebagai penjaga malam, alias satpam, dan ternyata sangat baik menjalankan tugasnya. Karena dia juga pandai ilmu-ilmu bela diri, seperti silat dan sebagainya, beberapa stafku mengusulkan supaya dia menjadi pengawalku. Khususnya dalam perjalanan-perjalananku keluar kota. Apalagi akhir-akhir ini keadaan di wilayah sekitar Bandung dirasa kurang aman.

Jadi mulailah Ali ikut mendampingiku keluar kota. Ternyata pengaturan ini sangat memuaskanku, karena orangnya lucu dan jenaka. Sering-kali aku merasa terhibur dengan lelucon-lelucon ataupun gayanya yang kocak. Di samping itu ada lagi kelebihannya, sebagai seorang jago silat Ali juga pandai mengurut dan memijat. Maka bukan sekali dua-kali aku sempat memanfaatkan kebolehannya ini.

Pada suatu hari aku harus melakukan kunjungan ke kota-kota Sumedang, Kuningan dan Cirebon. Indah, seorang tenaga pemasaran yang biasa mendampingiku, kali ini tidak bisa ikut bersamaku. Kebetulan orang-tuanya jatuh sakit. Karena Mas Heri tidak keberatan maka pergilah aku dengan supirku, tentunya di kawal juga oleh Ali. Aku meninggalkan kota Bandung dengan perasaan enteng saja. Tidak terbayang bahwa nantinya akan terjadi sesuatu yang akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupanku.

Semua urusanku di Sumedang berjalan lancar, bahkan mungkin lebih banyak waktu yang kugunakan ngobrol dengan langganan-langgananku dari pada betul-betul menangani masalah bisnisnya. Malam ini kami menginap di Sumedang. Kupilih kamar yang baik dan bersih untukku, lalu aku mandi menyegarkan diriku. Ketika mencoba untuk tidur ternyata aku tidak merasa mengantuk sama-sekali. Sulit sekali bagiku untuk memejamkan mataku. Akhirnya dari pada kesal sendirian kusuruh Ali datang ke kamarku. Akan kuminta dia memijatku, sambil aku nanti mendengarkan cerita-ceritanya yang jenaka.
"Ada apa neng?" tanya Ali sambil memasuki kamarku.

Kuminta Ali memijat punggungku. Sebagai karyawan yang setia ia mau saja. Setelah beberapa saat kuminta ia menduduki pantatku, maksudnya supaya tekanan pijatannya lebih terasa. Santai saja kubiarkan ia mengurut dan memijati punggungku yang agak terbuka, karena jenis daster yang kukenakan memang seperti itu.
"Neng, panas yah! Saya sampai keringetan!"
Dengan lugunya Ali mengeluh kepadaku. Santai saja kutanggapi kata-katanya,
"Ya buka aja kaosnya!"
Setengah geli dan juga kesal aku melihat dia langsung membuka kaosnya dengan tanpa ragu sedikitpun. Lalu kembali dia memijati punggungku. Tidak berapa lama kemudian terdengar Ali berbicara lagi,
"Neng.. Neng Yesi, maaf ya Neng, kalau ada yang mengganggu."
Polos betul anak muda ini. Begitu sopan dan lugu, tapi juga gagah pembawaannya.

Memang aku sendiri merasakan ada yang sesuatu mengganjal di atas pantatku.
"Kenapa sih memangnya?"
Tanyaku dengan maksud mau mengganggunya. Jawabannya yang polos membuatku geli, tapi juga terangsang. Dengan sangat lugu dia menerangkan,
"Iya Neng, sudah seminggu belum kesampean.. eh.. gituan."
Kutanya lagi, "Kok bisa?"
"Iya habis kan sudah tiga hari ini sibuk di kantor, habis itu diminta nganterin Neng keliling." Lalu sambungnya lagi,
"Padahal sebelum berangkat istri saya lagi.. itu tuh Neng.. datang bulan."
Karena kepingin tahu kutanya terus,
"Jadi gimana dong?"
Keluguan dan kepolosannya semakin terlihat sewaktu dia menjawab.
"Yah pusing saja.. Apalagi ngeliat punggung Neng Yesi kenceng begini, kayak istri saya saja.., bedanya neng lebih putih aja."
Agak menahan tawa kuanjurkan padanya,
"Yah kalau pusing dilepas aja pakai tangan di kamar mandi sana."
Usulanku ini ternyata ditanggapi dengan serius oleh Ali.
"Iya yah Neng, bener juga, kalau gitu ditinggal sebentar ya Neng."
Ali berdiri lalu melangkah kearah kamar mandi. Seakan-akan tanpa beban apapun ditinggalnya aku sendiri begitu saja. Masih terlihat olehku tubuhnya yang ramping, kekar dan berotot itu. Tanpa sadar kutelan ludah. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di kerongkonganku.

Karena bosan dan juga ingin tahu, kalaupun belum karena dorongan gairah, kususul Ali ke kamar mandi. Karena tidak terkunci pelan-pelan kubuka pintunya dan akupun masuk dengan rasa penasaran. Ali tidak menyadari kehadiranku di dekatnya. Terlihat dia sedang berdiri menyandar pada bak mandi. Tubuhnya dalam keadaan telanjang, karena tadi baju kaosnya sudah kusuruh lepas waktu sedang memijatiku. Walaupun kulitnya agak gelap, secara keseluruhan dia terlihat gagah. Celana pendeknya masih menggantung di pahanya, karena rupanya hanya dilorot sebagian.

Terlihat matanya terpejam menikmati apa yang sedang dilakukannya. Dari gerakan pada lengannya kutahu dia sedang mengocok barang kepunyaannya. Segera kutujukan mataku ke arah selangkangannya. Apa yang kulihat saat itu membuatku kagum, dan juga nafasku sesak tersengal. Tangan Ali sedang menggenggam alat kejantanannya, yang kelihatan besar dan panjang sekali. Sangat berbeda dengan kepunyaan Mas Heri yang ukurannya sedang-sedang saja. Ujung kepala kemaluannya bulat, keras dan mengkilat. Seperti orangnya warnanya juga cokelat tua agak kehitam-hitaman.

Ali masih terus mengocok-ngocok barang kepunyaannya yang mengagumkan itu. Karena matanya terpejam dia tidak menyadari bahwa aku telah semakin dekat dengannya. Aku juga terbawa untuk memejamkan mataku. Terbayangkan olehku hal yang tidak-tidak yang juga membuatku terangsang. Kurasa sesuatu yang menggelegak dalam diriku. Sekali lagi aku sampai menelan ludah. Lalu kuberanikan diriku dan menyapanya,
"Ali! Besar amat sih itu-nya?"
Ali terlihat sangat terkejut. Tersipu-sipu ia berkata,
"Aduh Neng, kok ada di sini.. Aduh maaf Neng!"
Segera kutenangkan dia, "Nggak apa-apa, nggak apa-apa kok."
Lalu sambil mengulurkan tanganku ke arah tonggak kejantanan Ali aku berkata,
"Coba lihat dong! Ukurannya kok sampai sebesar ini sih?"

Karena sudah terangsang tanpa dimintanya kujilati juga tonggak kejantanan yang perkasa itu. Kesan lengket yang tadinya ada sekarang sudah hilang, tersapu oleh jilatan lidahku. Sementara aku sedang menikmati kejantanan Ali kudengar dia bertanya,
"Neng seneng ya sama ITU-nya Ali."
Kujawab singkat, "Iya dong, seneng sekali."
Rasa penasaran rupanya mendorongnya bertanya lagi,
"Kalau sama yang dulu-dulu."
Pertanyaannya membuat gairahku semakin bergejolak. Tapi kucoba juga untuk menjawabnya,
"Senengan yang ini."
Merasa belum puas dikejarnya terus jawabanku,
"Kenapa?"
Dengan nafas tersengal-sengal kujawab dia,
"Ini yang paling hebat, paling besar, paling kuat.. pokoknya.. paling jagoanlah."
Ali tersenyum bangga. Lalu pelan-pelan didorongnya daguku hingga menjauh dari batang kemaluannya.
"Iya deh, sekarang Ali mau mandi dulu ya,' katanya meminta diri.
Sejenak aku merasa seperti ditinggal pergi dengan sengaja, bahkan ditolak, atau malah dipermainkan. Rasanya hatiku tidak rela melepas Ali pergi, biarpun hanya untuk ke kamar mandi.

Malu-malu dia berusaha menghindar, tapi terpegang juga olehku barang kepunyaannya. Lucunya setelah terpegang dia tidak terus berontak, malah dibiarkannya aku mengusap-usap alat kejantanannya itu. Setelah aku usap-usap Ali terlihat sudah mulai mampu menguasai diri lagi. Malah rupanya keberaniannya timbul kembali. Dengan gaya lugunya dia bertanya,
"Emangnya besar ya Neng punya Ali?"
Aku mengangguk mengiyakan. Hampir tertawa aku ketika Ali menanyakan,
"Tapi istri saya kok nggak pernah bilang apa-apa yah?"
Kujawab saja sekenanya,
"Wah dia nggak ngerti suaminya punya barang hebat.. Eh ngomong-ngomong mau diterusin nggak?" Dengan manis dan lugu Ali mengangguk,
"Kalau nggak diterusin entar pusing Neng."
Tidak mampu menahan diri lagi langsung kutawarkan padanya,
"Mau saya bantuin nggak?"
Terlongo Ali memandangku dan bertanya,
"Emangnya neng mau?"
Sambil tersenyum genit aku berkata kepadanya,
"Kalau untuk kamu mau dong.. tapi jangan di sini ya, di kamar aja yuk!"

SUHU DOMINO

6100game

Kutarik tangan Ali dan menuntunnya kembali ke kamar tidur. Kuarahkan supaya ia duduk membujur di atas ranjang, lalu aku menelungkup di hadapannya. Kedua tanganku mulai mengusap-usap batang kejantanan Ali. Ukurannya memang luar biasa. Tadi dalam keadaan Ali berdiri, kalau batangnya ditegakkan sepertinya panjangnya sampai ke pusarnya. Sekarang dalam keadaan dia duduk panjangnya jelas meliwati pusarnya itu.
"Aduh Neng, geli banget!" Erang Ali.
Kedua lengannya mengencang menyangga tubuhnya, sampai terlihat otot-ototnya menonjol gagah. "Ali! Ali! Besar amat ya kepunyaan kamu ini, katanya orang Arab yang itunya gede-gede begini," demikian aku membuatnya bertambah semangat.
Ternyata Ali mengiyakan dengan menerangkan,
"Iya Neng, kakek saya dari pihak ibu memang keturunan Arab."
Pantaslah kalau begitu. Beberapa saat hening tanpa ada suara, sementara aku terus mengocok-ngocok lembut barang kepunyaan Ali.

Sampai akhirnya terdengar lagi Ali bertanya,
"Neng, katanya kalau orang bule seneng ngemutin pake mulut yah Neng?"
Pertanyaan ini kurasa semakin menjurus dan membuatku terusik oleh keinginan terpendam yang ada di hatiku. Dengan singkat kujelaskan padanya,
"Ah bukan orang bule aja, orang Indonesia juga ada."
Setelah terdiam sejenak pertanyaan berikutnya membuat gairahku semakin tergugah.
"Kalau Neng Yesi gimana?"
Walau dengan nada ragu-ragu berani juga dia menanyakannya. Akupun mengaku terus terang,
"Yah saya sih dari dulu juga suka."
Sejenak lagi Ali terdiam lalu terang-terangan bertanya,
"Sama punya Ali mau nggak Neng?"
Aku melepas nafas lega, rupanya akan terjadi juga hal tidak-tidak yang dari tadi terbayang olehku.

Tapi aku tidak mau terburu-buru, aku masih ingin mempermainkannya dulu. Dengan mimik serius kujelaskan padanya,
"Wah kalau itu sih harus dilamar dulu!"
Rupanya tertarik Ali bertanya mengejar,
"Maksudnya dilamar gimana Neng?"
Masih tetap serius kupertegas lebih jauh lagi,
"Ya ngelamar anak orang kan biasanya ada syaratnya."
Wajah Ali terlihat agak kecewa,
"Yah kalau pake Mas kawin mah Ali nggak punya."
Tidak ingin terlalu lama berjual mahal langsung kujelaskan padanya,
"Maksudnya bukan begitu, syarat sebagai laki-laki ya ITU-nya bisa bangun, besar, panjang, keras sama kuat."
Kembali Ali nampak bersemangat,
"Oh kalau itu sih Ali mampu.. Bersedia nggak Neng dilamar Ali?"
Aku membisikkan kesediaanku. Lalu Ali berkata dengan penuh keseriusan,
"Neng, bersama ini Ali nyatakan bahwa Ali ngelamar Neng Yesi alias Neng Si dan mampu memenuhi syarat yang diminta tadi.."
Kujawab kata-katanya itu, "Dengan ikhlas saya bersedia menerima lamarannya Ali dan berjanji untuk memuaskan kemauannya."
Walaupun aku sebetulnya bercanda, tetapi semua kulakukan dengan penuh keseriusan. Begitu pula Ali menanggapinya dengan cara yang serius juga.

Sambil tersenyum lega Ali bertanya,
"Terus gimana Neng?"
Aku juga tersenyum dan menjawab, "Terus saya cium."
Dengan bersemangat Ali memyambutnya,
"Aduh mau Neng, ayo dong!"
Pada saat bibirku mendarat di atas kepala kemaluannya dan mengecupnya Ali mendesah,
"Aduh geli Neng, enak."
Apalagi waktu mulai kujilat-jilat dengan lidahku, ia betul-betul merasakan nikmatnya. Tubuhnya mengejang keras.
"Aduh Neng geli sekali."
Begitu kumasukkan ujung kemaluannya yang seperti topi baja itu ke mulutku, lalu mulai aku kulum, Ali mengerang panjang. Karena keenakan dia sampai menekan kepalaku ke bawah. Dipenuhi oleh kejantanan lelaki yang sebesar itu aku sampai sulit bernafas. Untung aku sudah cukup berpengalaman dalam hal seks oral, sehingga dengan mudah aku bisa menyesuaikan gerakan bibir, lidah dan mulutku.

Ketika ujung tongkat kejantanannya menyentuh langit-langit mulutku, aku merasakan lonjakan gairah yang membawa nikmat. Sayang sementara sedang menikmati itu semua, masih kudengar juga Ali bertanya lagi.
"Neng hanya ini aja apa boleh lebih Neng?"
Terpaksa aku menjawab dulu, supaya jangan terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan. Kuusahakan supaya Ali bisa menerima keteranganku dengan baik.
"Sebatas ini aja ya, soalnya baik Ali maupun saya kan udah berkeluarga.. Lagi pula kalau melewati batas ini kita kan jadinya melanggar perintah agama.. Iya kan Ali?"
Tersenyum puas Ali memandangku,
"Iya juga ya Neng, sampai sekarang Ali belom pernah melanggar perintah agama.. Terima kasih ya Neng, begini aja Ali udah puas sekali kok."
Manis sekali anak ini, akupun jadi semakin menyukainya. Langsung kuperhebat emutanku, sampai aku sendiri semakin terangsang. Sewaktu aku sudah mulai hanyut, ternyata masih juga kudengar permintaan Ali.
"Neng..," panggilnya, "Neng Yesi."
Agak kesal aku menjawabnya, "Iya kenapa? Ada apa?"
Rupanya Ali tidak tahu bahwa aku merasa kesal. Terbukti dia masih memintaku,
"Neng, sambil diemutin, dijilatin juga Neng, enak kan kalau sembari dijilatin.."

Kupenuhi permintaannya, walaupun aku merasa agak jengkel. Berani betul anak muda ini menyuruh-nyuruh aku. Untung suasana batinku tidak sampai terganggu, sehingga aku dapat mencapai orgasmeku. Karena sudah terangsang dari tadi, terutama setelah mulai mengemut alat kejantanan Ali, beberapa usapan saja sudah cukup untuk membawaku ke puncak rasa jasmaniku. Aku mengaduh, merintih dan mengerang sambil terus menjilati barang kepunyaan Ali. Laki-laki itu sampai melihati aku dengan pandangan agak heran. Tapi tidak kuperdulikan lagi dirinya. Terus aku emuti daging keras Ali di mulutku, sampai gelora rasaku mereda.

Setelah itu yang aku sadar adalah betapa pegalnya rahang mulutku, karena dari tadi mengemuti kepunyaan Ali dengan tanpa henti. Sedikit-sedikit mulai ada rasa jengkel juga karena daya tahan kejantanan lelaki itu kuat sekali. Hampir aku sentak dia ketika sekali lagi kudengar suaranya berbicara kepadaku.
"Neng..," katanya, "Neng."
"Aduh Ali, ada apa lagi sih?"
Tapi untung dia tidak menangkap kekesalanku, karena kudengar dia berkata,
"Saya hampir keluar Neng."
Rasa gairah semakin merangsang diriku, semakin keras juga aku mengemut dan mengisap alat kemaluan Ali. Hingga akhirnya seluruh tubuh Ali mengejang keras, begitu juga batang kejantanannya di mulutku.
"Ah.. ah.. Neng.. Neng.. ah.. Aduh Neng.." Ali mengerang keras dan panjang. Rupanya dia sedang mengalami puncak kenikmatannya di mulutku. Semburan demi semburan air mani Ali memasuki rongga mulutku. Banyak sekali, kental, dan asin rasanya. Supaya tidak tersedak kutelan sebisa-bisanya. Tapi setelah aku tidak tahan lagi, kubiarkan sebagian tertumpah dari mulutku dan terjatuh ke perut Ali.

Beberapa saat kemudian keadaan mulai mereda. Kudengar suara nafas Ali lembut. Alat kejantanannya yang masih berada dalam genggamanku ternyata masih keras juga.
"Ali," kupanggil dia.
Sambil mengusap-usap bahuku ia menjawab,
"Neng?"
Kujelaskan padanya, "Punya lelaki yang seperti begini yang jadi idaman wanita."
Seperti biasa dalam kepolosannya dia tidak langsung mengerti,
"Kenapa Neng?"
Karena sudah puas aku tidak kesal lagi dengan keluguannya,
"Soalnya biarpun sudah lepas muatannya masih tetap keras."
Sebelum dia sempat bertanya lebih jauh lagi kuminta ia membujurkan dirinya di ranjang. Lalu kuambil handuk yang sudah kubasahi dengan air panas dan kubersihkan seluruh tubuhnya. Sebelum tertidur Ali sempat memandangku mesra. Katanya lirih,
"Neng Yesi, Terima kasih ya Neng!"
Akupun tidur di ranjang satunya. Pemandangan tubuh telanjang Ali, yang sebagiannya telah terbungkus selimut, mengantarku ke dunia mimpi.

Perjalanan di hari berikutnya berlangsung cukup lama. Bukan karena jarak yang ditempuh jauh sekali, tapi lebih disebabkan oleh kemacetan yang luar biasa. Sebuah truk trailer rupanya mengalami selip dan terbuang melintang menutupi sebagian jalan antar kota yang kami lewati. Setibanya di kota tujuan berikutnya, yaitu Kuningan, langsung kuperintahkan mencari restoran untuk makan malam. Sayangnya setelah itu tidak langsung dapat menemukan hotel ataupun losmen dengan kamar yang masih kosong. Akhirnya terpaksa mencari kamar agak keluar kota, yaitu di kawasan pariwisata yang berada di daerah pegunungan.

Baru menjelang tengah malam kami menemukan sebuah losmen kecil di mana masih tersedia kamar yang kosong. Untungnya pada setiap kamar di losmen ini dilengkapi pula dengan kamar mandi. Ketika aku memesan kamar, kulihat wajah Ali menatap dengan pandangan penuh harap. Begitu ganteng, tetapi polos dan lugu sekali. Kupesan satu kamar untuk dia dan Pak Soleh, supir kantorku. Aku sendiri minta kamar dengan tempat ranjang double-bed. Berbeda dengan semalam sebelumnya, kali ini aku tidak begitu tergerak untuk mengajak Ali ke kamarku. Barangkali karena hasratku sudah terpuaskan tadi malam, lagi pula perjalanan hari ini benar-benar membuatku sangat letih.

Segera aku mandi dan membaringkan diriku di ranjang empuk yang tersedia. Lama kelamaan baru terasa malam ini sepi sekali. Agak menyesal juga tadi tidak mengajak Ali bersamaku. Tapi kalau mencarinya sekarang rasanya gengsi juga. Sewaktu aku hampir tertidur kudengar bunyi ketukan di pintu, lalu suara seorang laki-laki.
"Neng, Neng Yesi, sudah tidur belum..? Neng bukain pintunya dulu Neng."
Karena ketukan pintunya begitu gencar akhirnya kubukakan pintu untuk Ali. Ia segera masuk ke dalam ruangan, sedangkan aku yang tadi tidur dengan busana yang sangat minim segera kembali ke bawah selimut. Kutanya kepadanya,
"Kenapa Ali, ada apa?"
"Ali nggak bisa tidur Neng, boleh nggak Ali di sini? Nggak usah sampe pagi sih."
Dengan hati-hati kujawab, "Boleh sih boleh, tapi apa kata Pak Soleh nanti?"
Ali tersenyum lebar, "Tadi saya udah bilang mau jalan-jalan. Besok saya bilangin aja Neng nyari kamar lain, soalnya Pak Soleh kalo tidur ngorok Neng."
Rupanya biarpun polos jalan juga pikiran anak ini. Waktu Ali mau naik ke atas ranjang kucegah dia.
"Itu kan celana yang tadi siang dipakai, lepas dulu dong, kan kotor."
Tersenyum Ali memandangku,
"O iya Neng, lagi pula supaya nanti gampang ya kalo Neng Yesi mau, kalau begitu sekalian aja saya lepas bajunya ya Neng."
Kurang asem si Ali, berani betul dia membuat asumsi seperti itu. Sebelum kubalikkan tubuhku membelakanginya sempat kulihat tubuhnya yang telanjang kekar naik ke atas ranjang.

Beberapa saat berlalu tiba-tiba kurasa sentuhan tangan Ali di bahuku.
"Neng jangan tidur dulu dong Neng," pintanya memelas mesra. "Deketan dikit dong, biar nggak kedinginan," sambungnya lagi.
Kuputuskan untuk beringsut sedikit ke arah tubuhnya. Aku masih diam saja, tapi kubiarkan Ali merangkul dan mengecup bahuku. Setelah itu disusupkannya lengan kirinya ke bawah leherku, sehingga aku sekarang berbantalkan lengan yang kokoh itu.
"Balik sini dong Neng," pinta Ali sekali lagi.
Kuturuti permintaannya. Terasa bulu ketiaknya menusuk pipiku. Tercium juga bau keringatnya yang agak tajam menyengat. Kurasa Ali belum mandi, dan yang pasti tidak memakai deodorant. Boro-boro mau beli perlengkapan semacam itu, gaji untuk hidup sehari-hari sajapun mungkin pas-pasan. Tapi tidak kuucapkan komentar apapun, karena akupun tidak ingin menyinggung perasaannya.
"Neng," kata Ali memulai percakapan, "tadi malam enak ya Neng?"
Kutanggapi ia malas-malasan, "Iya, lumayan juga."
Dengan terbuka ia mengakui, "Neng, Inget yang tadi malam Ali jadi ngaceng, eh maksudnya bangun ITU-nya Neng."

Dengan maksud iseng kugoda Ali,
"Maksud Ali ITU-nya apa sih?"
Dalam kepolosannya sulit ia untuk menjawab dengan tepat,
"Itu Neng, penisnya.. eh apa tuh namanya Neng?"
Aku jadi tertawa geli mendengar jawabannya itu. Ali pun tertawa bersamaku.
"Pegangin dong Neng, sekarang dia memintaku."
Terus terang aku sendiri juga mulai terangsang. Kumasukkan tanganku ke dalam selimut, dan segera menuju ke arah selangkangannya. Begitu terpegang tonjolan keras di balik celana dalamnya segera tanganku mencari celah masuk. Seperti pengakuannya tadi ternyata alat kejantanan Ali sudah menegang keras dan besar sekali. Terasa sekali hangat berdenyut dalam genggamanku. Agak lengket oleh keringat yang barangkali sudah mengendap seharian.

Terbawa oleh suasana mesra saat itu kucium dan emut puting dadanya. Ali menggelinjang kegelian. Katanya meminta, "Terus ke bawah Neng."
Tapi tercium lagi olehku bau keringat Ali. Karena tidak tahan kuusulkan padanya,
"Ali, mandi aja dulu, nanti rasanya lebih segar deh."
Di luar dugaanku Ali menanggapi dengan penuh percaya diri,
"Nggak usah deh Neng, dingin sekali."
Tapi aku tidak mau menyerah begitu saja. Kataku membujuknya,
"Lho kan ada air panasnya, sana deh.. Apa harus saya yang mandiin?"
Sambil berdiri Ali berkata, "Nggak usah ah kalo dimandiin, emangnya jenazah nggak bisa mandi sendiri."
Ali merosotkan celana dalamnya, "Tapi ininya dicium dulu dong."
Agak jengkel aku mendengar permintaannya. Dari nadanya kesan yang kutangkap seakan-akan dia ingin menguji atau mempermainkan aku. Dengan maksud supaya dia cepat pergi ke kamar mandi, segera kukecup kepala dan batang kemaluannya, masing-masing sekali. Tapi Ali memintaku untuk mengulanginya sekali lagi, dan setelah itu sekali lagi. Akhirnya malah aku sendiri yang keenakan menciumi batang kemaluan Ali.

Beberapa saat kemudian terlihat Ali keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan sehelai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Kuperhatikan setiap lekuk pada tubuh yang bagus dan tegap itu. Lalu kutersenyum padanya.
"Kenapa Neng?" Tanya Ali.
"Ah nggak, seneng aja ngeliat orang keren," kataku merayu.
Wajah Ali terlihat senang. Ku apit lengannya agar ia lalu mendekat, setelah itu kutarik handuknya lepas. Batang kejantanan Ali terpampang di depanku, sudah tegang keras kembali.
"Lho," tanyaku heran, "kok masih keras sih.
Tersenyum Ali menjelaskan, "Tadi sih udah nggak lagi, tapi begitu ngeliat Neng Yesi jadi bangun lagi."

Sekarang giliran dia yang membuat hatiku senang dengan kata-katanya. Segera kutarik tangannya, kuminta ia membaringkan tubuhnya di ranjang. Kuciumi wajah pemuda yang telah memikat hatiku ini, sehingga sampai membuatku terlupa pada rumah-tanggaku sendiri. Kugigiti dia dengan lembut bercambur gemas mulai dari leher, lalu bahu dan dadanya, dan setelah itu sepanjang pinggangnya. Setelah itu kuteruskan ke arah bawah hingga ke sekitar selangkangannya. Tapi kali iini aku hanya menciumi batang kemaluan Ali sekedarnya saja. Sempat kulirik Ali menatapku dengan pandangan heran. Tapi kuteruskan saja menciumi paha dan betisnya hingga aku sampai di kakinya. Waktu jempol kakinya kuemut Ali menjerit,
"Aduh Neng jangan, kasihan Neng Yesi."

6100game

Setelah itu kecupan-kecupan bibirku bergerak menuju ke atas lagi, hingga aku berhenti di sekitar selangkangannya. Tubuh Ali terlihat berkeringat, padahal udara malam itu cukup dingin. Rupanya apa yang baru kulakukan tadi telah memacu birahinya.
"Enak nggak Ali?" tanyaku ingin memastikan.
"Aduh Neng, Ali nggak pernah ngebayangin seperti ini rasanya."
Jawabannya membuat hatiku berbunga-bunga. Dengan penuh semangat aku mulai menjilati kepala dan batang kemaluannya. Lidahku menyapu semua sudut kemaluan yang besar dan keras itu. Tidak lupa kujilati juga buah zakarnya, hingga Ali menjerit keenakan. Apalagi waktu pantatnya kugigit-gigit lembut. Karena masih ingin merangsang Ali lebih jauh lagi kudorong bagian bawah pahanya ke atas. Lalu kujilati sekitar duburnya.
"Aduh Neng, aduh, ampun Neng," Ali mengerang keras sekali.
Karena kuatir didengar orang kuhentikan jilatanku itu. Langsung batang kemaluan Ali aku kulum dalam dan setelah itu kuemut-emut dengan bernafsu.

Beberapa saat kemudian Ali menarik tanganku lembut,
"Sini Neng.. Ali belum pernah ngalamin yang seperti begini.. Terima kasih ya Neng!"
Kemudian dimintanya aku berbaring menelentang. Sebelum timbul pikiran macam-macam di benak nya, cepat kutarik batang kejantanannya ke mulutku dan kuemut-emut dengan penuh gairah. Setelah itu terjadilah sesuatu yang tidak kubayangkan akan sebelumnya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke arah bawah, dalam posisi 69 berlawanan arah dengan tubuhku. Didekatkannya wajahnya yang tampan itu ke arah selangkanganku. Dijilatinya seluruh bagian kemaluanku. Dipeluk dan ditariknya pantatku, lalu dijilatinya duburku seperti tadi telah kulakukan padanya. Kalau tidak kugigit bibirku pastilah aku sudah menjerit-jerit kegelian.

Sewaktu dia kembali menjilati kemaluanku hampir saja aku mencapai puncak orgasmeku.
"Ali, sayang, udah ah saya nggak tahan," kataku memintanya berhenti.
Pemuda itu menatapku dengan pandangan bertanya. Terpaksa kujelaskan bahwa belum tentu aku setahan dia. Kalau nanti aku orgasme duluan bisa mengganggu pelayananku kepadanya. Setelah mau mengerti Ali kembali ke posisi semula, yaitu mengangkangi tubuh bagian atasku. Kumulai lagi menjilati dan mengemut tonggak kejantanan Ali yang keras itu. Sambil tentunya tanganku sendiri mengusap-usap kemaluanku yang tadi sudah dirangsang Ali. Lama-kelamaan mulai terasa cairan kental agak asin di mulutku. Kelihatannya Ali sudah mendekati saat-saat puncaknya. Sayangnya tiba-tiba aku merasa agak mual. Terpaksa kuakali Ali dengan meminta sesuatu yang berbeda dari tadi malam.
"Ali, nanti waktu keluar siramin ya ke atasnya saya."
Ia bertanya heran, "Mau Neng seperti begitu, ditumpahin pejuhnya saya?"
Kuyakinkan Ali, "Mau dong kan enak.. Oh iya nanti kalau kamu udah keluar punya saya kamu usapin ya, biar saya juga puas."

Setelah itu kembali kuemut-emut batang kemaluan Ali, sambil kukocok-kocok keras. Tidak terlalu lama kemudian terdengar Ali mengerang dan mengaduh. Sesuai permintaanku tadi ditariknya tonggak kejantanannya dari dalam mulutku. Lalu dia mengambil alih dengan mengocoknya sendiri. Kuatur posisi diriku sambil tanganku terus meremas-remas pahanya yang keras berotot. Waktu Ali mulai berejakulasi, aku mengaduh kaget. Cairan yang tadinya kuharap akan jatuh di dadaku, atau paling jauh leherku, ternyata begitu kuat semburannya sehingga tertumpah di wajahku. Mendengar eranganku rupanya Ali mengira aku menyukainya. Didekatkannya barang kejantanannya ke wajahku. "Ah.. ini Neng.. ah.. ah."

Semburan demi semburan air mani tersiram ke wajahku. Terpaksa kucoba menikmati itu semua sebisaku. Sementara itu kurasa telapak tangan Ali yang kasar meraba selangkangan dan celah pahaku, berusaha membawaku juga diriku ke puncak orgasme. Dalam keadaan terangsang mulutku mencari batang kejantanan Ali. Seperti semalam sebelumnya ternyata masih dalam keadaan sangat keras, dan tetap besar, walaupun sudah mengalami ejakulasinya. Dengan cepat kumasukkan barang kepunyaan Ali itu ke dalam mulutku dan kuemut-emut lagi. Ali mengerang keenakan dan mengaduh kegelian. Dalam keadaan itulah aku juga mencapai puncak pengalamanku di malam ini.

Melihat keadaanku yang sudah lemah lunglai Ali menyuruhku berbaring santai. Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi ia kembali membawa handuk yang telah dibasahinya dengan air hangat. Dibersihkannya seluruh tubuhku dengan telaten dan penuh perhatian. Sambil merebahkan tubuhnya masih sempat ia berkata,
"Aduh Neng, enak sekali rasanya."
"Iya Ali, saya juga puas sekali," jawabku sambil mendekatinya.
Kali ini aku yang ingin dipeluknya. Demikianlah selanjutnya akupun terlelap dalam buaiannya, tapi karena sedang asyik-asyiknya kuputuskan untuk berlaga seolah-olah tidak sadar. Begitulah ternyata malam ini aku dan Ali kembali dipertemukan. Barangkali memang sudah jodohnya.

"Neng, neng Yesi, sekarang Ali masukin ya?"
Suara pemuda itu terdengar mengusikku. Sempat terbersit keinginan di hatiku untuk menolaknya, tapi akhirnya birahiku yang sudah sangat memuncak mendorongku mengambil keputusan yang berbeda. Kutatap dia dengan lembut, lalu kuiyakan permintaannya.
"Tapi pelan-pelan ya Ali, soalnya, soalnya..," aku kebingungan memilih kata-kata yang tepat. Ali tersenyum bangga. Diteruskannya apa yang kumaksud dengan berkata,
"Soalnya belum pernah dimasukin yang sebesar ini ya?"
Aku hanya dapat mengangguk pelan, rupanya Ali telah dapat membaca pikiranku. Kemudian Ali membuka selangkanganku, sementara mengemut-emut puting dadaku, seperti seorang bayi besar yang sedang dahaga. Diusap-usapnya bibir kemaluanku dengan ujung kejantanannya. Aku menggelinjang kegelian, sudah merasa ingin, tapi juga agak takut.

Ketika Ali mendorong kepunyaannya itu masuk, rasa pedih yang amat sangat melanda seluruh tubuhku. Ternyata kepunyaanku agak sempit dibanding kepunyaannya.
"Aduh Ali sakit..," sambil kugigit bibirku.
Dia berhenti sejenak, lalu mulai mendorong alatnya kejantanannya kembali. Setelah kurang-lebih masuk setengahnya tiba-tiba Ali mendorong agak keras, hingga membuatku menjerit.
"Aduh, aduh, aduh, sakit sekali sayang.."
Sambil kucoba merenggangkan pahaku selebar-lebarnya. Rasa pedih yang kuderita berlangsung selama kurang-lebih dua menit, sebelum berangsur-angsur mereda. Lubrikasi dari liang kemaluanku akhirnya semakin mempermudah gerakan alat kejantanan Ali, sehingga dapat bergerak maju mundur lancar. Aku merinding dan menggigil dilanda kenikmatan yang baru sekali ini aku rasakan.

Belum pernah liang kewanitaanku menerima kunjungan benda asing milik lelaki yang sebesar ini. Karena memang selama ini pengalaman yang kumiliki hanyalah dengan Mas Heri. Dibanding suamiku, kelebihan Ali bukan hanya karena ukuran alat vitalnya yang besar, tetapi dia sendiri juga pandai memainkannya. Akibatnya baru sepuluh menit saja aku sudah mencapai orgasmeku yang pertama. Rasanya tubuhku melambung tinggi, dan terbawa melayang entah kemana. Tanpa kendali lagi aku menjerit-jerit memanggil nama pemuda itu, sambil sesekali menggigit-gigit lengannya. Setelah perasaanku mereda baru kusadari bahwa Ali masih dengan gagah menunggangiku. Terpaksa kuatur nafas dan posisi diriku, supaya bisa mengimbangi keperkasaannya.

Menjelang Ali mencapai klimaksnya, masih sekali lagi aku dilanda gelombang nikmat orgasme kewanitaanku. Maka ketika kudengar Ali berkata,
"Sekarang Ali lepas ya," aku hanya dapat mengiyakannya saja.
Begitu kukatakan, "Iya Ali, iya sayang, tolong sekarang.. akh."
Langsung Ali memperhebat gerakan menghujamnya.
"Neng, neng.. neng.. aduh neng.. aahh," demikian Ali meracau sambil mendorong kepunyaannya sedalam-dalamnya memasuki liang kewanitaanku. Sangat erat ia memeluk tubuhku, sementara jari-jariku meremas punggungnya, karena orgasme yang juga sedang kualami. Setelah beberapa saat berlalu, barulah gerak dan erangan kami berdua mereda. Ali masih membiarkan kepunyaannya di dalam kepunyaanku selama beberapa saat, setelah itu baru ditariknya keluar. Sebagian dari siramannya tadi ikut mengalir tertumpah di selangkanganku.

Nampaknya melakukan hubungan yang memuaskan itu cenderung membuat diriku lapar. Atas permintaanku Ali memesan hidangan dan minuman dari restaurant. Begitu tiba langsung kusantap dengan sepuas-puasnya. Setelah itu kuminta Ali untuk mengantarku pulang. Tetapi ternyata dia belum mau, karena katanya belum puas menyetubuhiku. Terpaksa kulayani dia sekali lagi. Ternyata permainan yang kedua ini juga tidak kalah dibanding yang pertama tadi. Kembali ia membawaku ke puncak orgasmeku, sebelum ia sendiri menyiramkan air maninya ke liang rahimku untuk kedua kalinya. Aku sungguh-sungguh merasa puas, kuyakin begitu pula dengan Ali. Akhirnya baru jam 1 malam aku memasuki rumahku. Untunglah Mas Heri sudah tertidur lelap, sehingga aku terlepas dari kewajiban untuk menjelaskan apapun padanya.

Hubunganku dengan Ali menjadi sangat akrab setelah peristiwa di malam itu. Ternyata dia sikapnya romantis, walaupun kemasan gayanya agak lugu. Bercinta dengannya akhirnya menjadi suatu kebutuhan rutin untukku. Kalau lebih dari seminggu tidak ditungganginya perasaan dan emosiku benar-benar menjadi kacau. Begitu pula halnya dengan Ali. Malah karena nafsu birahinya yang ternyata cukup besar, sering ia meminta jatahnya sampai dua kali seminggu. Untunglah hubungan kami tidak pernah sampai diketahui orang lain.

Demi nama baik dan martabat aku selalu berusaha untuk bersikap hati-hati. Demikian pula Mas Heri tidak pernah merasa curiga sama sekali. Beberapa bulan kemudian ternyata aku hamil. Baik Mas Heri maupun Ali menyambut kehamilanku itu dengan gembira. Demikian pula tentunya orang-tuaku dan orang-tua Mas Heri. Aku memang juga gembira, tapi juga kuatir apa yang akan terjadi di masa depan nanti. Rasa kekuatiranku semakin bertambah karena anak yang kulahirkan ternyata tidak bisa dikatakan mirip dengan Mas Heri. Sekali lagi aku beruntung karena Mas Heri tidak merasa curiga sedikitpun. Sebelum tiga tahun berlalu aku dianugerahi seorang anak lagi. Sehingga lengkap sudah rasanya kebahagiaanku. Satu hal yang membuat kebahagiaanku semakin sempurna adalah sikap Mas Heri dan Ali yang baik. Mereka berdua sama-sama menyayangi anak-anakku, selain tentunya menyayangi diriku. Ali sendiri akhirnya juga mempunyai dua orang anak dari istrinya. Demi ayahnya, mereka aku dukung juga, terutama untuk pendidikannya. Dengan kegiatan usahaku yang semakin berkembang, dan asset kekayaan yang terus bertambah, aku cukup mampu untuk melakukan itu semua.

E N D.



6100game

SUHU DOMINO

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...