SUHU DOMINO |
6100game - Di siang hari yang terik itu, Dina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya, Setelah membayar ongkos taksi, Dina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya. “Eh, neng Dina. Bibi kirain siapa.” “Iya bi, cepetan dong panas nih.” “Iya iya neng masuk..” Dina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi Sumi pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.
“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Dina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynta udah bilang kok neng Dina mau dateng. Cuman ada mas Romi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.“ "Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynta yah bi. Disana aja ngadem.” “Iya neng, bibi lanjut masak ya." Dan bi Sumi pun menghilang ke belakang, menyisakan Dina sendirian. Dina pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynta. Dina dan Cynta sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Dina kerap bermain ke rumah Cynta. Tak jarang di akhir minggu Dina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Dina seperti keluarga sendiri.
Setibanya ia di kamar Cynta, Dina segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cynta sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum pulang hingga beberapa jam kedepan. Dina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Dina memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cynta. Dengan kesal, Dina hanya membolak-balik hapenya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar. Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Romi diseberang kamar Cynta yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Dina pun memutuskan untuk mengisengi Romi saja. Romi sendiri adalah adik Cynta satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun.
Saat itu Romi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini Romi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Dina, Romi adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynta. Sambil berjingkat-jingkat Dina menghampiri kamar Romi dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Romi tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Dina pun mengendap-endap mendekati Romi yang kala itu hanya mengenakan boxer dan terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Romi, Dina tercekat melihat layar komputer Romi. Dina baru tersadar Romi ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Dina sudah berada tepat di belakangnya. Dina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Romi yang sedang bernapas tak beraturan.
Kini bahkan tangan kiri Romi mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Dina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Romi sambil berteriak kencang.“HAYO LAGI NGAPAIN!” Romi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Romi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Dina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Romi. “K-kak Dina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Romi masih sambil terbata-bata. “Lagian elu sih Rom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Dina lagi di sela-sela tawanya. Romi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap. “Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar Dina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer. “Eh Eh! ngapasin sih kak Dina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Romi sambil berusaha menghalang-halangi Dina. “Ah berisik lu Rom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Dina sambil terkekeh.
Romi tak bisa berkutik mendengar ancaman Dina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah Dina. Dina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Romi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu. “Ih gila lu Rom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Dina asal. Romi yang makin salah tingkah yang justru membuat Dina makin bersemangat untuk mengusilinya.Romi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi Sumi ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga cynta atau bahkan mamanya. “Duh udah dong kak Din, please ampun kak..” mohon Romi. Tetapi Dina diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya. “Ckck.. ga nyangka gue Rom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Dina lagi. Romi makin memerah kupingnya mendengar ocehan Dina. Dalam hati Dina memuji juga selera Romi. Video yang diputar Romi diam-diam agak membuat Dina hanyut juga.
Apalagi rencana Dina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Dina makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Dina melirik Romi yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Dina melihat Romi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Romi, sekelebat pikiran kotor Dina bergejolak. “Yauda deh Rom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.” Sejenak Romi bernapas lega mendengar perkataan Dina. “Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..” “Yaaah.. please kak Din, jangan dong kak.” Mohon Romi seraya menarik lengan seragam Dina dengan wajah sangat memelas. “Ih jangan pegang-pegang!” tukas Dina sombong.“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Romi kasih, kak Dina laper? mau pizza? Romi pesenin ya?” rayu Romi sengit. “Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas Dina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Dina kembali berucap. “Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Dina jahil. Romi termangu tidak mempercayai perkataan Dina. Dina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Romi. Dalam hati Dina sedikit berdebar-debar juga menunggu respon Romi. “Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam Dina lagi sembari berakting melangkah pergi. “I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Romi.
Dina berdiri berkacak pinggang memandangi Romi dengan tersenyum kecil. Romi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas. “Ayo cepet, lama banget lu ah Rom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Dina lagi mengancam. Romi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Rina memperhatikan pergerakan Romi dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Romi memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata Dina membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Romi yang melengkung berbentuk V. Nina berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge-Gym.”
Romi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Romi memerah padam tak sanggup membalas pandangan Dina sama sekali. Kini Romi berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Dina yang duduk dengan santai di depan meja komputer. “Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Dina girang tatkala Romi usai menanggalkan boxernya. Romi masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman. “N-ngapain kak, udah dong Romi udah kapok..” Mohon Romi lagi dengan suara lemas. “Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar Dina cuek sembari terkikik geli. Romi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras. “Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Dina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar Dina mengancam.
Mendengar ancaman Dina otomatis Romi berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Romi melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Dina yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Romi. Dina dengan seksama melirik mata Romi yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Dina memilih untuk diam saja membiarkan Romi untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis Romi kian menegak keras. Dina pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya. “Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” kata Dina. Romi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis Romi menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Dina pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis Romi. Untuk ukuran anak smp penis Romi bisa menyamai milik Wandi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik Wandi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis Romi.
Dina jadi menelan ludah diam-diam. “Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Rom. Gue pengen liat segede apa. ”Romi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Dina. Dengan posisi itu Dina bisa meneliti betapa gagahnya penis Romi di depan mukanya itu. Romi berdebar-debar grogi manakala Dina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Dina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Romi jadi mengkhayal apabila Dina mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya Romi apabila itu terjadi. “Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Dina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis Romi usai ia memandanginya dekat-dekat tadi. Romi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan Dina. Agak kecewa juga Romi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan. “Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambah Dina lagi. “S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah Romi malu-malu.“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Dina. “E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak Dina suruh keluarin. Kalo turun lagi emang Romi bisa kontrol? Hayo..” Ujar Romi lagi berusaha membela diri. “Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo suruh gue buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Cynta.” Balas Dina lagi. “N-ngga ngga kak Din, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab Romi terbata-bata. “Buka apaan?” Tanya Dina lagi tidak sabar. “Turunin branya aja kak Din. Dikit aja, b-biar Romi on lagi.” Tawar Romi malu-malu. Sial, pikiran Dina terdiam sesaat.
SUHU DOMINO
6100game |
Sialnya hari itu memang Dina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Wandi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show Romi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan Dina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani Romi. Ditengah gelora nafsu Romi melihat tatapan Dina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini Romi melihat Dina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini Dina asyik memainkan kedua puting susunya didepan Romi. “Ouh kak Dina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing Romi. Dina tak menggubris bisikan Romi dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan Dina terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Dina mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Dina menjadi gemas sekali oleh penis Romi. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis Romi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma Romi. Pasti legit sekali rasanya, pikir Dina dalam hati. “Kak Din, Romi pegel nih kak tangannya..” ujar Romi lirih. “Bantuin dong kak Din gantian, pleasee…” ujar Romi mencoba peruntungannya. Dina melirik Romi tajam.
Sial sekali Romi seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir Dina dalam hati. “Hm! Sial lu Rom. Sini cepet!” jawab Dina singkat sembari berusaha tetap cool. Romi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Dina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras Romi. Romi menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan Dina menggengam penisnya. Nyaris saja Romi ejakulasi merasakan halusnya tangan Dina. Dina mendesis gemas sembari menyapu jengger Romi dengan jempolnya. Dina jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis Romi dalam genggamannya.
Dengan pelan Dina mulai mengocok penis Romi naik dan turun. Romi menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Dina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan Romi. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi Romi. Dina meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Romi terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan Dina seperti itu. “Awghh… k-kak Din.. Enak bangettt… suerr…” racau Romi. CLOK!CLOK!CLOK!CLOK! Bunyi kulit pelir Romi bergesekan dengan telapak tangan Dina yang basah oleh liurnya sendiri. Dina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis Romi demi melicinkan lagi kocokannya. “Kak Din, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu Romi lagi. Shit, pikir Dina dalam hati. Sebenarnya memang Dina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu Dina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini posisinya Romi sudah meminta, jadi Dina berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan Romi atau tidak.
Namun dilain pihak Dina juga begitu ingin mengecap sperma Romi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, Dina mencondongkan kepalanya maju. “Hmmhh.. sialan lu Rom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..” Dina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis Romi dan mengisapnya bak permen lolipop. Romi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan Dina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi Dina juga menikmati mengisapi batang penis milik Romi itu. Bagaimana Dina harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis Romi kedalam mulutnya.“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…” Dina melepehkan pelir Romi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis Romi dan dijilatnya batang Romi mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat Romi kocar kacir. Dina mengeluarkan pengalamannya demi membuat Romi bertekuk lutut, sialnya Romi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga Dina harus berupaya ekstra.
Akhirnya Romi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, Romi tiba-tiba menjambak rambut panjang Dina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Dina yang samasekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul Romi ketika penis gagah Romi terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Romi dengan gilanya menggagahi tenggorokan Dina tanpa ampun, membuat Dina tersedak dan terbatuk-batuk hebat. Bak di dalam video porno hardcore, Dina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa Romi. Diantara keberingasan itu Dina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas Romi ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam Dina. “Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….” Romi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut Dina. Cairan sperma Romi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan Dina. 1,2,3,4, kali penis Romi berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut Dina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Dina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika Romi usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi. “OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…” Dina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen.
Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Dina mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Romi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue. “Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu Rom.. Hhh.hhh..” umpat Dina disela-sela napasnya masih dengan suara serak. Romi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir Dina yang masih tidak karu-karuan. Romi dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Dina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah Romi. “Maap kak… Romi kebawa suasana.. Maap yaah . Abis kak Dina hebat banget sih nyepongnya. Romi jadi ga kuat..” Ujar Romi sambil malu-malu “Ga kuat sih ga kuat, tapi gak langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus Dina kesal. “Iya deh maap ya kak Din, nanti besok-besok gak gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu Romi. “IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir Dina sembari masih tersengal-sengal. “Jangan gitu dong kak Din, haha. Enak kan kontol Romi? Buktinya kak Dina ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar Romi sambil tersenyum-senyum. “Halah, kepedean lu Rom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos Dina lagi. “Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak Din belom keluar.. Karena Romi baik, sini gantian Romi bantuin, Kak.” goda Romi sambil tersenyum-senyum girang. “EH EH mo ngapain lu Rom? Ih lepass!” Romi segera merengkuh tubuh Dina dan merebahkannya ke kasur.
Terasa kini oleh Dina betapa badan Romi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Romi dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher Dina. Bahkan tangannya Romi juga kini ikut menggerayangi dada Dina. “Rom.. Rom udah Rom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon Dina berusaha menghentikan serangan Romi. “Kenapa kak Din? Hmmmm…mmmuach… kan Romi cuman pengen bantuin kak Dina aja, ga enak dong Romi tadi udah keluar duluan kak Dina belom.. Mmmmwach..” ujar Romi terus menyerang tengkuk Dina. Dina merasakan penis Romi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya. “Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. lo jangan masukin ya Rom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah Dina berusaha menghindar, Dina merasa terpaksa menyerah ketimbang Romi terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah. “Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak Romi jilatin kak.” ujar Romi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya. Dina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja Dina pasrah oleh serangan Romi. Romi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat Dina geleng-geleng kepala.
Dina dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya agar Romi tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya. “Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Romi pengen jilat yang ini dulu..” Ujar Romi seraya meraba payudara Dina. Sialan pikir Dina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan Romi. Dengan masih tersenyum-senyum cabul, Romi merabai payudara Dina. Ditariknya lagi Dina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Romi dengan lembut menyentuh puting susu Dina dari balik bra. “Eghmmm..” Dina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Romi tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan Dina habis-habisan. Kini dua telunjuk Romi bermain di kedua puting susu Dina yang kenyal. Dina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Romi beralih kebelakang Dina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting Dina lembut. Untunglah pikir Dina, karena Romi jadinya tidak bisa melihat ekspresi Dina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh Romi. Romi terus memancing desahan Dina untuk keluar. Dari posisi belakang, Romi dengan diam-diam kembali menciumi leher Dina penuh nafsu. Dina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala Romi mempermainkan tubuhnya seperti itu.
Secara naluriah Dina melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher Romi. Romi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh Dina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Dina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini. “Mhhmm.. Rom, gila ah Rom geli banget gue….” racau Dina dalam kenikmatan. Romi dengan giatnya terus mencubit, mengusap, dan menarik puting Dina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping Dina membuatnya bergetar keasyikan. Dina tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri. Kemudian secara perlahan sebelah tangan Romi merayap kebawah dan membelai paha Dina. Dina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan Romi untuk membuka kedua pahanya. Romi mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam Dina. Dina menoleh kearah Romi dan segera memagut bibir Romi penuh nafsu ketika jemari Romi merabai kemaluannya lembut.
“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin Romi?” tanya Romi mesra. Dina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir Romi sembari badannya menggigil merinding ketika Romi terus menjamahi kemaluannya. Romi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Dina. Dina yang kalap menjambak rambut Romi dan menciumnya makin dalam ketika jemari Romi mengusap bibir vagina Dina yang berlendir. “Ssshh.. Itilnya Rom, itilnya mainin plis..” Mohon Dina. “Ini yah? Ini kak? Hmmm?”“Aggghhh Rommm….” Dina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah Romi menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan Dina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Romi menyentuh mesra klitoris Dina. Kini bahkan kedua kaki Dina berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat Romi makin leluasa mengerjainya. “Ahmmm… gila Rom enak bangettt.. Terusin Romm… kocokin memek gue Rommm…”Romi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan Dina. Sangking basahnya dengan mudah jari Romi menelusup masuk.
Romi baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Romi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina Dina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, Dina merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara Romi diantara kedua kakinya terus mengorek-ngorek vagina Dina. “Rooom.. Gilaa…Rommm…auhh terus Rommm…. Mhmhh..” Dina merengek-rengek liar ketika Romi memasukkan jari kedua kedalam vagina Dina dan kemudian menyeruput klitoris Dina dengan sedapnya. “Shrrrrppppppptttt…..” Dina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari Romi kedalam vagina Dina dengan beringas. “YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue Rom, kasarin Romm.. Ouggghhh fuck me!” Romi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang Dina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Romi merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina Dina. Dina mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga Dina menyemburkan cairan encer dari dalam kemaluannya.
Romi terbelalak kaget ketika Dina terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang. Dan akhirnya Dina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan Romi yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu Romi merasakan sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Dina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Romi membiarkan Dina beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Dina kembali sadar dan melirik lembut kearah Romi. “Sini Rom..” Panggil Dina lembut. Romi mendekat diatas tubuh Dina dan kemudian secara naluriah Dina melingkarkan kedua kakinya di pinggang Romi, dan mencumbui bibir Romi mesra. Dina sendiri merasa takjub Romi bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu. “Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar Dina sembari tetap mendekap manja Romi. “Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya Romi bisa bikin kak Din muncrat ampe segitunya..” kelakar Romi. “Huu.. hoki lu bisa bikin gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar Dina lagi sembari kembali mencumbu Romi manja. “Haha.. berarti lebih jago Romi dong dari pacarnya kak Dina? Kalo gitu pacaran sama Romi aja kak.. Romi entot tiap hari deh janji..” rayu Romi nakal. “Haha geer lu Rom, emang siapa yang mau dientot sama lo?” “Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..” Romi terus merayu Dina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Dina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris Dina membuat Dina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris masuk kedalam vagina Dina yang sudah merekah dan sangat licin.
Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu. “Emang lu bisa masukin Rom? Yakin ga salah lobang?” goda Dina sambil tersenyum genit. “Wah meragukan nih. Bener ya? Romi masukin nih… hmmmmm..” “Coba aj–eggngnggghhhh….”Dina seketika meringis ketika kepala penis Romi masuk tepat sasaran kedalam vagina Dina masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Romi tersenyum penuh kemenangan melihat Dina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis Romi sudah masuk kedalam liang vagina Dina. Romi merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.“Romiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak Dina belom siap..” Protes Dina dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.“Tadi kak Dina nantangin.. sshhh.. Romi masukin lagi yah? ughh..” ujar Romi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina Dina. Romi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina Dina. Dina merengkuh leher Romi kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya.
Hingga akhirnya dirasa batang penis Romi tertanam seluruhnya dalam vagina Dina. Romi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina Dina. Begitu juga Dina yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis Romi. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis Romi dibanding milik kekasihnya, dimana vagina Dina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.“Gede banget Rom…” bisik Rina tanpa sadar oleh rasa takjub. Romi jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama. Dengan percaya diri Romi mulai menggenjot Dina dibawahnya. Romi dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama. POK.POK.POK.POK.POK. Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Romi dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat Dina dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan Dina.“Sshh.. sini kak Din gantian kak, entotin Romi yah.. hehe..” Ujar Romi sembari merengkuh badan Dina.
Masih dalam posisi missionary, Romi merengkuh badan Dina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya Rina duduk dipangku diatas Romi berhadap-hadapan dengan Romi berada dibawah. Dina dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis Romi.“Ughhh.. dalemm..” bisik Dina manja. Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal Romi menancap dalam. Dina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Romi dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat Dina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat Dina menunggangi Romi sambil terus meracau dan mendesah. Romi yang masih belum puas bermain dengan Dina, menggiring Dina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki Dina. Dina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika Romi serta merta dengan gagahnya menggendong Dina didalam dekapannya.“Ahhg Romm, mo ngapain..?”Romi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan Dina. Dengan sekejap Romi kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan Dina masih dalam posisi berdiri menggendong Dina seperti itu.“AUGH!!”Dina melolong antara ngilu dan nikmat ketika Romi lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Dina hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher Romi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, Romi mengayun Dina maju mundur. Badan Dina terombang-ambing terus menerus dihantam oleh Romi yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh Dina betapa Romi sudah jauh berbeda dari yang dulu.
6100game |
Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya. Dina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan Romi makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan Romi masih dengan gagahnya menggendong Dina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.“Rom.. Romii… ROMI!!”Dina memekik kencang memanggil nama Romi manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim Dina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat Dina mengejang-ngejang dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang Romi. Romi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Romi tersenyum melirik ekspresi Dina yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat. Romi dengan perlahan kembali menelentangkan Dina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan Romi. Dina yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari Romi.
Romi dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Dina, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah Romi kembali bergelora ketika membayangkannya.“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Romi masi belum keluar lagi nih..” Ujar Romi seraya membaringkan badan disebelah Dina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Dina mendengking pelan menghindari usapan tangan Romi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan Romi, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya Dina enggan untuk meladeni nafsu bejat Romi yang ternyata diluar dugaan Dina itu. Dengan gemas Romi menjambak rambut Dina dan berbisik kasar.“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar Romi dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Dina. Dina seketika ciut mendengar perkataan Romi barusan. Ia tak menyangka Romi bisa membuatnya ketakutan seperti itu.“Mmmggghh..! Udah Rom.. Please..” Mohon Dina sepenuh hati. Didorongnya Romi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Romi yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Dina. Romi kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala Dina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut Dina.“MMFHGHGHHH!!”Dina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir Tomi yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Romi mengangguk-anggukkan kepala Dina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut Dina.“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur Dina, Romi pun mengangkat badan Rina hingga Rina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat Dina. “Anngggghh!” Dina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Romi meraih pinggul Dina, dan dengan tanpa ampun Romi menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan Dina dengan kasar.“NNGGHHH!”Dina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis Romi kembali bersarang dalam kemaluannya.
Tanpa basa-basi Romi segera menggenjot kemaluan Dina sekuat-kuatnya dan sekencang-kencangnya. PLAK!PLAK!PLAK!PLAK!PLAK!“Annnnghhhhhh ammmpuunn Rommmm.. Amp–ngaaahhh!”Dina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh Romi. Romi dengan buasnya menghantam Dina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu Dina malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam Dina juga ikut menikmati sensasi kasar ala Romi terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat Dina agak bosan. Perilaku kasar dan beringas Romi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya Dina malah lebih menikmatinya.
Romi meraih rambut Dina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” Dina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Romi berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.“Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…” Kini Romi bahkan meraih leher Dina dan mencekiknya hingga badan Dina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Romi masih terus menghajar Dina dari belakang tanpa ampun. Romi mencekik leher Dina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga Dina dari belakang. “Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak Dina? Hmm? Enak ngga Romi entotin gini?!” Bisik Romi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher Dina. Dina yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup.
Sebelah tangan Dina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat Romi, tak rela apabila Romi mengendurkan genjotannya. Dina begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata. “Mau ngga Romi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik Romi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut Dina semakin keenakan. Semakin kasar Romi, semakin birahi Dina berkobar. “Agh-agh-agh-m-mau-Ro-Rom-agh-agh-agh” Jawab Dina terbata-bata akibat guncangan kasar Romi menyetubuhi dirinya. “Shh–aah… kalo gitu-shh–terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”Romi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Dina. Dina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap. Dina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia juga merasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia sama sekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat Romi yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan Dina. Dan entah mengapa Dina jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir Romi lembut sambil ia tersipu malu dan Dina pun kembali merebahkan diri disebelah Romi.
Tamat.
BACA JUGA !!!
6100game
SUHU DOMINO |
No comments:
Post a Comment