SUHU DOMINO |
6100game - Telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan ulangi beberapa saat lagi. Begitu yang kudengar setiap kupencet namanya pada memori HP ku. Lagi ada di mana si penjahat seks itu sampai HP nya dimatikan? Aku sampai lupa meminum es juice dan menyantap pisang keju yang terhidang di mejaku karena terus mencoba menghubungi Doni, temanku.
“Tumben sendirian. Biasanya sama Doni,” kata Bu Wiwi, pemilik kantin.
“Iya nih Bu, HP nya dimatikan. Nggak bisa dihubungi,” ujarku setelah menyedot es juice yang terhidang dan mengunyah pisang keju. Sebenarnya telah hilang selera makanku pada makananan dan minuman favoritku itu karena tak berhasil menghubungi Doni.
“Kalau mau bolos sekolah bareng mestinya janjian yang mateng. Jadi nggak manyun begitu,” ujar Bu Wiwi lagi sambil melayani pembeli yang lain.
Benar juga omongan Bu Wiwi. Ini memang salahku. Semestinya, semalam atau tadi sebelum berangkat kontak Doni dulu hingga bisa janjian. Kalau sudah begini, aku yang repot. Mau masuk sekolah udah kesiangan dan pasti pintu pagar udah ditutup sementara Doni tidak bisa dihubungi. Atau bisa jadi ia berangkat sekolah tanpa bawa HP.
Gagasan untuk bolos sekolah memang murni ideku dan belum kusampaikan ke Doni. Sewaktu mau berangkat, Riza, temanku yang lain datang ke rumah dan meminjamkan sejumlah VCD porno yang pernah ia janjikan. Lalu muncul gagasan untuk membolos dan nonton bareng Doni di rumah. Aku yakin Doni pasti tak menolak. Karena seperti kata Riza diantara film-film yang dipinjamkan, ada yang bercerita tentang hubungan seks antara seorang anak laki-laki dengan ibunya.
Thema seperti itu, atau setidaknya yang menggambarkan hubungan seks antara pria muda dengan wanita yang lebih dewasa bahkan yang lebih pantas menjadi ibunya, adalah yang sangat digemari Doni. Bahkan dalam pengalaman nyata, seperti pengakuan dan cerita Doni, ia sering menyetubuhi pembantunya, wanita yang telah berusia 43 tahun. Doni juga mengaku sering terangsang saat mengintip ibunya sendiri yang tengah telanjang. Itulah kenapa aku sering menyebutnya sebagai penjahat seks.
Di luar itu Doni juga yang mengajari dan memperkenalkanku pada kebiasaan onani. Menurutnya, aku tergolong pria kuno karena hingga berumur 18 tahun belum tahu dan tidak pernah melakukan onani. Dan ketika ia menggagas untuk membuat lubang rahasia untuk mengintip aktivitas ibuku dari kamarku yang memang bersebelahan dengan kamar ibu, aku tak kuasa menolaknya.
Menurut Doni, tubuh ibuku sangat menggairahkan dan merangsang. Sama seperti tubuh ibunya yang memang usianya tak jauh berbeda karena usia ibu 47 sedang ibunya Doni lebih muda setahun. Dan seperti ibunya Doni, ibuku juga sudah menjanda cukup lama. Hanya Doni punya kakak perempuan yang sudah menikah dan hidup terpisah. Sedangkan aku, anak tunggal dan hanya hidup berdua dengan ibu sejak kecil. Bahkan konon, sebenarnya aku bukan anak ayahku yang meninggal saat usiaku masih balita. Tapi buah perselingkuhan ibu dengan pemuda tetangganya setelah menikah cukup lama dan tidak punya anak.
“San memek ibumu besar dan membusung banget. Mau deh aku menjilati lubangnya. Ah, pasti enak banget kalau dientotin,” ujar Doni berbisik ketika ia menginap di kamarku suatu malam dan mengintip ke kamar ibu dari lubang rahasia yang kami buat. Saat itu, ibu tidur mengangkang tanpa mengenakan celana dalam dan dasternya tersingkap.
Malam itu Doni memuaskan diri beronani sambil mengintip dan membayangkan menyetubuhi ibuku. Dan lucunya, aku juga melakukan yang sama. Hanya aku melakukan secara diam-diam setelah Doni tertidur pulas. Benar seperti kata Doni, wanita seusia ibu memang lebih matang dan merangsang. Sejak itu, aku sering mengintip ke kamar ibu di saat terangsang dan hendak beronani. Aku juga ingin merasakan nikmatnya bersetubuh dengan ibu kendati sejauh ini belum pernah melakukan sekali pun dengan wanita lain.
Satu jam lebih duduk termenung sendiri di kantin Bu Wiwi akhirnya membuatku jenuh. Setelah sekali lagi mencoba menghubungi HP Doni tak tersambung, akhirnya kuputuskan untuk pulang. Paling ibu sudah berangkat ke Puskesmas tempatnya bekerja hingga nggak bakalan tahu kalau aku membolos, pikirku. Setelah membayar makanan, aku langsung keluar dan menyetop angkutan kota yang rutenya melewati jalur jalan dekat rumah. Motor memang sengaja tak kubawa karena tadinya berniat membolos dengan Doni.
Sampai di rumah, seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang. Kunci rumah bagian depan memang selalu dibawa oleh ibu karena dia yang berangkat belakangan setiap hari. Aku membawa kunci pintu belakang agar tak repot mampir ke kantor ibu untuk mengambil kunci saat pulang sekolah.
Namun di dalam, saat masuk ke ruang tengah, aku dibuat kaget. sepeda motor Doni ada di sana terparkir di dekat motorku. Sementara tas hitam yang biasa dibawa ibu ke kantor teronggok di atas meja makan. Jadi ibu belum berangkat? Dan kenapa motor Doni ada di sini? Aku jadi curiga. Jangan-jangan Doni juga ada di sini dan lagi berdua dengan ibuku di kamarnya. Memikirkan kemungkinan itu, kuperlambat jalanku. Dengan berjingkat kumasuki kamarku sendiri. Setelah mengunci pintu kamar dari dalam, langsung kutuju lubang rahasia yang biasa kugunakan untuk mengintip ke kamar ibu.
Dugaanku tidak meleset. Doni ada di kamar itu berdua dengan ibuku. Di atas ranjang besar tempat tidur ibu, keduanya tengah melakukan perbuatan yang selayaknya tidak pantas dilakukan. Kulihat Ibu sudah tidak berpakaian dan satu-satunya penutup tubuh yang dikenakan hanya celana dalam warna hitam, duduk menyandar di dinding kamar. Ia terlihat sangat menikmati apa yang tengah dilakukan Doni pada dirinya. Ya Doni menghisapi salah satu pentil susu ibu di bagian kiri dengan mulutnya. Sementara payudaranya yang sebelah kanan, sesekali dibelai dan diremas gemas oleh pemuda teman akrab dan kawan sekolahku itu.
Seperti bayi yang kehausan, Doni menetek dengan lahap di payudara ibu yang besar. Pasti hisapannya sangat kuat pada puting susu ibu yang coklat kehitaman hingga ibu tampak menggelinjang menahan nikmat. Terlebih tangan Doni juga tak mau berhenti meremasi buah dadanya yang lain sambil sesekali memilin putingnya. “Ah… ah.. terus hisap Don, ah enak banget. Tetek tante enak banget kamu gituin Don, ah.. sshh…ahh …aaahhh,” suara ibu terdengar mengerang dan melenguh menahan nikmat.
Mungkin seharusnya aku merasa jengah atau stidaknya memprotes atas apa yang tengah dilakukan Doni pada ibuku. Tetapi tidak, aku malah menikmati permainan mereka. Bahkan ingin rasanya aku menggantikan peran Doni. Karena sudah cukup lama aku ingin menyentuh dan menghisap tetek ibu bahkan sekaligus menyetubuhinya. Aku memang sangat terangsang setiap mengintip dan mendapati ibu tengah telanjang. Hanya selama ini aku cuma bisa menyetubuhi dalam angan-angan yakni beronani sambil membayangkan menyetubuhinya.
Aku makin terangsang ketika Doni mulai menciumi kemaluan ibu dari luar CD hitam yang dikenakannya. Kulihat ujung hidung Doni disentuhkan di bagian tengah memek ibu yang masih tertutup CD. Sesekali Doni juga menggunakan mulutnya untuk mengecup. Ah kenapa Doni tidak segera melepas saja CD hitam itu. Terus terang aku jadi tidak sabar untuk melihat bentuk sejelasnya vagina ibu. Selama ini, setiap mengintip, aku hanya bisa melihatnya sepintas. Kini, dengan posisi duduk mengangkang seperti itu, kalau CD nya dibuka pasti memek ibu bisa terlihat detilnya.
Ternyata harapanku tidak sia-sia. Hanya, bukan Doni yang mengambil insiatif tetapi malah ibuku. “Kamu sudah kangen sama memek tante ya Don? Tante buka deh celana dalamnya biar kamu bisa melihat sepuasnya atau melakukan apa saja sesuka kamu. Tetapi baju dan celana kamu dibuka juga dong,” kata ibu sambil memelorotkan dan melepas celana dalamnya.
Kini ibuku benar-benar telanjang tanpa sehelai benang yang menutupinya setelah CD warna hitamnya dilepas dan dilemparkan sekenanya. Dan yang membuatku kaget, memek ibu yang biasanya terlihat lebat ditumbuhi rambut hitam, telah dicukur gundul. Padahal tiga hari lalu, saat aku mengintipnya dari kamar seusai mandi, vagina ibu masih tertutup oleh kerimbunan rambut hitam keritingnya.
Tetapi memek yang telah tercukur klimis itu lebih merangsang karena seluruh detilnya jadi terlihat jelas. Dalam posisi duduknya yang mengangkang, kemaluan ibuku membentuk busungan besar yang terbelah di bagian tengahnya. Hanya, bibir bagian luarnya yang berwarna coklat kehitaman terlihat tebal dan berkerut. Kontras dengan warna di bagian dalam yang agak kemerahan. Sedangkan kelentitnya yang berada di ujung celah bagian atas, terlihat cukup besar ukurannya. Mungkin sebesar biji jagung dan tampak mencuat. Ah .. merangsang banget.
Bibir bagian luar memek ibu yang berwarna coklat kehitaman, tebal dan berkerut itu, kemungkinan terbentuk akibat seringnya tergesek kejantanan milik laki-laki. Baik milik almarhum suaminya semasa hidup atau milik ayah kandungku yang menjadi teman selingkuh ibu. Bahkan mungkin kontol beberapa pria lain yang pernah singgah dalam hidupnya karena beberapa tahun lalu sempat pula kudengar kabar ibu ada main dengan salah seorang atasannya hingga sebagai PNS ia sempat dipindah tugaskan ke daerah terpencil selama beberapa waktu.
Doni menghampiri ibuku setelah melepas baju seragam sekolah dan semua yang dikenakannya. Kontolnya tampak tegak mengacung dan keras. Hanya, soal ukuran, kuyakin setingkat di bawah punyaku yang lebih panjang dan besar. Tadinya kukira Doni akan langsung menindih dan menancapkan rudalnya di memek ibu yang memang telah menunggu untuk disodok.
Namun dengan santai, bak lelaki dewasa yang sudah berpengalaman dengan perempuan, direbahkannya tubuhnya dekat tubuh ibu yang mengangkang. Posisi kepalanya persis berada diantara kedua paha ibu yang terbuka lebar atau persis berhadapan dengan memek ibuku. Posisi itu dipilihnya, nampaknya agar ia dapat dengan mudah menatapi memek ibuku dari jarak sangat dekat dan sekaligus menyentuhnya.
Ibuku kian membuka lebar kangkangan pahanya ketika tangan Doni mulai menjamah bagian paling sensitif miliknya. Diusap-usapnya bibir luar memek ibu yang tebal dan berkerut dengan telapak tangannya dan sesekali diselipkannya ujung jari tengah tangan Doni ke lubang di antara celahnya. Disentuh sedemikian rupa oleh tangan Doni, terlebih ketika jari tengah teman sekolahku itu menyentuh kelentitnya, mulut ibu mulai mendesis dan melenguh.
Doni tak hanya menggunakan tangan untuk menyentuhnya tetapi mulai menggunakan lidahnya untuk menjilat dan mengkilik lubang kenikmatannya, maka desahan yang keluar berubah menjadi erangan. Bahkan tubuh ibuku terlihat menggelinjang dan tergetar ketika Doni mengecupi dan menghisapi kelentit ibuku. “Aauuw.. oh.. oh.. Don kamu apakan memek tante. Ssshh.. sshh oh enak banget Don. Ya.. ya ahh enak banget Don, terus sayang ya terus aahhh ,” erangnya menahan nikmat.
Suara yang keluar dari mulut ibuku, bukannya membuat Doni menghentikan aksinya. Tetapi malah memberinya semangat untuk membuat aksi jilatan dan hisapan dengan mulutnya lebih efektif. Lidahnya makin dalam dijulurkan ke dalam lubang kemaluan itu dan hisapannya pada kelentit ibu dilakukannya dengan lebih keras dan gemas. Hingga tubuh ibuku berkali-kali meronta namun terlihat sangat menikmatinya.
Puncaknya, Doni tak hanya menjilati lubang memek ibuku. Lidahnya yang kuyakin telah terlatih untuk menjilati lubang kemaluan Bik Rah, wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya yang sering diceritakannya, mulai mencari sasaran lain. Itu kuketahui karena setelah ia meremas-remas pantat besar ibuku dan membukanya hingga lubang anusnya terlihat, lidahnya kembali dijulurkan dan diarahkan ke sana. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun ia mulai menyapu-nyapukan lidahnya di lubang anus yang berwarna senada dengan memek ibu yang coklat kehitaman.
Tidak hanya menyapu dan menjilat, lidah Doni pun dicolokkan bagian ujungnya seolah berusaha menerobos ke bagian dalam lubang anus itu. Diperlakukan seperti itu ibu memekik keras menahan nikmat. “Iiiihhhh diapakan lagi tante Don. Oh.. oh.. sshh… aahh enak banget Don. Kamu pintar banget sayang. Tante nggak pernah merasakan yang seperti ini,” ungkapnya terbata di sela-sela rintihan dan lenguhan yang keluar dari mulut ibuku.
MAIN POKER
6100game |
Dengan posisi merangkak di atas tubuh Doni yang telentang, ibu memulai aksinya dengan melakukan sapuan dan jilatan pada kepala penis Doni yang tegak mengacung. Lalu, dikulum dan dimasukkannya batang penis Doni ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya. Perlakuan serupa dilakukan ibu pada kedua biji pelir kemaluan Doni. Maka kini Doni dibuatnya seperti cacing kepanasan. Tubuh Doni terlihat mengejang. Ia juga mengerang melampiaskan rasa nikmat yang diterimanya dengan meremasi bongkahan pantat besar ibuku.
Menikmati adegan panas yang dilakukan ibu dan Doni dari tempatku mengintip, tanpa sadar aku mengeluarkan sendiri kontolku yang juga telah tegak mengacung dan mulai meremasinya sendiri. Nafasku memburu menahan gairah yang kian membakar. Ah, kapan aku bisa menyentuh dan menikmati keindahan tubuh ibu seperti yang tengah dilakukan Doni saat ini, keluhku membatin. Bahkan sempat pula menyelinap dalam anganku untuk menikmati kehangatan tubuh Tante Riyah, ibunya Doni.
Kocokan pada penisku makin kupercepat ketika adegan di kamar ibu mendekati klimaks. Kulihat ibu telah dalam posisi berjongkok di atas pinggul Doni dan mengarahkan lubang memeknya ke tonggak kontol Doni yang tegak mengacung. Maka ketika pantat ibu diturunkan perlahan, masuk dan amblaslah batang kontol itu ke dalam kehangatan kemaluan ibuku. “Kamu diam saja Don, kini giliran tante yang memberi kenikmatan,” kata ibu sambil mulai menaik-turunkan pinggulnya.
Tidak hanya gerakan naik turun yang dilakukan ibu di atas tubuh Doni. Sesekali, sambil membenamkan lebih dalam kontol Doni di dalam lubang memeknya, pinggul ibu memutar-mutar hingga keduanya merasakan kenikmatan yang ditimbulkan. “Ah.. sshhh oh.. oh.. memek tante enak banget seperti menghisap. Oh.. oh enak banget tante, ah.. ah punya Doni mau keluar tan, ah… oh,”
“Tahan dulu Don jangan dikeluarkan dulu. Kita ganti posisi ya? Biar keluarnya sama-sama enak,” ujar ibu sambil merubah posisi.
Tanpa menunggu lama, setelah ibu kembali dalam posisi mengangkang, Doni yang terlihat sudah tidak mampu lagi mengontrol gairahnya langsung mengarahkan ujung kontolnya ke lubang memek ibuku. Dan entah disengaja atau karena tak mampu menahan gairah yang menggebu, Doni menurunkan pinggulnya dengan sentakan yang cukup kuat. Akibatnya, di samping batang kemaluan Doni langsung amblas terbenam, ibu jadi memekik tertahan.
“Auw .. pelan-pelan dong sayang,”
“Maaf tente. Habis Doni gemes sih sama memek tante,” kata Doni sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atas tubuh ibuku.
Awalnya hanya perlahan. Namun ketika ibu mulai dengan menggoyang-goyang dan memutar pinggulnya, hujaman kontol Doni di memek ibuku semakin cepat. Akibatnya peluh nampak berleleran pada pasangan berlainan jenis sekaligus berbeda usia cukup jauh yang tengah melampiaskan hasratnya itu. Sesekali tangan Doni kulihat menjamah dan meremasi tetek ibuku yang terguncang-guncang. Memilin-milin putingnya dan juga menghisap dengan mulutnya.
Tanda-tanda keduanya hendak mencapai klimaks terlihat ketika gerakan Doni terlihat kian tidak terkontrol. Begitu pun ibu, goyangan pinggulnya tidak berirama lagi. Puncaknya, keduanya sama-sama memekik dan mengerang dengan tubuh mengejang. Maka jebolah pertahanan Doni, maninya tercurah menyembur di lubang nikmat memek ibuku. Sedangkan ibuku, puncak orgasmenya ditunjukkan dengan belitan kakinya ke pinggang Doni dibarengi tubuh yang mengejang hebat.
Pagi itu, setelah ibu kembali ke kamar seusai membersihkan diri di kamar mandi, sebenarnya Doni mencoba melakukan pemanasan kembali. Saat ibu berdiri di depan meja rias dan hendak memakai celana dalam, Doni mencegahnya. Ia berjongkok di depannya dan mulai mengecupi memek ibu. Bahkan salah satu kaki ibu diangkatnya dan ditempatkannya di kursi meja rias hingga memudahkannya menjilati memek ibu. Namun kendati ibu terlihat kembali terangsang oleh hisapan mulut Doni pada kelentitnya, ia menolak melanjutkannya lebih jauh.
Menurut ibu, hari ini ada rapat penting di kantornya yang tidak dapat ditinggalkan. Maka Doni terpaksa harus menahan diri untuk kembali melampiaskan gairah mudanya yang masih menggebu. Keduanya meninggalkan rumah setelah berdandan rapi. Sedangkan aku, terpaksa meneruskan onaniku yang belum tuntas sambil membayangkan hangatnya tubuh ibuku.
Sejak peristiwa itu, aku jadi tahu kemana perginya Doni tiap membolos sekolah tanpa mengajakku. Belakangan memang Doni sering membolos tetapi tidak memberitahu dan mengajakku. Rupanya dia punya acara asyik ngentot dengan ibuku. Tetapi yang membuatku kagum dan mengundang rasa ingin tahuku, bagaimana awal mulanya hingga ia bisa berselingkuh dengan ibuku?
Untuk bertanya langsung padanya aku tidak berani. Takut dia jadi tahu bahwa sebenarnya perbuatannya dengan ibuku telah diketahui olehku dan pertemananku dengannya jadi renggang. Lagian terus terang, kalau diberi kesempatan, aku juga ingin banget bisa menikmati memek ibu. Juga ngentot dengan ibunya Doni yang bodi dan keseksiannya nyaris sama dengan ibuku jadi aku harus membina keakraban dengan Doni. Hanya untuk melangkah ke arah itu aku belum berani dan tidak punya pengalaman seperti Doni.
Belakangan, sejak mengetahui antara ibu dan Doni ada hubungan khusus, aku sering memberi kesempatan agar mereka bisa menyalurkan hasratnya secara lebih leluasa. Saat Doni main ke rumah, aku pura-pura punya acara dengan teman lain dan meninggalkan mereka. Padahal, aku malah ke rumah Doni dengan berpura-pura pada ibunya hendak menemui dia. Hingga belakangan hubunganku dengan ibunya Doni makin akrab dan aku bebas melakukan apa saja di rumahnya seperti halnya Doni di rumahku.
Seperti sore itu, di saat Doni main ke rumah, aku berpura-pura udah janjian dengan pacarku untuk menghadiri acara ulang tahun. Padahal aku langsung ke rumah Doni. “Tadi katanya ke rumah kamu Dit? Padahal udah dari tadi lho,” kata ibunya Doni saat aku masuk.
Saat membukakan pintu, ibunya Doni rupanya habis mandi. Tubuhnya basah dan hanya dibungkus handuk. Tetapi, handuk yang dipakai melilit tubuhnya sangat kekecilan. Hingga di bagian bawah hanya menutup sampai ke pangkal pahanya. Sementara teteknya yang besar menggunung tampak menyembul karena handuk itu tidak mampu menutup rapat bagian itu sepenuhnya.
Seperti halnya ibuku, ibunya Doni juga berbodi tinggi besar. Pantatnya besar membusung dengan pinggul yang mengundang. Hanya, kulit Tante Riyah (nama ibunya Doni) agak sedikit gelap. Tetapi kesemua bagian tubuhnya benar-benar merangsang hingga membuatku terpana menatapinya. Namun anehnya, kendati tatapanku terang-terangan tertuju pada pahanya yang menyembul dan bagian lain tubuhnya yang mengundang selera, ia seperti tak menghiraukannya.
Setelah mempersilahkanku masuk dan menutup pintu, dengan santai ia membereskan koran dan majalah yang terserak di ruang tamu. Posisinya yang agak membungkuk saat melakukan aktivitasnya itu menjadikan gairahku terpacu lebih kencang. Betapa tidak, karena handuknya yang kelewat kecil, bongkahan pantat besarnya kini benar-benar terpampang di hadapanku. Juga aku bisa melihat memeknya yang mengintip di antara pangkal pahanya.
Kuyakin itu disengaja. Karena ia seperti berlama-lama dalam posisi itu kendati koran dan majalah yang dibereskan hanya sedikit. Ah ingin rasanya meremas pantat besar yang menggunung itu. Atau mengelus memeknya yang sepertinya habis bercukur. Kalau Doni, mungkin ia sudah nekad melakukan apa yang diinginkan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian hingga hanya jakunku yang turun naik menelan ludah.
“Eh Dit, kamu ada acara nggak? Kalau nggak ada acara, tolong antar tante ya. Tante harus menagih ke orang tapi tempatnya jauh dan sulit kendaraan,” ujarnya setelah semua koran dan majalah tertata rapi di tempatnya.
“Eee.. ee bi.. bisa tante. Nggak ada acara kok,” kataku agak tergagap.
“Kalau begitu tante ganti baju dulu. Oh ya kalau kamu haus ambil sendiri di kulkas, mungkin masih ada yang bisa diminum,” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang sangat manis namun sangat sulit kuartikan.
Satu buah teh botol dingin yang kuambil dari kulkas langsung kutenggak dari botolnya. Rupanya, tontonan gratis yang sangat menggairahkanku tadi membuat tenggorokanku jadi kering hingga teh botol dingin itu langsung tandas. Belakangan baru kusadari, ternyata Tante Riyah tidak menutup kembali pintu kamarnya. Dengan bertelanjang bulat, karena handuk yang melilit tubuhnya telah dilepas, dengan santai ia memilih-milih baju yang hendak dikenakan. Maka kembali suguhan mengundang itu tersaji di hadapanku.
Bukan hanya pantatnya yang besar membusung. Buah dada Tante Riyah juga besar namun agak menggantung. Putingnya yang berwarna coklat kehitaman, terlihat mencuat. Ah ingin banget bisa membelai dan meremasnya atau menghisapnya seperti yang dilakukan Doni pada tetek ibuku. Sebenarnya aku ingin banget melihat bentuk memek Tante Riyah secara jelas. Namun karena posisinya membelakangiku, aku tak dapat melihatnya. Tetapi benar seperti kata Doni, tubuh ibunya yang berambut sebahu itu masih belum kehilangan pesonanya sebagai wanita.
Setelah menemukan baju yang dicari dan berniat dipakainya, Tante Riyah berbalik dan memergokiku tengah menatapi tubuh telanjangnya. Tetapi sepertinya ia tidak marah. Bahkan dengan santai, ia kenakan celana dalam di hadapanku. Hanya karena merasa tidak enak dan takut dianggap terlalu kurang ajar, aku segera meninggalkannya menuju ke ruang tamu untuk menunggunya.
Ibunya Doni meski telah bergelar hajah dan setiap keluar rumah selalu membungkus rapat tubuhnya dengan busana muslimah, namun masih menjalankan usaha yang tercela. Di samping bisnisnya sebagai pedagang perhiasan berlian, ia juga meminjamkan uang dengan bunga tinggi atau rentenir. Hanya kalau di rumah, pakaiannya sangat terbuka dan tidak sungkan-sungkan memamerkan tubuh indahnya seperti yang barusan dilakukan di hadapanku.
Rumah orang yang ditagih Tante Riyah ternyata memang cukup jauh dan kondisi jalannya juga jelek. Untung orangnya ada dan memenuhi janjinya membayar hutang hingga Tante Riyah terlihat sangat senang. Saat pulang, karena sudah malam dan kondisi jalan sangat jelek, beberapa kali motorku nyaris terguling. Karena takut terjatuh, Tante Riyah membonceng dengan memeluk erat tubuhku.
Dengan posisi membonceng yang terlalu mepet, sepasang gunung kembar Tante Riyah terasa menekan punggungku. Aku jadi membayangkan bentuknya yang kulihat saat ia telanjang di rumahnya. Hal itu membuatku terangsang dan menjadikan konsentrasiku mengendarai sepeda motor agak terganggu. Bahkan nyaris menabrak pengendara sepeda yang ada di hadapanku. Untung Tante Riyah segera mengingatkannya.
“Dit karena kamu sudah mengantar tante, tante akan memberi hadiah istimewa. Tapi kamu harus menjawab dulu pertanyaan tante dengan jujur,” kata Tante Riyah saat perjalanan hampir sampai rumah.
“Pertanyaan apa Tan?”
“Tadi waktu lihat tante telanjang di kamar, kamu terangsang kan?” katanya berbisik di telingaku sambil kian merapatkan tubuhnya.
Aku tak menyangka ia akan bertanya seperti itu. Aku jadi bingung buat menajawabnya. Harusnya kujawab jujur bahwa aku sudah sangat terangsang. Tetapi aku nggak berani takut salah. Sampai akhirnya, kurasakan tangan Tente Riyah meraba bagian depan celana dan meraba kontolku yang telah tegang mengacung. “Ini buktinya punyamu tegang dan mengeras. Pasti karena terangsang membayangkan tetek tante yang menempel di punggungmu kan?”
“I..i.. iya tan,” kataku akhirnya menyerah.
“Nah gitu dong ngaku. Makanya cepet deh bawa motornya biar cepet sampai rumah. Kalau Doni belum pulang, nanti kamu boleh lihat punya tante sepuasmu,” ujarnya lagi sambil terus mengelus kontolku.
Penawaran ibunya Doni adalah sesuatu yang paling kudambakan selama ini. Maka langsung saja kupacu kencang laju sepeda motor seperti yang diperintahkannya. Mudah-mudahan saja Doni belum pulang hingga tidak membatalkan niat Tante Riyah untuk memberi hadiah istimewa seperti yang dijanjikannya. Mudah-mudahan ia masih terus asyik menikmati kehangatan tubuh ibuku seperti yang pernah kulihat.
Sampai di rumah, setelah tahu Doni belum pulang, aku diminta memasukkan sepeda motor dan menutup pintu. “Setelah itu tante tunggu di kamar,” ujarnya.
Namun setelah semua perintahnya kulaksanakan, aku ragu untuk masuk ke kamar Tante Riyah seperti yang diperintahkannya. Tidak seperti Doni yang telah berpengalaman dengan wanita setidaknya dengan pembantu di rumahnya dan dengan ibuku, aku belum pernah melakukannya meskipun sering beronani dan membayangkan menyetubuhi ibuku maupun ibunya Doni. Hingga aku hanya duduk merenung di ruang tamu menunggu panggilan Tante Riyah.
Sampai akhirnya, mungkin karena aku tak kunjung masuk ke kamarnya, Tante Riyah sendiri yang keluar kamar menemuiku. Hanya yang membuatku kaget, ia keluar kamar bertelanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. “Katanya suka melihat tante telanjang, kok nggak cepet masuk ke kamar tante?” katanya menghampiriku.
Ia berdiri tepat di hadapan tempatku duduk seolah ingin mempertontonkan bagian paling pribadi miliknya agar terlihat jelas olehku. Tak urung jantungku berdegup lebih kencang dan jakunku turun naik menelan ludah. Betapa tidak, tubuh telanjang Tante Riyah kini benar-benar terpampang di hadapanku. Diantara kedua pahanya yang membulat padat, di selangkangannya kulihat memeknya yang menggunduk. Licin tanpa rambut karena habis dicukur. Dan seperti memek ibuku, bibir luar kemaluannya yang berwarna coklat kehitaman tampak berkerut-kerut.
Seperti kebanyakan wanita seusia dengannya, perut Tante Riyah sedikit membuncit dan ada lipatan-lipatan di sana. Namun buah dadanya yang menggantung dengan putingnya yang menonjol nampak lebih besar ketimbang milik ibuku. Ibu temanku itu hanya tersenyum melihat ulahku yang seperti terpana menatapi bukit kemaluannya.
Entah darimana datangnya keberanian itu, tiba-tiba tanganku terulur untuk meraba memek Tante Riyah. Hanya sebelum berhasil menyentuh, keraguan seperti menyergap hingga nyaris kuurungkan niatku. “Ayo Dit pegang saja. Kamu ingin merabanya kan? Sudah lama punya tante nggak ada yang menyentuh lho,” kata Tante Riyah melihat keraguanku.
Hangat, itu yang pertama kali kurasakan saat telapak tanganku akhirnya mengusap memek wanita itu. Permukaannya agak kasar, mungkin karena bulu-bulu rambutnya yang habis dicukur. Sedangkan di bagian tengah, di bagian belahannya, daging kenyal yang berkerut-kerut itu terasa lebih hangat. Aku mengelus dan mengusapnya perlahan. Ah, tak kusangka akhirnya aku dapat menjamah kemaluan Tante Riyah yang sudah lama kudambakan.
Sambil tetap duduk, aku terus meraba memek ibu temanku itu. Bahkan jariku mulai mencolek-colek celah diantara bibir vaginanya yang berkerut. Lebih hangat dan terasa agak basah. Sebenarnya aku ingin sekali melihat bentuk kelentitnya. Namun karena Tante Riyah berdiri dengan kaki agak merapat, jadi agak sulit untuk dapat melihat kelentitnya dengan leluasa. Untungnya, Tante Riyah langsung tanggap. Tanpa kuminta, kaki kanannya diangkat dan ditempatkan di sandaran kursi tempat aku duduk.
6100game |
Dengan posisinya itu, memek ibunya Doni jadi lebih terpampang di hadapanku dalam jarak yang sangat dekat. Kini bibir kemaluannya tampak terbuka lebar. Di bagian dalam warnanya kemerah-merahan. Dan kelentitnya yang ukurannya cukup besar juga terlihat mencuat. “Pasti kamu ingin lihat itil tante kan? Ayo lihat sepuasmu Dit. Atau jilati sekalian. Tante ingin merasakan jilatan lidahmu,” ujar Tante Riyah lagi.
Ia mengatakan itu sambil memegang kepalaku dan menekannya agar mendekati ke selangkangannya. Jadilah wajahku langsung menyentuh memeknya karena tarikan Tante Riyah pada kepalaku memang cukup kuat. Saat itulah, aroma yang sangat asing yang belum pernah kukenal sebelumnya membaui hidungku. Bau yang timbul dari lubang memek ibunya Doni. Bau yang aneh tapi membuatku makin terangsang.
Aku jadi ingat segala yang dilakukan Doni pada memek ibuku. Maka setelah menciumi dengan hidungku untuk menikmati baunya, bibir kemaluannya yang berkerut langsung kulahap dan kucerucupi. Bahkan seperti menari, lidahku menjalari setiap inci lubang nikmat Tante Riyah. Sesekali lidahku menyodok masuk sedalam yang bisa dicapai dan di kesempatan yang lain, ujung lidahku menyapu itilnya. Hasilnya, Tante Riyah mulai merintih perlahan. Tampaknya ia mulai merasakan kenikmatan dari tarian lidahku di lubang kemaluannya.
“Ahh… sshh … aahh enak banget Dit. Terus sayang, aahh .. ya.. ya enak sayang ahhh,” suara Tante Riyah mulai merintih dan mendesis.
Ia juga mulai meraba dan meremas sendiri buah dadanya. Aku jadi makin bersemangat karena yang kulakukan telah membuatnya terangsang. Itil Tente Riyah tidak hanya kujilat, tetapi kukecup dan kuhisap-hisap. Sementara bongkahan pantat besarnya juga kuraih dan kuremasi dengan tanganku. “Auu … enak banget itil tante kamu hisap sayang! Aahh…. sshhh ..ohh… enak banget. Kamu pinter banget Dit,… ahhh ….ssshh …ahhh,” rintihanya makin menjadi.
Cukup lama aku mengobok-obok memek Tante Riyah dengan mulut dan lidahku. Memeknya menjadi sangat basah karena dibalur ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang mulai keluar. Akhirnya, mungkin karena kecapaian berdiri atau gairahnya semakin memuncak, ia memintaku untuk menghentikan jilatan dan kecupanku di liang sanggamanya. “Kalau diterusin bisa bobol deh pertahanan tante,” ujarnya sambil memintaku untuk berganti posisi.
Namun sebelumnya, ia memintaku untuk membuka semua yang masih kukenakan. Bahkan seperti tak sabar, saat aku tengah melepas bajuku ia membantu melepas ikat pinggang dan memelorotkan celana jins yang kukenakan. Termasuk celana dalamku juga dilolosinya. ”Wow… kontol kamu gede banget Dit! Keras lagi,” seru Tante Riyah saat melihat kontolku telah terbebas dari pembungkusnya.
Dibelai dan di elus-elusnya kontolku sesaat. Ia sepertinya mengagumi ukuran kontolku. Lalu ia duduk di kursi tempat aku duduk sebelumnya dengan posisi mengangkang. Kedua kakinya dibukanya lebar-lebar hingga memeknya yang membusung terpampang dengan belahan di bagian tengahnya membuka. Kelentitnya yang mencuat nampak mengintip di sela-sela bibir luar kemaluannya yang berkerut-kerut.
Tante Riyah yang nampaknya jadi tak sabar langsung menarikku mendekat. Dibimbing tangan wanita itu kontolku diarahkan ke lubang memeknya. “Dorong dan masukkan Dit kontolmu. Ih gemes deh, punya kamu besar banget,”.
Tanpa menunggu perintahnya yang kedua kali, aku langsung menekan dan mendorong masuk kontolku ke lubang memeknya. Tapi, “Aaauuww,.. jangan kencang-kencang Dit. Bisa jebol nanti memek tante,” pekik Tante Riyah.
Aku jadi kaget dan berusaha menarik kembali kontolku namun dicegah olehnya. “Jangan sayang, jangan ditarik. Biarkan masuk tetapi pelan-pelan saja ya,” pintanya.
Seperti yang dimintanya, batang kontolku yang baru masuk sepertiga bagian kembali kudorong masuk. Namun dorongan yang kulakukan kali ini sangat perlahan. Hasilnya, bukan cuma Tante Riyah yang terlihat menikmati sodokan kontolku di memeknya. Tetapi aku pun merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan yang sulit kulukiskan.
Terlebih ketika kontolku mulai kukeluar masukkan ke dalam lubang nikmat itu. Ah, luar biasa nikmat. Jauh lebih enak menikmati kehangatan memek Tante Riyah secara langsung ketimbang hanya membayangkan dan mengocok sendiri dengan tangan. Bagian dalam dinding memek Tante Riyah seperti menjepit dan menghisap hingga menimbulkan kenikmatan tiada tara.
“Terus Dit,.. uh… uhh… kontolmu enak banget. Gede dan keras banget. Ah iya Dit, terus sodok memek Tante sayang. Ah,.. ahh… ahhhh,” Tante Riyah mengerang nikmat.
Mendengar erangannya, aku jadi kian bersemangat mengentotinya. Apalagi aku melakukannya sambil terus memandangi memeknya yang tengah diterobosi kontolku. Ternyata, di bibir luar kemaluan Tante Riyah ada sebentuk daging yang menggelambir. Saat batang penisku kudorong masuk, daging menggelambir itu ikut terdorong masuk. Namun saat aku menariknya, bagian tersebut juga ikut keluar. Melihat itu sodokan kontolku pada lubang nikmat wanita itu kian bersemangat.
“Memek Tante nggak enak ya Dit? Kok dilihatin begitu?” Kata Tante Riyah. Rupanya ia memperhatikan ulahku.
“Eee. enak bangat Tante. Sungguh. Memek tante bisa meremas. Saya sangat suka,” ujarku tanpa berterus terang perihal bagian daging yang menggelambir dan menarik perhatianku.
“Bener Dit? Kalau kamu suka, kapanpun kamu boleh entotin terus tante. Tante juga suka banget kontol kamu. Ahhh sshhh… aakkhhh… enakk bangat sayang. Ohhh terus Dit, ayo sayang sodok terus. Ahhh… ahh …ah,”
Sambil terus melakukan sodokan ke liang sanggamanya, perhatianku juga tertarik pada buah dada Tante Riyah yang terlihat terguncang-guncang seiring dengan guncangan tubuhnya. Maka langsung saja kuremas-remas teteknya yang berukuran besar namun agak kendur itu. Sesekali kedua putingnya yang mencuat, berwarna coklat kehitaman kupilin dengan jari-jariku. Alhasil Tante Riyah kian kelojotan, desah nafasnya semakin berat dan erangannya semakin menjadi.
Aku menjadi keteter ketika wanita itu mulai melancarkan serangan balik dan menunjukkan kelihaiannya sebagai wanita berusia matang. Ia yang tadinya mengambil sikap pasif dan hanya menikmati setiap sogokan kontolku di memeknya, mulai menggoyangkan pinggulnya. Goyangannya seakan mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.
Maka yang kurasakan sungguh di luar perhitunganku. Jepitan dinding vaginanya pada kemaluanku terasa semakin menghimpit dan putarannya membuat batang kontolku serasa digerus dan dihisap. “Oohh… ohh… sshhh ..ssh ah enak bangat tante. Memek tante enak banget. Sss sa.. saya nggakk.. tahan tante. Ohh… ohhhh,”
“Tahan Dit, tante juga hampir sampai. Ah enak banget… kontol kamu enak banget Dit. Ah.. sshhh ahh….sshh ahh ahhh,”
Seperti yang diinginkannya, aku berusaha keras menahan jebolnya pertahananku. Namun saat goyangan pantat Tante Riyah kian menjadi, berputar dan meliuk-liuk lalu disusul dengan melingkarnya kedua kaki wanita itu ke pinggangku dan menariknya, akhirnya ambrol juga semua yang kutahan. Seperti air bah, air maniku memancar deras dari ujung penis mengguyur bagian dalam memek ibu temanku itu diantara rasa nikmat yang sulit kulukiskan. “Saya nggak tahan tante, ahh… ssshhh ..ahhh… ah..aakkhhhhhhh,”
Kenikmatan yang kudapat semakin berlipat ketika beberapa detik berselang, memek Tante Riyah berkejut-kejut menjepit, meremas dan seperti menghisap dengan keras kontolku. Rupanya, ia juga telah sampai pada puncak gairahnya. “Tante juga nyampai Dit. Ahh.. sshhh… ohhh …ooohh … aakkkhhh,. Enak bangat Dit,… ahhh,.. akkhhhh …..aaaakkkkhhhhhhhh,” ia merintih keras dan diakhiri dengan erangan panjang.
Tante Riyah menciumiku dan memeluk erat tubuhku dalam dekapan hangat tubuhnya yang bermandi keringat setelah puncak kenikmatan yang kami rasakan. “Tante sangat puas Dit. Sudah lama tante tidak merasakan yang seperti ini. Kalau kamu suka, pintu rumah tante selalu terbuka kapan saja,” katanya sambil terus memeluk dan menciumiku sampai akhirnya ia mengajakku mandi bersama.
Malam itu setelah makan bersama, aku dan Tante Riyah mengulang beberapa kali permainan panas yang tidak sepantasnya dilakukan. Berkali-kali air maniku muncrat membasahi lubang memeknya dan membuat lemas sendi-sendiku. Namun, berkali-kali pula Tante Riyah mengerang dan merintih oleh sodokan kontolku. Baru saat menjelang pagi kami sama-sama terkapar kelelahan.
Tamat.
BACA JUGA !!!
6100game
SUHU DOMINO |
No comments:
Post a Comment