Cantiknya Keponakan Tanteku

Posted by SP on

SUHU DOMINO

6100game - Kenalkan, nama saya Roy, teman-teman biasa memanggilku Mas Roy. Saya seorang pemuda berusia 26 tahun dengan tinggi badan 173 cm dan berat 56 kg. Meski usia saya kini sudah seperempat abad, namun pengetahuan saya dalam dunia percintaan masih sangat minim dan belum punya banyak pengalaman yang layak dibanggakkan sebagaimana layaknya anak muda jaman sekarang. Sekarang saya sedang bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa. Jarak kantor itu sekitar 5 km dari tempat tinggal saya. Kini saya tinggal dengan Om saya. Om Budy sehari-hari bekerja sebagai Kepala sekolah di sebuah SMK Negeri yang cukup terkenal di kota kami, sementara tante saya bekerja sebagai perawat di sebuah RS swasta. Kedua anaknya tinggal kost di kota lain karena mereka tidak mau kuliah di kota kami. Sejak kedua anaknya kuliah dan tinggal di kota lain, om dan tante saya hanya tinggal bertiga dengan seorang pembantu.

Sekitar dua bulan kemudian Om Budy mengajak saya agar saya tinggal bersama mereka, dengan alasan daripada saya harus kost di luar, lebih baik saya tinggal di rumah om saya saja karena di rumahnya ada kamar yang kosong, kata om Budy memberi alasan. Sebulan kemudian, tante Dini membawa keponakannya ke rumah. Nama keponakan tante Dini adalah Ema, usianya 15 tahun, ia sudah duduk di kelas dua SMK Negeri. Ema adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin dan baik hati pada semua orang. Suatu ketika, om Budy dan tante Dini pergi menghadiri acara perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om mengajar. Ia sempat mengajak saya, namun saya menolak dengan alasan saya agak lelah, lalu tante Dini mengajak Ema, namun Ema juga menolak dengan alasan Ema lagi ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan malam itu juga karena besok tugas itu sudah harus dikumpulkan. Sebelum om dan tante meninggalkan rumah, mereka tidak lupa berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena sekarang banyak maling yang pura-pura datang sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-tiba merampok setelah melihat situasi yang memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om dan tante pun pergi sambil menyuruh saya menutup pintu. Sejak kepergian om dan tante, rumah jadi hening, kini hanya ada suara TV, namun sengaja saya kecilkan volumenya karena Ema sedang belajar. Saya hanya duduk di ruang depan menonton sebuah sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta. Saya sempat menyaksikan adegan panas seorang lelaki paruh baya yang sedang asyik berselingkuh dengan seorang gadis yang ternyata teman sekantornya sendiri. Karena terlalu asyiknya saya nonton TV, sehingga saya sangat kaget ketika sebuah tangan menepuk pundak saya. Setelah saya lihat ternyata Ema, ia tersenyum manis sambil menarik lenganku dengan manja menuju kamarnya.

Saya jadi deg-degan setelah melihat penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan celana pendek ketat warna coklat muda dengan kaos orange nya yang super ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas. Sejenak saya terpana melihat tubuhnya yang nyaris sempurna. Saya amati pinggangnya bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang, mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat mengundang pikiran jahat saya. Bagaimana rasanya kalau saya menikmati tubuhnya yang nyaris sempurna itu. Namun saya berusaha menyingkirkan pikiran itu karena saya pikir bahwa dia adalah sepupu ipar saya, tinggal serumah dengan saya dan saya pun menganggapnya sudah seperti adik kandung saya sendiri. "Ada apa sih? Kok kamu mengajak saya masuk ke kamar kamu?" kataku agak bingung sambil berusaha melepaskan tangan saya. Sebenarnya bukan karena saya menolak tetapi hanya karena grogi saja. Maklum saya belum pernah masuk ke kamar Ema sebelumnya. "Kak, Ema mau minta tolong nih!" katanya sambil menatapku manja. "Kakak mau nggak membantu saya menyelesaikan tugas ini, soalnya besok sudah harus dikumpul." kata dia setengah merengek. "Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar saya membantu kamu mengerjakan tugas itu? Okelah. Saya akan membantumu dengan senang hati, saya kan sudah berjanji untuk selalu menolongmu." kataku mantap. "Asyik, makasih ya kak." kata Ema sambil menciumku. Kontan saya merasa tersengat aliran listrik karena meskipun umur sudah 25 tahun, saya belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya dari gadis secantik Ema. Saya pun segera membantunya sambil sesekali mencuri pandang padanya, namun sepertinya ia tidak menyadari kalau saya memperhatikanya.

Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30 menit, tiba-tiba Ema berhenti mengerjakan tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi keningnya. "Kak, Ema pusing nih, boleh nggak kakak pijitin kepala Ema?" katanya sambil merapatkan badannya ke dada saya. Sempat saya merasakan gesekan dari payudaranya yang cukup kencang namun terasa lembut. "Emang kenapa kok Ema tiba-tiba pusing?" tanya saya agak heran. "Ayo kak, tolong pijatin dong, kepala Ema pening!" "Oke, dengan senang hati lagi." kataku penuh antusias. Saya lalu mulai menekan-nekan keningnya dengan tangan kiri saya dan tangan kanan. Saya menahan lehernya agar badannya tidak bergoyang. Sesekali saya juga mengelus pundaknya yang putih bersih. "Kak, belakang leher Ema juga kak, soalnya leher Ema agak kaku nih." katanya sambil menuntun tangan saya pada lehernya. Setelah saya memijatnya sekitar lima menit, ia lalu berdiri sambil menarik tangan saya. "Kak, Ema baring di ranjang aja ya? Biar pijitnya gampang." "Terserah Ema ajalah." kata saya sambil mengikutinya dari belakang. Lagi-lagi saya terkesima melihat pinggulnya yang sungguh aduhai. Ia lalu berbaring telungkup di atas ranjang sambil menyuruh saya memijat leher dan punggungnya. Sesekali saya melihat dia menggerakkan tubuhnya, entah karena sakit atau karena geli. Saya tidak tahu pasti, yang jelas saya juga sangat senang memijat punggungnya yang sangat seksi. Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba saja ia bangun. "Kak, Ema buka baju saja ya? Sekalian pakai balsem biar cepat sembuh." "Mungkin Ema masuk angin." katanya sambil melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di depan saya. Saya terkesima melihat kulit tubuhnya yang kuning langsat. Dalam hati saya berpikir alangkah bahagianya saya kalau kelak mempunyai istri secantik Ema.

Saya terus memijatnya dengan lembut. Sesekali saya memutar-mutar jari-jari saya di tepi rusuknya. Setiap saya meraba sisi rusuknya, ia kontan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia belum terbiasa disentuh laki-laki. Saya juga sudah mulai merasakan penis saya mulai bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang. Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah saya. "Kak, Ema buka aja BH-nya ya kak? Soalnya gerah nih." "Terserah Ema lah." kata saya. Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring menatap ke arah pandangan saya dan saya berlutut di samping kanannya. Dia hanya tersenyum manja, saya pun membalas senyumanya, nafas saya sudah mulai tidak menentu. Sepertinya nafas Ema juga sudah mulai tidak terkendali, saya melihat bukitnya yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk warna merah jambu kini sudah mulai turun naik. Saya sempat grogi dibuatnya, bagaimana tidak, selama ini saya belum pernah melihat pemandangan seindah ini.

SUHU DOMINO

6100game

Di depan saya kini tergeletak seorang gadis yang tubuhnya begitu memabukkan dengan desahan nafas yang membuat batang kejantanan saya sudah berdenyut-denyut. Seakan-akan penis saya mau lompat menerjang tubuh Ema yang terbaring mengeliat-geliat, sungguh darah muda saya mulai berdesir kencang. Kini saya mulai merasakan detak jantung saya sudah tidak beraturan lagi. "Kenapa kak?" katanya sambil tersenyum manja. "Nggak, nggak papa kok." kata saya agak grogi. "Sudahlah, ayo Kak pijatnya yang agak keras dikit." "Iya, iya" jawab saya. Saya lalu mulai mengelus-elus perutnya yang putih bersih itu, tanpa sengaja saya menyenggol gundukan di dadanya. "Ahh.." katanya sambil menggeliatkan tubuhnya. Saya dengan cepat memindahkan tangan, tetapi ia kembali menariknya "Tidak apa-apa kak, terusin saja." katanya. Wah, benar-benar malam ini adalah malam yang sangat menyenangkan bagi saya karena tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya akan mendapat kesempatan seperti ini.

Kesempatan untuk mengelus-elus tubuh Ema yang sangat merangsang. "Saya tidak boleh melewatkan kesempatan sebaik ini," kata saya dalam hati. Kini Ema semakin merasakan sentuhan jari-jari saya, saya melihat dari desahan nafasnya dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat. Entah setan apa yang membuat Ema lupa diri, dia tiba-tiba menarik wajah saya, lalu mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut dan mulai mencium dan menggigit bibir saya. Saya hanya pasrah dan terus terang saya juga sebenarnya sangat menginginkanya, namun selama ini saya pendam saja karena saya menghargainya dan menganggapnya sebagai adik sendiri. Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala saya yang dialiri oleh gelora darah muda saya yang menggelora. Ia terus mencium saya dan kini ia melepaskan kaos yang saya pakai lalu membuangnya di samping ranjang. "Ema, ada apa ini?" tanya saya setengah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan. Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata saya lagi. Melihat gelagat Ema yang sudah di luar batas kendali itu, saya pun tidak mau tinggal diam. Saya mulai membalas ciumannya, melumat bibirnya dan menghisap lehernya yang putih bersih. Saya merasakan penis saya semakin keras dan berdenyut-denyut. Ema terus mencium bibir saya dengan nafas tersengal-sengal. Saya pun tidak mau kalah, saya mulai meremas-remas payudaranya yang masih kencang dan menantang. Kini saya mulai mengisap pucuknya. "Achh.." ia menggeliat. Saya melihat Ema semakin menikmati perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat. Ema melihat penis yang sudah mendongkrak celana pendek saya, ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam CD saya dan ia kini sudah menggenggam penis saya yang berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna kebiruan. Ia lalu menarik celana pendek dan CD saya dan kemudian melemparkannya ke lantai.

Ia kembali menangkap penis saya dan mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut. "Aachh.. achh.." benar-benar nikmat rasanya. Saya merasakan penis saya semakin tegang dan semakin panjang. Ia terus mempermainkan milik saya yang sudah berdenyut-denyut dan mulai mengeluarkan cairan bening. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya lalu menyelipkan jari-jari saya ke selangkangannya. Saya merasakan lubang kemaluannya sudah hangat dan sudah sangat basah dengan cairan warna bening mengkilat. Rupanya ia sudah benar-benar sangat terangsang dengan permainan kami. Dengan nafas yang tersengal-sengal, saya lalu melorotkan celana Endang lalu meremas-remas pahanya yang putih mulus dan masih kencang. Saya tidak sanggup lagi menahan nafsu saya yang sudah naik ke ubun-ubun saya. Dengan sekali tarik, saya berhasil melepaskan CD-nya Ema. Kini ia benar-benar bugil. Saya sejenak terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang, dengan kulit kuning langsat, halus, bersih dan bentuk badan yang sangat seksi sungguh nyaris sempurna. Saya benar-benar tidak tahan melihat vaginanya yang ditumbuhi rambut tipis dan halus dengan bentuknya yang mungil berwarna coklat agak kemerah-merahan. Kembali penis saya berdenyut-denyut, seakan meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat Ema yang masih terkatup rapat. Saya sangat gemas melihat liang kemaluannya dan kini saya mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas klitorisnya. Lubang nikmat Ema sudah sangat basah. Saya melihat Ema semakin terlelap dalam nafsunya.

6100game

Ia hanya mengerang nikmat. "Achh.. achh.. ohh.. ohh.." Saya terus menjilat klitorisnya. Ia hanya mendesah, "Achh.. achh.." sambil menarik-narik pinggulnya. "Kak, ayo masukin kak!" sambil menarik penis saya menuju bibir kemaluannya. "Oke sayang," lalu saya membuka kakinya. Kemudian saya melipat kakinya dan menyuruhnya supaya ia membuka pahanya agak lebar. Saya lalu menarik pantat saya dan merapatkan pada selangkangannya. Ia dengan cekatan meraih batang kemaluan saya lalu menempelkannya di bibir kemaluannya yang masih sangat rapat namun sudah basah dengan cairan lendirnya. "Pelan-pelan ya kak, Ema belum biasa." "Iya sayang," kata saya sambil mengecup bibirnya yang merekah basah. Saya kemudian mendorongnya pelan-pelan. "Achh.. sakit kak." "Tahan sayang." Saya lalu kembali mendorongnya pelan-pelan dan kini batang saya sudah bisa masuk setengahnya. Ema hanya menggeliat dan menggigit bibirnya. Saya terus mendorongnya sambil memeluk tubuhnya. Sesekali saya menyentaknya agak keras. "Achhkk.. sakit kak, pelan-pelan donk!" memang vaginanya masih sangat rapat, maklum ia masih perawan. "Tahan ya sayang," saya mencoba menenangkannya sambil memegang pinggulnya erat-erat. "Akk.." Ema meringis keras. Ia memukul dada saya dengan keras sambil menarik pantatnya. "Sakit kak, sakitt.." Saya merasakan batang kejantanan saya menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang kenikmatan Ema. Rupanya batang saya telah berhasil menembus selaput daranya. Dari liang sorga Ema tampak mengalir darah segar. Saya terus menggoyang-goyangkan pinggul maju mundur sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas gunungnya yang sangat menantang itu. Sesekali saya melihat dia merapatkan kedua pahanya sambil mengigit bibirnya.

Benar-benar vagina milik Ema sungguh nikmat, saya merasakan vaginanya semakin basah dan licin, namun tetap saya merasakan kejantanan saya terjepit dan kadang seperti dihisap oleh vaginanya Ema. Kini saya merasakan batang kemaluan saya sudah berdenyut-denyut sepertinya ingin memuntahkan sesuatu, namun saya tetap menahannya dengan mengurangi irama permainan saya. "Terus kak, terus.." ia menggeliat. Saya melihat kedua kakinya mengejang. Gerakan saya kembali saya pacu, membuat payudaranya agak bergoyang dan sepertinya semakin membesar berwarna kemerah-merahan. "Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak." sambil menggeliat. Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mencari pegangan. Akhirnya ia memelukku dengan erat dan mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit bibirnya, ia memejamkan matanya. Saya merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan hangat. Akhirnya Ema memelukku erat-erat dan mengangkat pantatnya sambil berteriak. "Achhkk.." Saya merasakan badannya bergetar dan sepertinya ada sesuatu yang hangat menyentuh batang kejantanan saya, rupanya Ema sudah orgasme. Saya semakin tidak kuat menahan denyutan dari buah kejantanan saya, akibat kenikmatan yang diberikan Ema sangat luar biasa, batang saya semakin berdenyut-denyut dan kini saya benar-benar tidak sanggup lagi menahannya. Lalu saya mempercepat gerakan saya dan mendorong penis saya lebih dalam lagi sambil menarik tubuh Ema dengan erat ke dalam pelukan saya. Saya merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat itu. Kini semuanya mengalir dan menggetarkan seluruh tubuh saya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki saya. Akhirnya, "Srett.. srett.. srett.." Kejantanan saya mengeluarkan cairan hangat dalam lubang kemaluan Ema. Saya sempat bingung dan takut karena telah menikmati tubuh Ema secara tidak sah. Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga pikiran itu segera sirna. Saya hanya tersenyum lalu mengecup bibir Ema dan mengucapkan terima kasih pada Ema. Tampak tubuh Ema basah dengan keringatnya tetapi terlihat wajahnya berseri-seri karena puas. Ema hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi tubuhnya. Ketika saya mencabut batang kejantanan saya dari vaginanya ia hanya tersenyum saja. Astaga, saya melihat di sprey Ema terdapat bercak darah. Tetapi segera Ema bangun dan menenangkan saya. "Tenang mas, nanti saya cuci, tak akan ada yang mengetahuinya." katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir saya.

Kami berdua lalu menuju ke kamar mandi. Di situ kami masih sempat melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami kembali mandi dan kembali ke kamarnya Ema. Setelah saya mengambil baju dan celana, saya pun menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian keluarlah Ema dari kamarnya lalu mengajak saya makan malam berdua. Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak ingin bertemu dengan om dan tante malam ini. Mungkin Ema malu dan takut kalau perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar, saya tidak tahu pasti. Tidak lama kemudian, om dan tante datang. Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang katanya cukup ramai dibanding tahun lalu karena tahun ini siswanya lulus 100 persen dengan nilai tertinggi di kota kami. Om menanyakan Ema, tetapi saya katakan mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah makan ia sempat mengatakan kepada saya bahwa ia agak lelah. Om hanya mengangguk lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah makan dan kini ia pun ingin istirahat. Saya tersenyum puas dan kembali menonton sebentar, lalu masuk kamar saya. Di dalam kamar, saya tidak bisa tidur membayangkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Malam ini saya sangat senang karena telah merasakan sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya dan pengalaman yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya.


Tamat.



BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...