SUHU DOMINO |
6100game - Namaku Hendra, aku bekerja di sebuah kantor BUMN. Aku sudah menikah selama 2 tahun dengan istriku. Walau kami belum dikaruniai anak, kami sangat bahagia karena istriku adalah orang yang pandai sekali menyenangkan suami. Sepertinya tidak ada habisnya sensasi, gaya, dan teknik yang istriku peragakan setiap kami bergumul di ranjang. Aku 7 tahun lebih tua dari istriku yang kini berusia 25 tahun.
Beberapa waktu lalu, rumah kami semakin berwarna ketika adik bungsu istriku yang kuliah kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri tengah menjalankan magang di salah satu Rumah Sakit negeri yang kebetulan berada dekat dengan rumah kami. Umurnya masih sangat muda sekitar 21 tahun, dia termasuk mahasiswi yang cerdas karena dapat menuntaskan studi tepat pada waktunya.
Jika dilihat dari wajahnya, dia lebih cantik dari istriku, ditambah wajahnya yang teduh dan keibuan. Walaupun tubuhnya aku taksir tidak sebagus tubuh istriku tapi masih diatas rata-rata wanita pada umumnya. Perbedaan lainnya, jka istriku senang berpakaian seksi dan menarik lawan jenisnya, apalagi ditunjang dengan tubuh yang sangat aduhai. Adik dari istriku ini malah sebaliknya, dia menutupi kecantikannya dengan pakaian yang sangat longgar dan jilbab yang lebar. DItambah manset dan kaus kaki sehingga aku hanya bisa melihat wajahnya yang putih bersih dan telapak tangannya. Bahkan setiap aku ada di rumah dia tidak melepaskan jilbab dan kaos kakinya walau barang sebentar. Namanya Hanifa gadis cantik itu.
Kami lalui hari dengan wajar, aku biasa berangkat terlebih dahulu dengan mengantarkan istriku ke kantornya. Sedangkan Hanifa terbiasa berangkat terakhir karena letak Rumah Sakit yang tidak terlalu jauh dari rumah kami. Walau dalam hati aku menyimpan ketertarikan pada Hanifa. Aku semakin bergairah ketika melihat tingkahnya yang sopan, murah senyum, dan lenggok pinggulnya ketika berjalan walau aku yakin bukan maksud dia untuk melakukan itu. Inner beauty yang terpancar ditambah bakat kecantikan den kemolekan tubuhnya selalu ia jaga dengan baik. Katanya hanya untuk suaminya saja, bahkan dia tidak mau pacaran walau saya yakin pasti banyak laki-laki yang menginginkannya. Jilbabnya yang lebar itu tidak dapat menutupi lekukan dadanya yang membusung. Jika istriku berukuran 38 B aku taksir besar tetek adik istriku itu sekitar 36 B. Tingginya yang semampai hampir mencapai 165 cm ditunjang tubuh yang tidak kurus juga tidak gemuk membuat mata laki-laki manapun pasti akan terkesima. Apalagi jika dirumah aku sering melihatnya hanya menggunakan daster saja walau wajah dan kakinya tidak dapat aku lihat, tapi aku dapat membayangkan bagaimana tubuhnya.
Terkadang ketika aku bergumul dengan istriku aku membayangkan sedang melakukan dengan Hanifa, sikapnya yang tertutup pada laki-laki dan selalu menutup tubuhnya semakin membuatku penasaran. Hanya saja aku masih menghargainya sebagai adik dari istriku, dan sikapnya yang menjaga diri. Gayanya dan sikapnya yang ramah membuat siapapun jadi tidak sungkan untuk mengenalnya lebih dekat dengannya walau ia tetap menjaga jarak.
Suatu hari, sepulang kantor aku membuka DVD Blue Film yang baru aku pinjam dari teman kantorku, Blue Film yang aku tonton dengan menggunakan komputer cukup bagus dimana Film tersebut tidak terlalu vulgar dan seronok yang membuat orang jijik. Itu membangkitkan gairahku, kudekati istriku yang sedang menonton tivi di ruang tengah, aku mulai mencumbunya dan dia pun membalas cumbuanku, tiba-tiba ku dengar pindu depan terbuka, pasti Hanifa gumamku.
"Tumben jam 9 baru datang?" Tanya istriku,
"Iya mbak, tadi praktik bedah dulu. O ya mas, boleh kan aku pakai ruang kerjanya, aku mau buat laporan" lanjut Hanifa.
"Silahkan aja, pakai sebebasnya dan jangan canggung disini" ujarku sambil menahan birahi yang baru saja naik.
"Terima kasih ya mas" ucapnya.
Setelah Hanifa masuk kamar kamipun segera melanjutkan kegiatan kami dan pindah ke dalam kamar kami. Pergumulan pun semakin seru karena istriku mulai mengeluarkan jurus-jurus barunya. Setelah kami puas kamipun tertidur.
Aku terbangun sekitar pukul 1 dini hari, ku lihat istrku masih terlelap kelelahan tanpa sehelai benangpun disebelahku. Aku keluar kamar untuk mengambil air minum dan memeriksa kondisi rumah. Kulihat sekilas Hanifa masih di ruang kerjaku dan masih didepan komputer, setelah kupastikan semua pintu terkunci dan aku mengambil segelas air. Aku mulai perhatikan Hanifa yang tampaknya tidak mengetahuoi keberadaanku. Aku puji kecantikanya dalm hati. matanya yang lentik, bibirnya yang tipis dan menawan. Namun...tiba-tiba aku melihat sesuatu yang ganjil. Mata Hanifa masih memandangi layar komputer saat itu, tapi tangannya mulai menyusup dibalik jilbabnya. Dari pergerakan tangan yang tertutup jilbabnya itu aku tahu apa yang dia lakukan. Dia meremas-remas teteknya sendiri, ku lihat matanya setengah terpejam bibirnya terbuka. mungkin dia sedang merasakan sensasi yang baru dia rasakan.
"mhh..uuhhhmmm...aaahhh...." ku dengar desahan samar dari mulutnya, aku segera bergegas ke kamar untuk mengambil Handphone ku dan segera merekam kejadian langka ini.
Tangan kanan Hanifa masih terus meraba teteknya, kini rabaannya kian keras dan bersemangat. Tidak hanya itu aku lihat sepintas tangannya melepas kancing daster bagian atasnya, dan aku yakin dia memasukkan tangannya ke dalam teteknya. Kejadian itu terus aku rekam.
Sesekali Hanifa melengguh "uuhh...aahhh...mhh.....oohh..." matanya terus terpejam, bibir bawahnya dia gigit, terkadang kepalanya tergeleng ke kanan dan ke kiri.
Ternyata tidak selesai disitu, tangan kirinya mulai menuju ke selangkangannya, dia meraba memeknya sendiri dari luar dasternya. ku lihat jari tengahnya terus menggosok bagian tengah memeknya, aku zoom kamera HPku, dan melihat secara close up apa yang sedang dia lakukan. Hanifa mulai menarik dasternya ke atas, walau masih menggunkan kaus kaki mulai terlihat betis atasnya yang sangat putih, sedikit-demi sedikit daster tersebut tertarik ke atas oleh tangan kiri Hanifa. Pahanya yang putih mulus mulai tersingkap, Kontolku mulai tegang melihat pemandangan itu. Sampai akhirnya tangannya berhenti ketika daster mulai sampai di bagian perutnya. Dan terpampanglah celana dalam Hanifa yang berwarna putih. Tangan kiri Hanifa terus bergerak masuk ke dalam celana dalamnya. Ku lihat tangannya terus bergerak-gerak diantara selangkangannya. Desahannya semakin menjadi, rangsangan yang sungguh hebat membuat dia tidak merasakan keberadaanku.
"Auuuuww...oohh....ahhh....eehhhmmm...yyaaahhh " racaunya.
Sungguh pemandangan yang belum pernah aku lihat seorang wanita berjilbab yang tengah bermasturbasi tanpa melepaskan jilbabnya. Dulu saat kuliah aku pernah mengintip anak ibu kosku yang melakukan itu, tapi itu kurang menantang karena anak ibu kos ku itu sering mengumbar auratnya dan punya affair dengan salah satu teman kosku. Tapi ini pemandangan yang berbeda dan sungguh luar biasa.
Gerakan tangan kiri Hanifa diselangkangannya semakin cepat, dan remasan tangan kanannya di tetek semakin kuat. Ingin rasanya aku membantunya, tapi masih sibuk merekam dengan kamera handphoneku. Sesaat kemudian aku lihat dia mulai menghentikan aktifitasnya, nafasnya naik turun teratur, matanya masih terpejam, tapi aku tidak tahu apakah dia telah mencapai puncak kenikmatan atau belum karena aku tidak mendengar jeritan yang biasanya menjadi ciri wanita saat orgasme. Sebelum dia sadar aku segera bergegas menuju kamarku, dan mulai mereview kembali dari HPku apa yang baru aku saksikan tadi. Tanpa sadar aku melakukannya sambil beronani, sampai orgasme beberapa kali. Aku baru menyadari DVD Blue Film yang baru aku pinjam tadi, ternyata masih tertinggal dalam komputerku, aku yakin tadi tanpa atau dengan sengaja dia melihatnya. Aku yakin karena dalam DVD itu ada adegan wanita yang melakukan masturbasi, mungkin dia mengikutinya.
Keesokan paginya, semua sepertinya biasa dan nampak wajar, istriku masih sibuk berdandan, maklum dandannya bisa sampai 2 jam sendiri. Aku memulai sarapan tanpa menunggu istriku, kemudian ku lihat Hanifa sudah rapih dan keluar dari kamarnya. Dia sangat cantik dengan dandanannya yang sederhana, hanya berbalut bedak tipis dan lip glose seperlunya. Tapi ini adalah pemandangan fantastis, wanita yang apa adanya aku lihat menjadi jauh lebih cantik dibandingkan yang ber-make up. Jilbab warna pink dipadu kemeja putih dan rok panjang warna senada dengan jilbabnya membuat dia semakin cantik. Diapun tanpa merasakan apapun memulai sarapan paginya.
Aku membuka obrolan pagi itu "Gimana Hanifa? laporannya selesai semalam?",
"Sudah selesai mas, terima kasih ya ruangan dan komputernya" katanya tenang.
"Ngerjain laporan atau ngerjain yang lainnya?" sindirku.
Hanifa langsung terdiam dan menghentikan kegiatannya yang sedang mengambil nasi dari rice cooker. Wajah putihnya mulai bersemu merah, mungkin dia mulai menyadari aku melihat apa yang dilakukannya.
"Tenang saja, kita kan sama-sama dewasa, tahu sama tahu lah dan aku pun tidak akan ceritakan ini ke kakakmu" ujarku sambil ku perlihatkan hasil rekaman di HPku.
Wajah Hanifa semakin tegang, keringat mulai membasahi wajahnya, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, aku tahu dia sedang bingung, malu, dan mungkin takut juga.
"Mungkin lain kali kalau mau jangan sendiri, aku siap membantu kamu sampai kamu puas" Bisikku.
Tanpa menjawab dia langsung beranjak dari kursinya dan menyambar tasnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang aku tahu matanya yang berbicara, matanya nampak mulai penuh dibasahi air mata yang hendak meloncat keluar.
Malamnya, aku berlaku seperti biasa seperti tidak terjadi apapun. Sedangkan Hanifa seperti agak sungkan dan kaku setiap bertemu denganku.
"Pah, tidur yuk, mamah dah ngantuk banget nich",
"Ya sudah tidur aja dulu, nanti papah menyusul".
Setelah kulihat istriku sudah tertidur lelap, aku beranikan diri mendekati kamar Hanifa, yang nampaknya masih menyala terang, sepertinya dia masih belajar. Tok...tok...tok... aku mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa?" sahutnya dari dalam, saat dia buka pintu kamarnya, aku segera mendorong pintu itu sehingga Hanifa agak tersungkur kebelakang. Aku kunci dari dalam pintu kamarnya,
"Mass....mas mau apa? keluar dari kamarku",
"Kamarmu? apa kamu lupa kamu tinggal dimana?" sahutku agak tinggi, dia terdiam.
"Kamu mau videomu tersebar kemana-mana? bahkan wajahmu close up di video itu, semua orang akan melihat apa yang kamu lakukan",
"A...apa mau mas?" ucapnya terbata.
"Aku hanya mau kamu memuaskanku malam ini...",
"Ja...jangan mas, aku masih perawan, aku lakukan apa saja asal bukan melakukan itu",
"Buka!" perintahku ketika kontolku tepat berada di hadapan wajahnya.
Dia mulai membuka celana pendek yang aku kenakan sampai ke lutut, Hanifa agak terperangah meihat kontolku yang mulai tegang dan begitu menonjol seakan celana dalamku tidak sanggup memuatnya.
Dengan bergetar tangannya menurunkan celana dalamku dan kemudian menurunkannya hingga ke lutut. Tampak kini dihadapannya kontolku yang telah tegak mengacung bagaikan sebuah tombak yang siap dihujamkan. Tampak ragu dia meraih kontolku dengan sambil menundukkan kepalanya. Akupun meraih tangannya yang halus, dan menyentuhkannya ke kontolku, rasanya sangat nyaman, dimana kulit lembutnya menyentuh kontolku yang sudah mengeras, kokoh, otot-otot yang keluar menambah kesan sangar. Wajahnya tertunduk dan mulai tersedu, tapi aku tak menghiraukan, aku maju mundurkan tangannya, sampai beberapa saat aku tak perlu menuntunnya karena tangannya sudah paham apa yang harus dilakukannya. Hanifa pun mulai berani menaikkan wajahnya dan menatap kontolku. Tak berapa lama aku merasakan sesuatu yang ingin melesak dari dalam tubuhku, sampai akhirnya...
"aahh....." aku melengguh disertai keluarnya sperma dari kontolku.
"aaaauuwww...." Hanifa tersentak kaget ketika spermaku keluar.
Karena dia berada tepat didepan kontolku, muncratan spermaku mengenai wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya dan sebagian lagi ke jilbabnya. Aku tersenyum puas lalu ku tinggalkan Hanifa yang masih terpaku.
Esoknya aku melakukan hal yang sama. kali ini, aku tidak perlu membentak dan memerintahkan, Hanifa sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Walau agak ragu, dia mulai berani menurunkan celanaku sendiri, sampai celana dalamku, dan memulai belaian lembut pada kontolku. dia tidak malu dan canggung seperti kemarin walau masih nampak wajah takut dan terpaksa melakukan itu. Aku memegang tangan kanannya, sambil membiarkan tangan kirinya tetap menggenggam kontolku yang hampir tak tergenggam tangan mungilnya karena diameternya yang hampir mencapai 7 cm. Aku renggangkan telapak tangannya dan aku tuntun melakukan gerakan mengusap pada ujung kontolku, telapak tangannya mengusap dengan melakukan gerakan memutar di ujung kontolku seperti yang sering istriku lakukan. Hal ini memberiku sensasi yang lebih, apalagi yang melakukan adalah seorang wanita yang polos tentang seks, alim dan selalu berjilbab, menjaga dirinya dan menutupi tubuhnya. suatu sensasi yang sangat luar biasa. Aku kembali mencapai puncak dan memuntahkannya diwajahnya. Kegiatan itu sering kami lakukan tanpa sepengetahuan istriku sampai beberapa waktu lamanya.
Pagi ini aku baru sampai dari kantor karena mendapat giliran piket, karena itu siang ini aku mendapat libur. Sampai di rumah suasana wajar setiap pagi seperti yang telah menjadi rutinitas. Istriku sudah siap berangkat ke kantor, dan taksipun telah menunggunya diluar. "Pah aku berangkat dulu ya.." sambil menciumku, tubuhnya indah dibalut blazer ketat dan rok yang sangat pendek, ahh...itu pemandangan biasa.
"Mah...sekalian kunci ya pintunya" ujarku,
"Nanti saja, Hanifa belum berangkat, biar dia saja yang kunci pintu..." ujarnya sambil berlalu.
"Hah..Hanifa masih di rumah..padahal biasanya dia sudah berangkat pagi-pagi sekali" bisikku.
"Kreeekkk...blak" kulihat pintu kamar yang dibuka dan kemudian di tutup, ku lihat Hanifa mengenakan jilbab warna putih sampai dibawah sikunya, gamis pink warna kesukaannya dan rok putih manset dan kaos kaki putih pun sudah menghiasi lengan dan kakinya. Dia terperanjat melihatku sudah di dalam, dia langsung menundukkan wajahnya dan bergegas menuju pintu.
"Nggak makan dulu kamu?" sahutku memecah keheningan,
"Ngga mas..di RS aja, ngga enak sudah telat..." sambil terus menundukan wajahnya dan berlalu.
"Eii...ttt...mau kemana?santai dulu di sini",
"Jangan mas...aku udah telat ke RS, nanti residentku marah" sahutnya ketakutan,
"Apa peduliku...!", langsung muncul niat di pikiranku,
"Kamu mau video itu tersebar? kamu ingat? kamu tinggal di rumah siapa? makan tinggal makan, tidur tinggal tidur...", wajahnya semakin memerah sangat jelas karena kulitnya yang putih tidak dapat menutupinya.
"Kamu juga harus punya pengorbanan..." lalu aku duduk di sofa depan TV yang biasa kami gunakan untuk menonton, aku masih berkemeja lengkap.
"sini...duduk didepanku", dia langsung memahami perintahku, wajahnya masih tertunduk, dan sama sekali tidak melihatku.
SUHU DOMINO
6100game |
"berhenti...aku sudah bosan dengan cara itu, ganti dengan cara lain!!",
"Cara gimana mas...aku ngga ngerti" ambil terus tertunduk pasrah.
"dengan mulut kamu....sekarang", aku lihat tubuhnya merespon dengan sangat terkejut perintahku, hal yang tidak pernah sama sekali dia bayangkan.
"semakin lama kamu melakukannya...semakin terlambat sampai RS..."bentakku.
Hanifa pun mulai menuruti perintahku, didekatkan bibirnya yang mungil itu ke kontolku, ketika bibirnya yang lembut, hangat dan basah oleh lipglose itu menempel ujung kontolku, aku merasakan sensasi yang luar biasa. Cara menciumnya pun sangat aneh, karena dia tidak pernah melakukannya sama sekali, tapi aku biarkan karena di situ seninya, melihat wanita alim yang masih polos melakukan oral sex. Aku tertawa dalam hati, dan menikmati apa yang ada di hadapanku. Mungkin sudah insting, ciumannya mulai mengitari seluruh kontolku, bahkan sesekali dia basahi dengan lidahnya. Dia melakukannya dengan mata yang selalu terpejam, kuberanikan memegang punggungnya, aku rasakan detak jantungnya berdebar sangat keras hingga ke punggung.
"ahh...nikmati sekali Hanifa sayang....terus sayang...kulum semuanya...seperti kamu mengulum permen lolipop ketika kamu kecil dulu" ujarku sambil mulai berani mengusap dan membelai jilbabnya.
Dengan ragu Hanifa memasukkan kontolku ke rongga mulutnya, aku tidak tinggal diam aku segera mendorong kepalanya semakin masuk, sehingga dia tahu apa yang harus dia lakukan....Tanganku mulai berani menyusup ke balik jilbabnya, dan menemukan sebuah gundukan yang sangat lembut terbalut bra,
"mhh...cuma 34B tapi lembut dan indah sekali" desisku. Hanifa terperangah, dan langsung tangannya memegang tanganku dan menjauhkannya dari dadanya.
"Diam!!!" bentakku. Dia terdiam, dan matanya mulai meneteskan air mata.
Lalu tangan kananku memegang bagian belakang kepalanya dan memaju mundurkan kepalanya, sehingga bibirnya yang lembut beradu dengan lapisan kulit kontolku, aku merasakan sensasi yng sangat luar biasa dan tidak pernah aku dapatkan. tangan kiriku kembali bergerilya di dadanya, kali ini tidak ada perlawanan, bahkan ketika aku mulai meremas teteknya yang lembut. Aku merasakan putingnya semakin mengeras, tanda dia mulai terangsang dan menikmatinya. Sampai beberapa saat akhirnya.
6100game |
"aaahh...aauuww..." Aku mengejang, dan seketika muncullah lahar putih hangat dari ujung kemaluanku.
Hanifa kaget bukan kepalang, dia berusaha mengeluarkan kontolku dari mulutnya, tapi itu sia-sia karena tangan kananku menahannya. Akhirnya spermaku muntah di rongga mulutnya.....dia hanya bisa tergugu dan diam dengan mulut yang masih mengemut kontolku. ketika ku cabut, speraku meleleh dari bibirnya yang manis, dan diapun memuntahkannya...ahhh...indah sekali. dia langsung berlari ke wastafel untuk memuntahkan apa yang baru ditelannya. dia meludah terus menerus, sambil terus senggukan menahan tangis. Lalu dia pun masuk ke kamar. aku masih menikmati ejakulasi terindah yang pernah aku rasakan, sambil tetap duduk di sofa tengah.
Tak berapa lama, Hanifa keluar dari kamarnya, dengan jilbab dan gamis yang baru, mungkin karena kusut dan terkena cipratan spermaku. Walaupun tetap dengan wajah menunduk, tapi dia mulai berusaha bersikap biasa, dan berani mencairan suasana.
"Mas...aku berangkat dulu",
"Iya...hati-hati ya...rahasiamu aman denganku".
Malam harinya aku bergumul hebat dengan istriku hingga aku terlelap. Sebenarnya aku ingin sekali segera memiliki buah hati, tapi itu belum terjadi, ya sekarang sih aku puas-puasin dulu dengan istri. Saking terlelapnya aku tidak tahu kapan Hanifa datang. Jam 2 dini hari aku terbangun lagi, dan seperti biasanya aku mengambil minum di kulkas.
Ku lihat kamar Hanifa masih terang, "mhh...rajin sekali belajarnya", lalu ku ketuk pintu kamarnya, libidoku pun mulai naik lagi.
"Hanifa...buka pintunya" ujarku.
"I...iya mas...", agak lama dia membuka pintunya karena biasanya dia mengenakan jilbabnya dulu sebelum menemuiku.
"belum tidur ya?",
"Belum mas, masih ada tugas...mhh...boleh aku pinjam lagi komputernya mas?",
"Tentu saja boleh...tapi kamu tahu syaratnya bukan?", dia terdiam...mungkin bingung, dia tahu arah pertanyaanku, tapi dia tidak ingin melakukannya.
Mungkin tidak ada pilihan lagi, seketika dia segera menjalankan tugasnya, anehnya kali ini dia sangat buas mengulum kontolku, dia seperti sudah lihai dengan tugasnya, "ah...mungkin dia mencontoh dari DVD BF yang dulu dia tonton di komputerku", "mulutnya terus membasahi kontolku, terus melakukan gerakan mengurut dan merangsang agar kontolku segera mengeluarkan lahar putihnya. Pemandangan yang luar biasa, dengan daster yang lebar dan mengenakan jilbab kaos putih ang sangat lebar. Dan dia pun hanya diam ketika dua tanganky menyelinap dibalik jilbabnya dan mulai meremas teteknya. Aku perhatikan mukanya mulai memerah, kadang nafasnya tertahan dan mulai memburu. DIa terangsang...aku yakin sekali, dia juga manusia yang punya hasrat. Sesaat kemudian kontolku mulai bergetar dan segera melesakkan lahar putihnya, Hanifa kaget dan spontan mengeluarkan kontolku dari mulutnya, aku tidak dapat menahannya karena tanganku sedang sibuk meremas teteknya. Seketika spermaku menyembur di wajahnya, mengenai matanya, bibirnya, dan pipinya yang merona merah.
"Ahhh...." aku kaget mendengar kata itu keluar dari bibirnya.
"bersihkan!" serta merta bibir dan lidahnya membersihkan sperma yang masih menempel di kontolku.
Akhirnya, kegiatan ini sering saya lakukan, walaupun tetap aku paksa, namun dia sudah tidak canggung untuk melakukannya. Bahkan, dia semakin lihai agar membuatku segera ejakulasi. Mungkin itu dia dapatkan dari pelajaran di kuliahnya, dia tahu titik rangsang yang paling sensitif.
Tamat.
BACA JUGA !!!
6100game
SUHU DOMINO |
No comments:
Post a Comment