Polosnya Adik Tanteku

Posted by SP on

SUHU DOMINO

6100game - Sudah menjadi cita-citaku sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.

Sangat beruntung bagi Abie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan dihadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.

Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Abie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.

"Abie.." sapa ibunya ketika Abie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Om di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Abie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Omnya. Sebetulnya orang tua Abie sudah menelepon Budi tetapi karena Budi dan Abie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Abie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Omnya untuk sementara waktu.

Omnya yang bernama Budi memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Omnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha di bidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.

Hubungan antara Omnya yang bernama Budi dan kedua orang tua Abie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Abie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Omnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Abie, Omnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budi dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budi tidak mempunyai anak.

Anak Om Budi yang paling bungsu di bawah Abie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budi kira-kira sekarang berada di atas lima puluh tahun.

Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Abie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namanya Usep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.

"Selamat siang Pak," Tegur Abie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
"Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Usep.
"Anu Pak, apa Bapak Budi ada?"
"Bapak Budi yang mana Dik," tegas satpam Usep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
"Anu Pak, apa ini PT. Bido," tanya Abie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya ABie juga belum pernah tahu dimana kantor-kantor Omnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
"Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budi itu adalah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Usep menjelaskan tentang keberadaan PT. Bido dan siapa pemiliknya.
"Adik ini siapa," tanya satpam kepada Abie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
"Saya Abie Pak, keponakan dari Bapak Budi dari desa Gunung Heulang."
"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dodi kepercayaan Bapak Budi.

Selang beberapa menit kemudian Pak Dodi datang menghampiri Abie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Abie.. Apa masih ingat sama Bapak," kata Pak Dodi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
Mimik Abie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
"Maaf Pak, Abie Sudah lupa dengan Bapak," kata Abie sambil terus mengingat-ingat.
Pak Dodi terus menerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Pak Budi ketika Abie berumur kurang lebih lima tahun."
Abie jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itukan sudah bertahun-tahun."

Selanjutnya obrolan dengan Pak Dodi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Bapak Budi. Bapak Dodi mengetahui apa pun tentang Bapak Budi. Kadangkala anak Om Budi sering minta uang pada Pak Dodi bila ternyata Om Budi sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budi membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dodi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.

"Aduh Dik Abie, Bapak tadi dapat perintah dari Pak Budi bahwa ia tidak dapat menemani Dik Abie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Abie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu," sambung Pak Dodi melihat ekspresi Abie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dodi langsung berkomentar, "Jangan takut Dik Abie pokoknya kamu tidak akan ada masalah," tegur Pak Dodi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semuanya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa di bidang apapun.

Mendengar itu Abie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Abie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Abie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Abie dan Pak Dodi yang sedang asyik ngobrol.

Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Abie dan ia sengaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dodi karena takut dimarahi oleh Pak Budi. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Abie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.

Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dodi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merk Mercy terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat megah dan dijaga oleh satpam.

Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budi dan rumah yang didiami Pak Dodi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Adi penjaga rumah dan istrinya Bi Ening yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budi. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Adi membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Adi dan itulah barang-barang yang dibawa Abie. Bi Ening membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

SUHU DOMINO

6100game

Pak Dodi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budi tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budi. Pak Dodi meninggalkan Abie, sedangkan Abie ditemani oleh Bi Ening menuju ruang tengah. Setelah Tante Reni datang sambil tersenyum menyapa Abie, Bi Ening pun meninggalkan Abie sambil terlebih dahulu menyiapkan air minum untuk Abie.

"Tante sudah menunggu dari tadi Abie," bisiknya sambil menggenggam tangan Abie tanda mengucapkan selamat datang.

"Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa", lanjut Tante Reni yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna merah. Wajah Tante Reni yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
"Tante sudah tahu bahwa Abie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budi tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk."
Obrolan pun mengalir dengan penuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Reni dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Abie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Reni yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Abie membuat Abie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Abie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Reni telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.

"Nah, itu Yuri, adik kandung Tante" kata Tante Reni sambil membawa Abie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Reni memperkenalkan Abie kepada Yuri. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuri langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. "Nanti Kak Abie tidurnya sama Yuri ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Abie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Abie. Adik yang mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Reni menerangkan kelakuan Yuri yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Abie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Abie, ia sudah menaruh hati pada Yuri yang mempunyai wajah yang cantik dan putih bersih itu.

Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budi dengan ditemani oleh Tante Reni, Abie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuri. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Reni menempati kamar yang paling depan sedangkan Abie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuri berhadapan dengan kamar Abie.

Setelah membuka baju yang penuh keringat, Abie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dodi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Lastri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dodi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikaruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budi, Pak Dodi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.

Hari-hari selanjutnya Abie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budi karena selain Tante Reni yang ramah dan seksi, juga kelakuan Yuri yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Abie berdiri. Abie semakin tahu tentang keadaan Tante Reni yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Reni dengan mesranya menggandeng Abie, tapi Abie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Abie ketika di dalam mobil, Tante Reni mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Abie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Reni menceritakan bahwa Om Budi sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.

Abie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghayalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Reni. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Reni dengan berani tiduran di atas paha Abie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Abie yang mengetahuinya.

Sambil bercerita, lipatan paha Tante Reni yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya merosot ke bawah. Abie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Reni yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Abie menelan ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Abie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Abie untuk terus merabanya.

Abie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante," Tante Reni hanya berkata, "Abie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Abie tidak kasihan sama Tante." Tangan Tante Reni dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Abie yang tidak ada reaksi, akhirnya Tante Reni memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Abie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.

Kedekatan Abie dengan Yuri semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuri selalu meminta bantuan Abie. Pada saat itu Yuri mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Abie. Pada saat itu Abie baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Reni yang menolak melakukan itu. Abie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun yang menutupinya. Dengan jelas Yuri melihat batang kemaluan Abie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuri membalikkan badannya. Abie hanya tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu," goda Abie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.

Abie bergerak mendekati Yuri dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Abie.. Kak Abie sudah pake celana yah," tanya Yuri.
"Belum," jawab Abie menggoda Yuri.
"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuri mau minta tolong Kak Abie mengerjakan PR," rengek Yuri sambil tangan kirinya meraba belakang Abie.
Melihat rabaan itu, Abie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuri hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat rabaan itu batang kemaluan Abie semakin menegang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuri aku mau tapi kalau dengan Tante Reni meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tanteku digarap olehku.

Rabaan Yuri berhenti ketika batang kemaluan Abie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Abie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.

Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Abie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuri membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Abie sudah memakai celana pendek. "Nah, gitu dong pake celana," kata Yuri sambil mencubit dada Abie yang menempel di susu kecil Yuri. "Udah dong meluknya," rintih Yuri sambil memberikan buku Matematikanya.

Saling memeluk antara Abie dan Yuri sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Abie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuri, Yuri tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuri masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Abie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Abie sengaja memilih itu karena Yuri sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Abie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Abie, Yuri tiduran di dada Abie. Pada saat itu Yuri menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuri tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Abie.

6100game

Sambil mengerjakan PR, pikiran Abie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuri bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuri. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Abie dan Yuri.

PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuri terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuri yang kecil. Pikiran Abie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Abie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuri yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Abie menerangkan tersebut ada di bawah Yuri dan pinggul Yuri sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.

Gerakan badan Yuri yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Abie naik turun. Yuri tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Abie, malah Yuri semakin terus bermanja-manja dengan Abie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Abie semakin kalang kabut ketika Yuri menggerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Abie meraba gundukan kemaluan Yuri yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuri yang hangat membuat Abie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.

"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah."
Abie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuri tepat menempel di batang kemaluan Abie. Dalam keadaan itu Yuri hanya mendekap Abie sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."
"Boleh, tapi ada syaratnya," kata Abie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuri yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuri terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Abie semakin panas dingin dibuatnya. Yuri hanya bertanya apa syaratnya kata Yuri sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Abie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Abie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuri yang terasa hangat. Abie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuri. Yuri hanya diam dan terus menghindar ciuman itu. "Kaak.. apa dong syaratnya", kata Yuri manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Abie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuri tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. "Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."

Mendengar itu Yuri hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus push-up 1000 kali. Konsentrasi Abie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuri yang sering terlepas karena Yuri yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuri terus mendekap badan Abie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyentuh paha Abie.

Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Abie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuri. Abie semakin tidak tahan dengan keadaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuri. Ketika Abie akan meraba payudara Yuri. Yuri bangkit dan terus melihat ke wajah Abie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Abie," sambil menguap.

Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Abie, Yuri langsung memeluk Abie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Abie begitu saja, Abie langsung memeluk Yuri berguling-guling sehingga Yuri sekarang berada di bawah Abie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuri berkata, "Masa Kakak meluk Yuri nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Abie lontarkan agar Yuri tetap mau dipeluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Abie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuri berhasil lepas dari pelukan Abie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

"Aduh, Gila si Yuri masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan," guman Abie dalam hati sambil terus memegang batang kemaluannya. Abie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaannya".

Tamat.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...