Di Begoin Sama Om Sendiri

Posted by SP on

SUHU DOMINO

6100game - Kisah ini terjadi sekian tahun yang lalu ketika aku masih berumur 15 tahun. Aku bersekolah di sebuah SMP favorit di kotaku dan ketika itu masih duduk di kelas 3 SMP. Aku adalah anak terakhir dari 3 bersaudara dengan kakakku yang tertua telah menjadi dokter umum dan kakakku yang satu lagi masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negri. Karena melihat keberhasilan kedua kakakku, maka ayah dan ibuku pun menuntut hal yang sama dariku. Setiap kali aku mendapatkan nilai yang jelek, pasti habislah aku terkena amarah dari kedua orangtuaku. Bahkan ayah sering memukuliku dengan sabuknya.

Ketika itu aku mendapatkan nilai yang jelek di mata pelajaran sejarah, karena aku memang tidak terlalu pandai di bidang itu. Karenanya, makian dan cambukan ayah pun harus kuterima dengan lapang dada. Pamanku yang bernama Dinoto, masih berumur 26 tahun sudah sering membelaku ketika ayah marah karena aku mendapatkan nilai buruk. Tapi tampaknya pembelaannya sia-sia saja karena semakin dia membelaku, bukannya kasihan, ayah justru semakin geram dan Om Din selalu saja terkena makiannya pula.

Sambil menangis, aku pun mengadu ke Om Din tentang perlakuan ayah di kamarnya yang persis berada di sebelah kamarku.

"Papa jahat, Om"
"Sudah Nana, kamu tenang saja"
"Nana pengen mati aja Om, badan Nana sakit semua dipukulin Papa terus"
"Hush jangan bilang gitu Nana, ayah tetap sayang kok sama kamu"

Kemudian aku menyingkapkan dasterku dengan tujuan menunjukkan pahaku yang sudah berwarna kebiru-kebiruan terkena pukulan ayah. Kemudian Om Din beranjak mengambil body lotion dan membaringkan aku yang masih terisak-terisak di kasurnya.

"Sudah diam, jangan menangis terus, sini Om pijitin"

Om Din dengan kelembutannya mengoleskan body lotion itu di pahaku dan memijit-memijit pahaku yang telah terbentang tanpa penutup di depan matanya.

"Auch Om pelan-pelan, sakit Om"
"Iya, Om pelan-pelan kok Nana."

Karena memang aku sudah akrab dengan Om Din sejak aku kecil, kami tumbuh bersama lebih sebagai kakak adik daripada hubungan paman-keponakan. Kemudian Om memegang bahuku untuk menenangkanku, tapi karena punggungku dan bahuku juga terkena pukulan ayah, maka aku pun mengerang kesakitan.

"Auch Om sakit sekali punggung Nana"
"Coba kamu lepas saja daster nya, biar Om pijitin juga punggung kamu"

Aku pun mengambil posisi tengkurap ketika Om Din memijat-memijat punggungku. Sesekali, tangannya yang lembut menyentuh bagian paling sensitif dari tubuhku, terutama karena memang aku adalah remaja puber yang baru saja mendapatkan perubahan-perubahan di tubuhku. Tangannya sesekali menyentil bagian samping payudaraku, dan setiap kali itu pula badanku menyentak-menyentak.

"Kenapa kamu Nana, sakit ya?"
"Nggak kok Om, cuman Nana kaget"
"Ooh, itu normal kok, tandanya kamu sudah dewasa"

Pipiku memerah menahan malu, karena ternyata Om Din mengetahui apa maksudku. Kemudian dengan cepat Om Din membalikkan badanku dan dia dapat melihat payudaraku yang mulai tumbuh besar dengan pentilnya yang mencuat dibawah miniset yang kupakai karena aku mulai terangsang, terutama karena pandangannya yang menyapu bagian-bagian tertentu dari tubuhku itu.

"Wah Nana, kok susu kamu sudah sebesar itu kamu masih pakai miniset?"

"Iya Om, habis Nana tidak tahu harus bagaimana"
"Besok pulang sekolah ikut Om yah ke mall kita beli BH buat kamu"
"Om serius?"
"Iya, tapi kamu tahu nggak ukurannya?"
"Wah kalau itu sih Nana nggak tahu Om, gimana dong?"
"Coba sini Om lihat"

Dengan cepat pula Om Din menarik miniset yang kupakai, dan refleks tanganku menutupi susuku yang tidak ditutupi dengan apapun juga. Pelan-Pelan tangan Om Din menarik tanganku yang menutupi susuku itu.

"Gila, Nana, susu sebesar itu kamu masih pakai miniset. Kalau kamu di sekolah, pasti temen-temen kamu sering melihat pentil kamu dong"
"Iya Om, temen-temen Nana yang cowok kadang-kadang ada yang jahil pura-pura tak sengaja menyenggolnya"
"Tuh kan, barang segitu gede mustinya dibungkus yang bener, Nana"

Kemudian, dengan tangannya Om Din mulai memegang-memegang susuku, mengusap-mengusapnya dengan body lotion tapi tidak menyentuh pentilnya.

SUHU DOMINO

6100game

"Wah ini pasti ukurannya 34B"
"Kok Om tahu?"
"Om cuman kira-kira, Nana, besok kita tanya aja sama Mbaknya yang jaga toko, OK?"

Sebelum aku menjawab pertanyaan Om Din, tiba-tiba mulutnya sudah "ngempeng" di pentilku, karena kaget tubuhku tersentak dan bukannya mengelak, aku pun malahan membusungkan dadaku ke arah Om Din. Tiba-Tiba Om Din melepaskan mulutnya dari pentilku, dan seketika itu pula tubuhku semakin maju mengikuti arah kepalanya.

"Enak nggak Nana?"

Dengan malu-malu aku mengangguk dan dengan liar Om Din mulai memegang-memegang susuku lagi, menggoyang-menggoyangkannya sambil memilin-memilin putingku yang sudah keras sekali. Kemudian, Om Din keluar dari kamar dan ketika dia kembali, terjadi peristiwa yang lebih asik lagi.

Om Din kembali ke kamarnya ketika aku masih mengelus-mengelus putingku sendiri.

"Lho, Nana, kamu lagi ngapain?"
"Um, um, lagi cobain sendiri Om, ternyata geli-geli gimana gitu enak kok"

Om Din ternyata mengambil 2 butir telur dari lemari es. Kemudian, dia mengikat kedua tanganku ke belakang (di belakang pinggang), dan setelah itu mencium bibirku. Ketika tubuhku tersentak karena aku merasakan pentilku telah beradu dengan benda dingin yang aneh, tanpa kusadari ternyata Om Din mengelus-mengelus kan telur-telur itu tadi ke kedua pentilku. Karena aliran dingin itu pula, aku meronta-meronta kegelian dan tidak berdaya karena kedua tanganku masih terikat. Aku hanya bisa memaju mundurkan dadaku saja dan justru itu menambah keasyikan sendiri ketika kedua putingku kembali menyentuh telur yang dingin itu.

"Om, Nana pengen pipis."
"Pipis aja disini, Nana, nggak Papa kok"

Karena memang aku belum pernah berhubungan sex sebelumnya, cairan yang keluar kental dan tak henti-hentinya itu ternyata lendir birahiku yang kuketahui setelah Om Din sendiri menjelaskannya kepadaku.

Setelah "pipis" itu, aku merasakan badanku lemas terkulai. Dengan tangan yang masih terikat, Om Din mulai melucuti celana dalamku.

"Om, jangan dibuka Om, Nana barusan aja pipis"
"Nana, biar Om bersihkan pipisnya"

Kemudian Om Din melepas celana dalamku yang sudah basah oleh lendir perawanku. Dengan liar, Om Din menjilati memekku yang sudah basah itu.

"Geli ah Om, kok Om nggak jijik jilatin pipis Nana?"
"Hmph, hmph, memek kamu kenyal Nana"

Justru mendengar kata-kata jorok dari Om Din itulah berahiku timbul lagi dan ketika memekku sudah merasakan nyot-nyotan yang hebat, aku pun berteriak.

"Sudah Om, Nana mau pipis lagi"

Karena Om Din benar-benar melepaskan lidahnya dari memekku, pinggulku dengan selangkangannya yang telah terbuka lebar dan berlendir itu pun terangkat. Kemudian setelah beberapa saat, Om Din berbalik menjilatiku lagi. Dan tak lama kemudian, aku pun mengerang hebat.

"Arghh Om, Nana pipis lagi Om"

Cairan kental yang deras (lebih hebat dari yang pertama kurasakan) mengalir kembali di memekku. Om Din mulai melucuti pakaiannya dan aku kaget melihat kontolnya berdiri tegak menantang.

"Lho kok bisa berdiri gitu sih Om?"
"Memang itu keistimewaan laki-laki, Nana, ade Om ini bisa juga lemes dan lucu tapi bisa juga jadi gede dan tegak"

Pelan-Pelan Om Din mengarahkan kontolnya ke memekku.

"Om, mau dimasukkan kemana Om, memek Nana tidak berlubang"
Dengan sabar Om Din berkata, "Setiap memek perempuan berlubang, Nana dan lubang itu baru berguna setelah ada laki-laki yang mau masuk ke lubang itu"
"Tapi Nana tidak pernah melihat lubangnya, Om"
"Nanti kamu juga merasakannya, tidak usah ingin melihatnya, Nana"

Daging yang kenyal itu (kepala kontol Om Din) mulai menggesek-menggesek bagian yang menonjol dari memekku, oleh karenanya cairan yang keluar tadi mulai lagi mengalir di memekku dan aku merasa lagi kegelian.

Karena masih perawan, maka lubang memekku mungkin memang sulit ditemukan oleh Om Din. Sambil masih terus menggosok-menggosokkan kepala ujangnya, Om Din memijit-memijit bibir memekku dan merekahkannya pelan-pelan. Dengan tangan yang masih terikat, aku meronta-meronta.

"Om, sakit Om"
"Kamu mau kita cari lubang itu nggak?"
"Mau Om"

Om Din mulai mengarahkan kontolnya ke lubang memekku. Pelan-Pelan dia menggesek-menggesek kan kepala kontol itu dan aku mulai merasakan adanya "lubang" di memekku. Pelan-Pelan sambil digosok-digosokkan maju mundur, akhirnya clep, kontol Om Din masuk menembus selaput daraku.

"Arhh Om, sakit sekali," darah segar pun mengalir di selangkanganku.

Dengan kontolnya yang masih menancap, Om Din hanya tersenyum melihat reaksiku. Dia masih diam dan sambil pelan-pelan mengelus-mengelus bahuku dan susuku. Setelah aku agak tenang, Om Din memutar-memutar pinggulnya sehingga aku merasa geli yang hebat di seluruh bagian rahimku dimana tertancap kontol Om Din. Daging yang kenyal itu melesak-melesak menyenggol-menyenggol semua bagian seakan-seakan mengocok-mengocok isi perutku. Pelan-Pelan Om Din mulai menggenjot kontolnya dengan memaju mundurkan nya dari lubang di memekku.

6100game

"Memek kamu sempit sekali Nana, dede Om serasa dipijitin"
"Argh Om, ah, geli ah.."

Om Din tidak hanya menggenjotku, tapi meremas-meremas putingku dengan liar, melumatnya dengan lidahnya mengecup-mengecupnya dan karena tanganku yang masih terikat di belakang punggung, aku pun hanya pasrah atas apa yang akan dilakukan Om Din.

"Omm Nana pipis lagi Oom"

Dan ketika cairan kental itu keluar lagi dari memekku, Om Din masih menancapkan kontolnya di memekku sambil menunggu sampai gerak badanku agak melemah.

Setelah itu, tubuhku diangkatnya dan kakiku dilingkarkan ke pinggangnya, dan dia memainkan aku seperti bonekanya, naik turun dan oleh karena gerakan itu juga, setiap kali tubuhku bergoyang-bergoyang, pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu tipis dan bidang itu. Kegelian yang kurasakan makin hebat karena kontol Om Din semakin melesak masuk ke dalam lubangku itu.

Direbahkannya lagi tubuhku dan diganjalnya pinggangku dan pantatku dengan tumpukan bantal sehingga memekku semakin terkuak lebar dan itu memudahkan Om Din untuk menancapkan kontolnya di lubangku. Pada posisi itu pula akhirnya kontol Om Din terasa berdenyut-berdenyut dan akhirnya menyemprotkan cairan yang banyak bersamaan dengan orgasmeku yang terakhir.

Setelah itu, aku pun terbaring lemas dan pelan-pelan Om Din melepaskan ikatan tanganku kemudian memandikan aku dan mengeringkanku dengan penuh kelembutan.

"Sekarang Nana sudah menjadi perempuan ya, Om?"
"Iya, lubangnya ada kan Nana?"
"Eh iya Om"
"Tapi, sebagai perempuan kamu tidak boleh sembrono memasukkan semua kontol ke dalam lubang memekmu itu, apalagi kalau sampai kontol itu menyemprotkan cairan seperti kontol Om tadi"
"Kenapa Om?"
"Karena cairan yang menyemprot itu berisi benih laki-laki, Nana. Kamu bisa saja hamil"

Karena wajahku pusat pasi mengetahui kenyataan itu, Om Din menenangkan aku dan memberiku pil anti hamil untuk mencegah aku hamil.

Malam itu, aku tertidur pulas setelah "pipis" untuk kesekian kalinya dari hasil memilin-memilin puttingku sendiri. Setelah kejadian itu, setiap kali ayah memarahiku, lubangku tidak pernah menganggur untuk diisi kontol oleh Om Din.

Tamat.


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...