SUHU DOMINO |
6100game - Bunyi itu terdengar semakin kencang dan gelombang kenikmatanku mulai datang bergulung-gulung .
“AAAARRRRKKKKKKKHHHHHHHHHHHHHHHHHH ……………..”
Aku meraung nikmat saat puncak gelobang nikmat itu menghantam tubuhku. Mataku terbelalak memandang pada orang yang mendatangkan kenikmatan ini sebelum akhirnya kembali terpejam untuk menikmati sisa-sisa alunannya.
Om Wanto secara perlahan mengurangi frekuensi genjotan penisnya disesuaikan dengan irama nafasku yang semakin teratur lagi. Kami lalu berciuman dengan mesra sambil berpelukan dan melontarkan kata-kata pujian atas nikmatnya persetubuhan babak kesatu ini.
“Ooomm..tadi Om sudah keluar belum ?” Tanyaku sambil memegang pipinya dengan penuh rasa sayang.
“Belum sayang, Om belum keluar tadi” Jawab Om Wanto dengan tersenyum sambil mencium tanganku yang mengelus pipinya itu.
“Nanti Om lepaskan di luar saja ya, kan Rina masih belum pakai proteksi dan Om juga ga bawa kondom karena ga menyangka akan bersetubuh dengan Rina” Lanjutnya
“Keluarin di dalam saja Om, Rina ingin merasakan yang Mama rasakan sehingga mau berkorban sampai hamil” Bantahku
“Tapi …” Om Wanto terlihat ragu-ragu
“Ga apa-apa Om, nanti Rina akan minum Morning After pill…banyak kok di bagian kebidanan” Kataku menenangkannya sambil mengelus-ngelus kepalanya yang sudah botak.
Om Wanto kemudian membangunkanku sampai terduduk berhadapan dipangkuannya dengan penis yang masih tertancap di liang vaginaku. Dia kemudian memintaku melihat ke arah selangkanganku untuk melihat cipratan darah perawanku yang masih menempel pada paha dan perutku. Dengan spontan aku meraih handphone ku yang tergeletak di lemari pinggir ranjang untuk mengambil gambarnya beberapa kali dari beberapa sudut yang memungkinkan sebagai kenang-kenangan.
Setelah membiarkan aku puas memotreti vaginaku sendiri dengan sumpalan batang penis di dalamnya, Om Wanto kemudian mulai menciumi payudaraku yang cukup besar, meremas-remasnya dan menghisap-hisap putingku yang kecil kecoklatan. Aku langsung diserang rasa geli yang amat sangat sehingga mulai melenting-lenting nikmat. Lentingan badanku juga mengakibatkan penis Om Wanto jadi bergerak-gerak lagi dalam liang vaginaku.
Om Yanto kemudian membaringkan tubuhnya sendiri dan membiarkanku duduk tegak di atas selangkangannya dengan posisi seperti orang menunggang kuda. Aku dimintanya mulai bergerak naik turun yang aku turuti juga walaupun agak canggung melakukannya karena merasa Om Wanto sekarang bisa menonton tubuhku yang telanjang secara utuh. Tapi rasa nikmat yang kemudian aku rasakan membuatku melupakan itu semua, apalagi dengan posisi ini aku bisa menentukan sendiri bagian mana dalam liang vaginaku yang ingin “kebagian” penis lebih banyak karena lebih mendatangkan rasa nikmat buatku. Om Wanto juga membantu dengan mengangkat pinggulnya setiap kali aku bergerak turun kebawah, membuat sodokan penisnya terasa lebih mantap.
“Heehhhh….hehhhh….hehhh….hehhh….hehhh…” Aku mendesah tertahan karena harus juga aktif bergerak naik turun menjemput sendiri kenikmatanku.
Keringatku bercucuran walaupun sebenarnya suhu ruangan cukup dingin karena AC dipasang secara penuh. Demikian juga dengan cairan vaginaku yang mulai mengalir deras di dalam liang sampai merembes keluar mengalir turun melalui kedua pahaku.
HEHHHHH ….HEEHHHHHH….HEEHHHHHHHH…HEHHHH….HEEHHHHHHHH …Nafasku semakin memburu dan gerakanku semakin tidak teratur karena merasakan orgasmeku akan segera datang
Tapi aku lihat Om Wanto pun ekspresinya mulai berbeda karena terlihat seperti menahan sesuatu dan tangannya yang memegang pinggangku mulai bergerak-gerak dengan gelisah.
“Oommmmmmm…Rina udah mau dapet lagi !” Kataku setengah berteriak
“Saya juga udah mau keluarrrr” Sambut Om Wanto
“AAAAAAAARRRGGGGGGGGHHHHHHHHH……..” Kami berdua hampir berasamaan mengeluarkan suara raung kenikmatannya saat berorgasme dan berejakulasi.
SRRRRTTTT…SRRRTTTTT….SRRRRTTT…SRRRTTTTT …SRRRTTTT …srttt…srrrtt ….srrrttt
Aku merasakan ada lima semprotan hangat yang tumpah dalam rahimku diikuti dengan belasan semprotan kecil.
Tanpa menunggu selesai aku segera menundukkan badanku untuk menciumi Om Wanto yang dibalas dengan pelukan hangat. Kami terus berciuman dengan saling melumat bibir dan memainkan lidah masing-masing. Di dalam liang vaginaku kadang-kadang penis Om Wanto terasa berkedut-kedut saat kami berciuman yang membuatku merasa geli, tanpa sadar aku kemudian membalasnya dengan melakukan kontraksi pada otot vaginaku sehingga seperti meremas penis Om Wanto.
SUHU DOMINO
6100game |
“Bagaimana sayang ….kamu merasa nikmat ?” Bisiknya ditelingaku
“Enak sekali Om…sungguh” Jawabku sambil kembali menciumnya dengan mesra
“Aaahhhhhh ….” Aku melenguh saat Om Wanto menarik penisnya sampai terlepas
Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan kembali lagi membawa handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat. Dengan lembut selangkanganku di bersihkan olehnya, terutama cairan vaginaku dan noda darah perawanku setelah itu baru dia membersihkan penisnya sendiri.
Kami terus mengobrol tentang masa lalu termasuk kabar mengenai keluarganya Om Wanto dan anak paling besarnya yang merupakan teman bermainku dulu. Tidak lupa juga kutanyakan mengenai kabar teman-teman Mama lain yang aku ketahui sering bermain bareng. Terus terang aku merasa aneh dengan diriku sendiri karena merasa tanpa beban membicarakan hal itu seolah-olah itu hanya bagian dari obrolan basa basi. Aku juga sudah tidak merasa malu lagi bertelanjang bulat di depan Om Wanto sambil tanganku memainkan penisnya yang sudah kuncup.
“Rina bisa temenin Om malam ini ?” Tanya Om Wanto dengan pandangan penuh harap sambil mengusap-usap tubuh telanjangku yang langsung membuat bulu-bulu tubuhku jadi berdiri karenanya.
“Memang kalau Rina nginep mau diapain lagi ?” Aku balik bertanya dengan manja sambil menaikkan kakiku untuk memeluk tubuhnya, tapi yang terpenting vaginaku jadi bergesekan dengan pahanya yang penuh bulu.
“Om bisa ajarin semua gaya dan posisi bersetubuh yang pernah Om lakukan dengan Mamanya Rina, bagaimana ?” Jawabnya dengan senyum penuh arti yang membuat jantungku seperti berhenti berdenyut.
“Kalau begitu boleh deh … tapi Om janji sedikitnya Rina dapat lima gaya bersetubuh yang baru sampai besok pagi” Kataku dengan mimik pura-pura mengancam.
“Sekarang aku mau telepon Mama dulu ya…Om jangan bersuara” Lanjutku sambil mengambil teleponku sambil membelakangi Om Wanto.
“Halooo Ma ?” Akhirnya aku tersambung dengan Mama
“Rina malam ini tidak pulang sehabis giliran jaga, karena nambah shift sampai pagi menggantikan teman….hhhhh” Pembicaraan dengan Mama menjadi sedikit terganggu karena Om Wanto malah memelukku dari belakang sambil meremas payudaraku dan mengelus-elus vaginaku.
“Ya Ma ….hhhhh …..Baik Ma …..ohhhhh …..Jangan dulu Ma ….uhhhhhh ….aduuuhhhhhh” Aku makin tidak bisa konsentrasi saat Om Wanto mulai mempermainkan kelentitku.
“Ga ada apa-apa kok Ma …ahhhhh….a..aku hanya teleponnn…ohhh…. Sambil jalan” Jawabku sekenanya saat Mama bertanya kenapa aku seperti terengah-engah.
“Udahhh….duluuu ya Ma…a.a.aku udah mau sampai ….luv yu Ma….” Akhirnya aku bisa mengakhiri telepon yang penuh gangguan berahi
Aku segera membalik badanku sambil melotot kesal, tapi begitu melihatnya tersenyum nakal kekesalanku segera hilang apalagi bibirku dipangutnya untuk berciuman lagi.
“Om nakal sekali….mmpppphhhhhhhhhh” Bibirku langsung dibungkam dengan ciumannya.
Kami kemudian berpelukan sambil terus berciuman, gesekan demi gesekan dari tubuh kami akhirnya membangkitkan kembali api berahi yang tadi sudah padam. Om Wanto langsung memasukkan penisnya yang sudah mengeras ke dalam liang vaginaku saat badan kami masih berpelukan dengan rapatnya.
BLESSSSSSSSSSSSS ….
Penisnya masuk dengan mulus dengan satu dorongan kecil saja
“Uhhhhhhh……Oommm ….” Aku mengerang perlahan menikmatinya sambil mempererat pelukanku.
Posisiku yang saat itu ada di bawah diminta merapatkan kedua kaki dalam posisi lurus, sedangkan Om Wanto kakinya mengangkangi aku sambil melilit atau mengait kakiku dari luar. Pada posisi ini gerakan penisnya menjadi hanya bisa naik turun karena terjepit oleh vagina sehingga setiap pergerakan sangat terasa kenikmatannya. Sebaliknya, letak vagina yang seharusnya menghadap ke bawah sekarang menjadi tertarik ke arah atas sehingga setiap Om Wanto menarik penisnya ke atas, aku merasa seluruh bibir vaginaku turut tercerabut ke luar.
“Aduuhh Ooom … enak sekali rasanya…ohhh….hhhh.hhh.hhhh” aku mulai mendesah-desah kembali.
Om Wanto memompakan penisnya makin lama makin cepat, sedangkan tubuhku yang dalam posisi “terjepit” hanya bisa pasrah menerima gempurannya yang makin lama terasa makin nikmat saja.
“Oooohhh … ohhhh….ohhhh….OOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH….” akhirnya aku kembali mendapat orgasme hanya dalam hitungan beberapa menit saja.
“Enak ya sayang ? Vagina kamu jadi kerasa kenceng lagi ….” Bisik Om Wanto
“Iya Om, enaaaaaak sekali …penis Om juga sangat terasa gesekannya di dalamnya Rina” jawabku sambil menciumi keringatnya Om Wanto yang mengeluarkan bau sangat khas.
“Sekarang kita coba anal seks ya sayang ? Mumpung cairan vagina kamu masih keluar untuk dipakai sebagai pelumasnya” Kata Om Wanto
Aku sedikit tertegun dan agak ragu-ragu, tapi aku tahu Mamaku juga melakukannya.
“Kalau Rina ragu-ragu, ga apa-apa kok ga jadi juga … atau kalau kamu coba terus ga suka, bilang saja sama Om untuk berhenti” Sarannya ketika melihatku ragu-ragu.
“Rina mau coba aja dulu … tolong Om tunjukin caranya” Kuputuskan untuk mencoba aja dulu.
Aku lalu disuruhnya membalikkan badan dalam posisi menungging atau merangkak, akhirnya aku memilih posisi merangkak.
“Ahhhhh …auhhhhh ….ahhhh” Aku kembali mendesah saat Om Wanto memasukkan penisnya ke dalam vaginaku sambil diputar-putarkan untuk mendapatkan cairan vaginaku sebanyak mungkin menempel di kepala penisnya sebelum diarahkannya ke lubang anusku.
“OOOOOOMMMMM ….SAKIIIITTTTT….ADUUUUUUDUUUUUH SAKIIIIIIT” Aku nyaris menjerit histeris saat anusku ditembus oleh penisnya dalam sekali dorongan. Saking sakitnya aku sampai mengeluarkan air mata dan mulai menangis terisak-isak.
“Rina mau berhenti saja sayang ?” Kata Om Wanto saat melihatku menangis kesakitan
“Te…teruskan aja dulu Oom…tapi pelan-pelan aja dulu ya …” Jawabku sambil menahan tangisku.
6100game |
Dengan menggigit bibir aku berusaha menahan sakit sementara Om Wanto mulai menggerakkan penisnya keluar masuk rectum melalui lubang anusku. Om Wanto terus menerus mengambil cairan vaginaku untuk melumasi lubang anusku yang mulai terbiasa dengan masukknya penis ke dalamnya. Lama-kelamaan rasa sakitku mulai berganti menjadi rasa nikmat yang bisa dibilang aneh, karena berbeda dengan kenikmatan yang aku peroleh melalui lubang vagina.
“Oooohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh” Aku mendesah sambil memejamkan mataku.
“Ahhhhhhhhhh….” Desahku ketika secara tiba-tiba Om Wanto mencabut penisnya dari anusku.
BLESSSSSSSSSS ….
Dengan hampir tanpa jeda waktu penis tersebut langsung masuk kedalam lobang vaginaku yang sudah menunggu di sana.
“UUUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH….” Aku melenguh dengan keras saat penis itu meluncur dengan cepat untuk menancap kedalam tubuhku.
Tanpa menyiakan-nyiakan waktu, Om Wanto langsung memompa penisnya kedalam liang vaginaku dengan kecepatan tinggi. Mungkin dia sudah bosan bergerak pelan-pelan saat menyodomiku tadi.
PLEK …PLEK …PLEK …PLEK ….PLEK …langsung terdengar bunyi beradunya pantatku dengan pangkal paha Om Wanto yang sedang memompaku dari belakang. Payudaraku yang menggantung ikut tergoncang-goncang dengan kerasnya.
“Auuuuhhhhhhhh….ooohhhhhhh….ohhhhhhh….enak sekali Oommm…terus Oommmm…Ohhhhh” Aku kembali meracau nikmat dan sudah melupakan pengalaman disodomi tadi.
Kenikmatannya mulai datang bergelombang, tapi Om Wanto malah semakin meningkatkan kecepatan pompaannya .
“Ohhhh ….Ohhhhh…Ohhhh …..Ohhhhh….Ohhhh” Aku terus melenguh
PROKS …PROKS…PROKS…PROKS… bunyi benturannya sekarang bertambah dengan bunyi-bunyian becek akibat air vaginaku yang kembali keluar.
“Aahhhhh ….ahhhhhh …ahhhhhh….ahhhh…uhhhh” Lenguhanku makin lama makin kencang
Badanku bergetar sangat hebat, tanganku hampir tidak mampu lagi menahan tubuhku dalam posisi merangkak sehingga kadang-kadang aku harus dalam posisi bersujud saat merasa lemas lalu kembali ke posisi merangkak bila sudah merasa lebih kuat lagi.
“AARRRRRRGHHHHHHHHH …OOOMMMMMM….RINAAAA UDAAAAH….SAMPE” Teriakku sambil menampung rasa nikmat yang datang
“Saya juga mau keluarrrrr …..” Kudengar Om Wanto juga akan berejakulasi
“OOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH …..”Aku melolong nikmat saat kurasakan ada semprotan-semprotan hangat di dalam tubuhku.
“Ahhh …Ahhh …Ahhh….Ahhh …hhh…hhh…hhh” Kali ini Om Wanto medesah tertahan setiap kali semprotan spermanya keluar.
Kepalaku sudah “nyungsep” di kasur karena kelelahan sebelum Om Wanto melepaskan penisnya dari vaginaku lalu rubuh berbaring di sampingku. Aku berusaha merayap ke atas tubuhnya lalu kami berpelukan dan berciuman sambil saling membisikkan kata-kata sayang.
Hanya dalam tempo tidak lebih dari tiga jam, aku kehilangan keperawananku sampai dua kali, yaitu robeknya selaput daraku dan penetrasi lubang anusku oleh laki-laki sebenarnya lebih pantas menjadi ayahku. Tapi entah mengapa aku hanya merasa seperti sedang bertukar sepatu saja dengan Mamaku. Om Wanto adalah “bekas” partner seks Mamaku yang sekarang aku “pakai” sebagai partner yang akan mengajarkan seks padaku.
Pada malam harinya kami melakukan makan malam yang cukup romantis di sebuah restoran papan atas. Sebelum pergi kami sempat bersetubuh lagi sambil berendam air hangat dan busa sabun di bathtub kamar mandi yang dilanjutkan dengan oral seks di shower saat membersihkan badan. Om Wanto dengan posisi berdiri sedangkan aku dengan posisi berlutut didepan penisnya. Aku dimintanya menelan seluruh air mani yang keluar yang tanpa ragu-ragu aku penuhi begitu saja.
Setelah kembali ke Hotel kami mencoba berbagai variasi dan gaya persetubuhan yang sering dilakukan Mama dan Om Wanto sebelum akhirnya kami tertidur karena kelelahan dengan bertelanjang bulat.
Pada esok paginya aku sudah disetubuhi Om Wanto lagi dari arah belakang saat aku masih terlelap tidur. Sedangkan sebelum chek-out, kami kembali melakukan persetubuhan kilat dengan masih menggunakan baju lengkap dengan meja kerja di kamar suite sebagai alasnya.
Semua style yang kami lakukan adalah sama dengan yang pernah dilakukan Mamaku dengan Om Wanto. Sebenarnya saat aku berpisah dengan Om Wanto, aku bertekad untuk melupakannya dan mulai menjalani kehidupanku sendiri. Tapi dalam kenyataannya aku susah sekali melupakannya, apalagi setelah aku dapati pacarku tidak dapat memberikan kepuasan di ranjang kepadaku seperti yang diberikan Om Wanto dalam semalam.
Akhirnya dengan alasan ingin napak tilas petualangan Mama, aku mengajak Om Wanto bersetubuh langsung di tempat-tempat di mana mereka berdua pernah melakukannya dulu, termasuk rumah peristirahatan keluarga Mama di Lembang dan rumah nenekku di Bandung. Biasanya kami membuat janji untuk ketemu paling tidak sebulan sekali untuk bersetubuh.
Penjaga rumah peristirahatan keluarga Mama hanya geleng-geleng saja saat melihat aku membawa laki-laki ke sana untuk diajak berhubungan badan. Untungnya Mamang penjaga rumah sudah tidak ingat lagi kepada Om Wanto sebagai laki-laki yang sama yang meniduri Mama dulu di sana.
Dari aktivitas ini aku jadi mulai ingat kapan saja Mama dulu pamit kepadaku untuk “dinas” beberapa hari, padahal sebenarnya dibawa oleh Om Wanto dalam perjalanan dinasnya ke beberapa kota di dalam negeri. Selain main di hotel berbintang, ternyata mereka juga suka bermain di hotel-hotel kecil di sepanjang jalan menuju Lembang sampai ke Ciater kalau sudah kepepet ingin bersetubuh.
Walaupun aku selalu meminum Morning After Pill setiap habis bersetubuh tapi akhirnya aku sempat mengalami telat haid juga dengan hasil test pack positif yang memaksaku meluruhkan janin benih Om Wanto yang ternyata sudah sempat berusia 6 minggu.
AKu juga akhirnya memutuskan hubunganku dengan pacarku yang sama-sama kuliah kedokteran karena dia selalu bertanya kenapa anusku bentuknya mulai seperti corong yang lama-lama makin dalam yang dia lihat saat menyetubuhiku dengan doggy style. Dengan pengetahuan medisnya bentuk anus seperti itu hanya bisa di dapat apabila sering melakukan anal sex, padahal aku dan pacarku tidak pernah melakukan anal sex, aku hanya melakukannya dengan Om Wanto saja.
Tamat.
BACA JUGA !!!
6100game
SUHU DOMINO |
No comments:
Post a Comment