Double Date Part 1

Posted by SP on

SUHU DOMINO

6100game - Pagi-pagi handphone-ku sudah bunyi. Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Tapi bunyinya itu semakin keras, aku malah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini. Eh, tidak tahunya temanku Alvie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya, tapi langsung berubah waktu aku tahu maksudnya. Alvie mengajakku ikut bareng cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku. Aku sih setuju sekali sama ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Alvie malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.

Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di rumahku. Kami memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Ali, cowoknya Alvie teman baik Dicky cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri ya, namaku Bella, umurku sekarang 17 tahun, sama dengan Alvie, Dicky cowokku sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Ali cowoknya Alvie. Oke, lanjut ke cerita. Kami berempat langsung cabut ke villanya Alvie. Sekitar setengah jam kami baru sampai. Aku sama Alvie langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan menyiapkan kamar. Dicky sama Ali lagi main bola di halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup kalau sehari saja tidak menendang bola.

Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk menyimpan barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Alvie sekamar, Dicky sama Ali di kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Alvie masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar sama Si Ali. Aku kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Dicky kalau tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauh dari bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar buat Ali dan Alvie, satu kamar lagi buat Dicky sama aku.

Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam, kami bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir yang macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Dicky. Makanya aku tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Alvie kayaknya memperhatikan aku, dan dia nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini, "Wah... sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak enak kalau dilewatin gitu saja ya." Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu, "Ali, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!" Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Ali juga samanya, dia setuju sama ajakan Alvie, dan sebelum pergi di ngomong sama Dicky, "Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Bella." Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.

Aku lihati Si Ali dan Alvie, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus ngapain, aku cuma diam, semoga saja Dicky punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar bingung. Apa aku harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku tidak tahan, baru saja aku mau ngomong, eh... Si Dicky mulai buka mulut, "Eh... kamu tidak dingin?" Duer... Aku kaget benar, tidak jadi deh aku mau ngomong, sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah aku geleng-geleng kepala. Dicky ngomong lagi, "Kalau tidak dingin, mau dong kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan... bintang jatuh itu lihat...!" Dicky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Aku kontan berdiri kaget sekali, bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Dicky, aduh... malu benar jadinya. Dicky ikutan berdiri, dia rangkul aku dari belakang, "Sorry, aku tidak punya maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu." Aku cuma bisa diam, tidak biasanya Dicky segini warm-nya sama aku. Dia malah tidak pernah peluk aku seerat ini biasanya. Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Dicky ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kami disambut sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas melihat ada apa di atas. Dicky sampai duluan ke lantai atas, dan dia nyengir, terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar Alvie, tiba-tiba ada teriakan lembut, "Aw... ah... pelan-pelan donk!" Gila aku kaget setengah mati, tapi tanganku sudah keburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Ali nongol sambil nyengir, "Sorry, ngeganggu kalian ya? tidak ada apa-apa kok kami cuma..." Aku dorong pintunya sedikit, dan aku lihat Alvie lagi sibuk nutupi badannya pakai selimut. Dia nyengir, tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku langsung nyengir, "Ya sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."

SUHU DOMINO

6100game

Terus aku ajak Dicky ke bawah. Dicky nyengir, "Siapa coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe." Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Dicky, tapi dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran lagi suara-suara dari atas. Aku tidak tahan dan langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami berdua. Eh, di luar dugaan aku, Dicky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Dicky ngajak aku jadian. Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Dicky ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Dicky memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku.

Selesai dance, Dicky tanya lagi, "Eh kalau mereka berdua ketiduran, aku tidur dimana? memang tidur sama barang-barang?" aku malu sekali, bagaimana ngomongnya. Tapi akhirnya aku buka mulut, "Kita... kita tidur berdua." Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapi aku takut juga, bagaimana ya reaksi Dicky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang ya." Aku jadi salah tingkah, Dicky naik ke lantai atas dan tidak sengaja aku panggil dia, "Eh... tunggu!" Dicky berbalik, dia nyengir, "Oke... oke... ayo naik, tidak bagus anak cewek sendirian malam-malam gini." Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku tidur seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Alvie yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Dicky terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku. Tapi aku kaget sekali, Dicky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal dia lakukan, bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak, tapi kayaknya badan malah kepingin. So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.

Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu Dicky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar di sana. Dicky makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aku biarkan Dicky buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat penisnya yang membayang di balik celana dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.

Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Dicky, soalnya aku tahu sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang bagaimana aksinya di ranjang, jangan-jangan aku harus menerima kocokannya 2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.

Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu setengah mati, mana Dicky mulai meremas dadaku lagi, yah pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek sebentar, Dicky asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana ini baru pertama kali aku telanjang di depan cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.

Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Dicky di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Dicky menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Dicky sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.

Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku tidak sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lalu "Prang..." gelas akhirnya pecah juga. Dicky berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku menggeleng, "Biarkan saja, nanti aku beresin. Lanjutin... please..."
Sesudah itu aku lihat Dicky nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Dicky benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum tidak tahan, tapi Dicky malah terus-terusan melintir-melintiri "kacang"-ku itu. "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku sudah tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan.

Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang, aku buka mata, Dicky sudah buka celana dalamnya, dan penisnya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku tahu dia mau di-"karoake"-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil dong, dia sudah muasin aku, masa aku tolak keinginannya. So aku buka mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Dicky duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan mulutku mulai bekerja.

Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku. Dicky sepertinya puas juga sama permainanku, dia mrlihati bagaimana aku meng-"karaoke"-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Dicky tidak tahan, dia berdiri dan mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang, dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis Dicky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku, benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba penis Dicky maksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku. "Aw... ah..." vaginaku perih bukan main dan aku teriak menahan sakit. Dicky masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku. "Stt... tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang." Dicky membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad menahan rasa sakit itu, aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa... aku tidak apa-apa. Terusin saja... ah..."

Dicky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa setiap kali Dicky menusukkan penisnya dan menarik penisnya. Dicky makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku. "Tidak lama lagi... tidak bakalan lama lagi..." Dicky ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus mengocok vagina aku. "Aku juga... ah... oh... sebentar lagi... ah... aw... juga..." aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku mau ngomong kalau aku juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Dicky mencabut penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku sendiri sudah lemas tidak tahu Dicky mau apa, tapi secara naluri aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit. Tanganku menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap ditusuk dari belakang.

Beneran saja Dicky memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Dicky tidak terlalu keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku biar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Dicky meremas-remas dadaku dari belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting susuku, bikin aku seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang. Dicky kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk, tapi tidak semuanya bisa masuk. Dicky sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya menggosoki klitorisku.

Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-benar tidak kuat lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku merasakan Dicky juga sampai klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Dicky. Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas semua. Aku lihat Dicky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku. Badannya basah karena keringat terus, kupegang badanku, ternyata aku juga basah keringatan. Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Tidak tahu berapa lama aku ketiduran, waktu akhirnya aku bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, tapi waktu aku mau minum, aku ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aku ambil sapu, aku sapu dulu ke pinggir tembok. Aku turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aku masih telanjang sih, tapi aku cuek saja. Aku pikir si Ali pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Alvie.

Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Alvie lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget setengah mati. Aku lihat Si Ali dengan santainya turun dari tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga.

Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa, tapi aku telat Si Ali sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aku telanjang di depannya. Dia masih melihatiku waktu aku menutupi selangkanganku pakai tangan, tapi aku sadar sekarang dadaku kelihatan, makanya tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku benar-benar bingung harus bagaimana, aku malu setengah mati.

Ali akhirnya berbalik,
"Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi... jadi..."
"Tidak apa-apa, ini salahku."
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi badanku yang telanjang polos, waktu akhirnya aku juga sadar kalau Ali juga telanjang. Sepertinya dia pikir aku masih di kamar sama Dicky, makanya dia cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat untuk malu, toh Ali sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai benangpun, apalagi aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah. "Kamu sudah boleh balik, aku tidak apa-apa." Aku mengambil remot TV terus menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir bagus juga aku rileks sebentar sambil nonton TV. Ali juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik tapi tidak lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton TV.

Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah tanggung, aku tonton saja, peduli amat apa kata Si Ali, yang penting aku bisa istirahat sambil nonton TV.
"Bagaimana semalem?" aku buka percakapan dengan Ali.
Dia berbalik, "Hebat, Alvie benar-benar hebat."
Ali sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, "Dicky juga hebat, aku hampir pingsan dibikinnya."
Ali nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali menengok TV. Kayaknya tidak mungkin ada cowok yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa sama cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF. Tiap kali ngomong aku tahu mata Ali selalu nyasar ke bawah, ka dadaku yang memang lumayan menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi memang dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan Alvie, itu sebabnya Ali tidak berhenti-berhenti melihati dadaku kalau ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku, dan sekilas kulihat penis Ali yang mulai tegang. Aku nyengir dan sepertinya Ali tahu apa yang aku pikirkan.

6100game

Dia pegang tanganku, "Boleh aku pegang, itu juga kalau kamu tidak keberatan." Wah berani juga dia, aku jadi sedikit tersanjung, terus aku mengangguk. Ali pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan tangannya mulai remas-remas dadaku. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, tapi begitu tahu kalau aku tidak nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku mulai merem-melek sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha Ali berhadap-hadapan. Ali langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu, aku mulai mengocok penisnya pakai tanganku dan sepertinya Ali juga puas dengan permainanku. Aku mulai terbawa nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.

Ali menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di atas ada Alvie sama Ricky, tapi tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana kalau ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi begitu Ali buka pintu luar, aku melihat di seberang villa, sepasang cowok-cewek lagi sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak. Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex. "Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Ali nyengir sambil menggendongku. Aku ikutan nyengir, "Siapa takut?" terus Ali meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan basah tapi dadaku lebih basah lagi sama liurnya Ali. Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak terbayang bagaimana dinginnya deh. Tapi lama-lama rasa dingin itu hilang, aku malah makin panas dan nafsu, apalagi Ali jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aku mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah tidak karuan dan tidak ada iramanya. Aku makin nafsu lagi mendengarnya, tapi Ali sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.

Lama juga Ali main-main sama dadaku, dan akhirnya dia pegang penisnya minta aku meng-"karaokei"-in itu penis yang besarnya lumayan juga. Gara-gara tadi malam aku sudah mencoba meng-"karaokei"-in penis Dicky, sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi senang juga meng-"karaoke"-in penis, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Ali. Makanya tidak usah disuruh dua kali, langsung saja aku caplok itu penis. Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku, aku hisap itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan.

Kulihat Ali melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Ali merem-melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot meng-"karaoke"-in penisnya lagi.

Ali sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku menurut saja, aku tahu Ali jago mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga tidak ketinggalan dia jilati.

Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main, soalnya sudah tidak kedengaran lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke sana, aku kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok, tapi bukan cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex sama dia lagi membersihkan penisnya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex sama dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi omonganku, soalnya aku ingat-ingat, aku juga sama saja sama dia. Baru selesai sama Dicky, sekarang sama Ali. Wah ternyata aku juga sama gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-melek lagi waktu Ali mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.

Ali benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai pusing, aku lihat bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaku. Aku benar-benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aku gila. "Ah... ah... Ali... Ah... berhenti dulu Ali... Ah... Ah... Shhh..." aku tidak tahan sama puncak nafsuku sendiri. Tapi Ali malah terus-terusan melintir-melintir klitorisku. Aku benar-benar tidak tahan lagi, aku kejang-kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi aku tahu ini belum selesai.

Sekarang bagianku bikin Ali merem-melek, makanya aku paksakan duduk dan mulai menungging di depan Ali. Ali sendiri sepertinya memang sudah tidak tahan ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu lama lagi, langsung dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa sakit tapi tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Dicky. Ali tidak menunggu lama lagi, dia langsung mengocok vaginaku dan tangannya tidak diam, langsung disambarnya dadaku yang makin ranum karena aku menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir puting ku. Aku tidak tahan digituin, apalagi badanku masih lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Ali menyodokkan penisnya saja sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi Ali masih terus mengocokku, dari belakang.

"Ah... euh... ah... aw..." aku cuma bisa mendesah setiap kali Ali menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku coba mengangkat badanku tapi aku tidak kuat, akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku ambruk seperti gitu. Ali memutarkan badanku, terus disodoknya lagi vaginaku dari depan. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Ali menyodokkan penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan.

Ali memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja, tidak bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak tahan ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Ali menyodokku lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku terbuka lebih lebar dan Ali makin leluasa mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-aduk dan aku bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah, aku cuma bisa buka mulut tapi tidak ada suara yang keluar.

"Aku mau keluar, aku mau keluar..." Ali membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
"Jangan di... jangan di dalam. Ah... ah... oh... aku... aku tidak mau... hamil."
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggaknya maksud aku ngomong gitu, aku tidak tahu apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah usaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidak tahu apa Ali ngerti apa yang aku omongin, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.

Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya, kakiku langsung ambruk ke tanah. Ali mengangkang di perutku, dan dia selipkan penisnya ke sela-sela dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku sudah dipuncak nafsu. Kujepit penisnya pakai dadaku, dan Ali mengocok-ngocok seolah masih di dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke muka dan sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari dadaku, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku, aku terlalu lemas. Aku biarkan saja maninya masuk dan aku telan saja sekalian.

Belum habis lemasku, Ali sudah menempelkan penisnya ke bibirku. Aku memaksakan menjilati penisnya sampai bersih terus aku telan sisa maninya. Ali menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di sofa. Aku lemas sekali makanya aku tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku buka mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku memaksakan duduk, dan aku kaget kenapa aku ada di kamar Alvie. Terus yang bikin aku lebih kaget lagi, aku lihat sebelah kiriku Ali masih tidur sedangkan di kananku Dicky juga masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang seperti aku.

Belum habis kagetku, Alvie keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku tahu kalau semalam Alvie bangun dan melihat aku lagi nge-sex sama Ali. dia sih tidak marah, soalnya yang penting buat dia Ali cinta sama dia, soal Ali memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah buat dia. Ternyata Alvie melihat dari jendela bagaimana aku sama Ali nge-sex dan Dicky yang juga bangun subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex sama Ali. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aku lagi nge-sex sama Ali, tapi dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Alvie yang lagi nonton aku sama Ali nge-sex dari jendela. Dicky langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan mengajak Alvie nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku sama Ali selesai, Ali menggendongku ke atas dan melihat Dicky sama Alvie baru saja selesai nge-sex. Makanya kami berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.

Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin dekat. Nanti malam juga kami bakalan nge-sex lagi berempat, tidak masalah buat aku Dicky atau Ali yang jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak masalah siapa yang muasin aku.

Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Dicky masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Alvie duluan. Aku masih kewalahan menghadapi penisnya yang memang gila itu. Ali juga tidak kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aku, dia langsung sambar Alvie yang juga baru selesai sama Dicky. Terus kami nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas. Aku puas sekali, soalnya baru kali ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya ke vaginaku. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aku.

Bersambung..




BACA JUGA !!!


6100game

SUHU DOMINO

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...