![]() |
SUHU DOMINO |
6100game - Hafifa telah mulai bersiap-siap untuk kembali Ke Jakarta setelah seminggu berada di desa kelahirannya. Telah bulat tekadnya bahwa kedatangannya ke desa kelahirannya di pulau bali kali ini adalah yang terakhir kali, bukan karena Hafifa telah menjadi angkuh dan lebih senang di kota besar, melainkan ada sebab lainnya. Telah terpenuhi tugasnya sebagai putri yang berbakti yaitu menghadiri dan mendampingi ibu kandungnya disaat-saat terakhir sakit dan sampai menutup mata serta dimakamkan.
Hafifa yang berwajah cantik itu adalah seorang jururawat dengan kedudukan cukup mantap dan baik di sebuah rumah sakit terkenal di ibukota. Ia telah menikmati pendidikan sebagai jururawat bukan saja di Jakarta, namun telah dilanjutkannya di Amsterdam, Belanda dan memperoleh ijazah perawat internasional. Oleh karena itulah setelah kembali dan memperoleh pekerjaan di Jakarta, hanya dalam waktu singkat Hafifa dengan nama lengkap sebenarnya Suci Hafifa, telah menduduki jabatan kepala dari seluruh team perawat, termasuk bagian operasi dan juga ICU/CCU meskipun usianya baru 22 tahun dan belum berkeluarga karena kesibukkannya. Telah banyak dokter-dokter muda yang mengincarnya namun belum ada satupun yang dapat merebut hati si perawat cantik ini.
Ibu kandungnya yang tetap tinggal di desa telah menikah lagi beberapa tahun lalu karena suaminya telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Sebagai janda kembang berusia awal empat puluhan dan masih terlihat anggun menarik, tak mudah hidup di desa pedalaman, selalu dijadikan bahan pergunjingan. Hafifa sebenarnya tak begitu senang bahwa ibu kandungnya menikah lagi, apalagi ketika diketahuinya bahwa ayah tirinya adalah Kades Dores yang terkenal "hidung belang" dan sering main gila dengan istri orang lain. Dores telah tiga kali menikah dan semua pernikahannya kandas karena perselingkuhannya.
Terbukti pada saat duduk di pelaminan bersama dengan ibunya, terlihat sering sekali mata Dores mampir ke arah Hafifa anak tirinya seolah ingin menelanjangi tubuhnya, membuat Hafifa resah dan tak betah.
Oleh karena itu pula Hafifa jarang pulang ke desa kelahirannya karena segan bertemu dengan ayah tiri yang mata keranjang itu, justru sang ibu yang lebih sering datang ke kota mengunjungi putrinya dan selalu menanyakan kapan kiranya putri semata wayangnya itu akan menikah dan mempunyai keturunan.
Sebelum keinginan mempunyai cucu dari putrinya tercapai terjadilah musibah tak terduga, desa kecil itu mengalami wabah demam berdarah dan salah satu korbannya adalah ibu kandung Hafifa. Entah karena memang daya tahan tubuhnya kebetulan sedang lemah atau ada faktor lain, maka proses sakit ibu Hafifa itu sangat cepat dan hanya dalam waktu tak ada 2 hari langsung meninggal akibat pendarahan hebat.
Kesedihan Hafifa tak dapat diuraikan dengan kata-kata, namun sebagai seorang yang taat beragama maka Hafifa menerima tabah dengan cobaan yang menimpanya. Semua acara adat dan tradisi desa diikuti oleh Hafifa dengan patuh, semua kebiasaan ritual yang sangat melelahkan dijalankannya pula.
Selama upacara sampai dengan pemakaman selesai, Hafifa selalu memakai cadar tipis berwarna hitam dan demikian pula jilbab dengan warna serupa. Dihadapan semua yang hadir sebelum jenazah ibunya dimakamkan, Hafifa berjanji akan selalu memakai jilbab putih selama satu tahun, juga selama menunaikan tugasnya di RS sekembalinya ke Jakarta sebagai tanda penghormatan dan juga masih berkabung.
SUHU DOMINO
![]() |
6100game |
Sebetulnya Hafifa ingin segera meninggalkan ayah dan kakak lelaki tirinya secepat mungkin, tapi dengan muslihat kata-kata keduanya mengemukakan bahwa apalah pandangan penduduk desa jika putri satu-satunya langsung meninggalkan desa kelahiran sementara tanah pemakaman ibunya masih basah.
Akhirnya Hafifa mengalah dan menelpon RS tempatnya bekerja bahwa ia baru akan kembali bekerja dua hari kemudian, sebuah kesalahan yang tak dapat dibayar atau ditebus kembali dengan apapun.
***
Di sore hari itu hujan turun dengan amat deras disertai suara petir dan guntur silih berganti, karena itu jalanan diluar sepi tak ada tukang jualan. Setelah makan malam bersama ayah dan kakak laki tirinya, Hafifa dengan sopan mengundurkan diri masuk kamar tidurnya dan mulai membenahi pakaian di kopernya. Karena malam minggu maka para pembantu pun diizinkan Dores pulang ke rumah masing-masing.
Dores dan Jali juga berpamitan dengan Hafifa dan mengatakan bahwa mereka masih harus selesaikan berbagai urusan kantor di kelurahan yang juga ada hubungannya dengan persoalan catatan sipil. Tanpa curiga dan bahkan merasa lega, Hafifa melepaskan kedua laki-laki itu dan melihat mereka menghilang di tikungan sudut jalan dengan mengendarai motor masing-masing di tengah arus hujan lebat. Sangat naif sekali Hafifa mengira bahwa keduanya betul-betul pergi, padahal mereka hanya naik motor sekitar tiga menit untuk menyembunyikan motor mereka di belakang ruangan sholat pelataran pom bensin, lalu dengan memutar jalan kaki sedikit telah kembali lagi memasuki kebun belakang rumah.
Hujan yang sangat deras disertai bunyi petir dan guntur memudahkan dan menutup semua bunyi langkah kaki mereka ketika memasuki pekarangan rumah dari belakang. Bahkan bunyi terputarnya kunci pintu belakang sama sekali tak dapat didengar oleh Hafifa yang merasa aman seorang diri di rumah dan sedang bersiap untuk mandi menghilangkan kepenatan tubuhnya. Baju tidur telah digantungnya di kamar mandi, demikian pula celana dalam bersih putih berbentuk segitiga kecil, sedangkan bh-nya yang berukuran 34B serta celana dalam yang dipakainya telah dilepaskan dan terletak di ranjang.
Hanya jilbab hitamnya masih menutup rambutnya yang bergelombang melewati bahu, sedangkan badan yang langsing namun sintal menggairahkan setiap lelaki dibalut dengan kain batik kemben. Sebagaimana pada umumnya wanita pedesaan yang akan mandi di sungai, maka kain kemben itu menutup sampai setengah betis sedangkan bagian atas pas-pasan dilipat di tengah melindungi tonjolan buah dada.
Dengan hanya terlindung balutan kain kemben itu Hafifa keluar dari kamar tidurnya untuk berjalan lima meter memasuki kamar mandi namun merasa aneh bahwa lampu di gang mati padahal dua menit lalu masih menyala ketika ia membawa celana dalam bersih, baju tidur dan handuk ke kamar mandi itu.
Disaat Latifa meraba-raba dinding untuk mencari tombol lampu, tiba-tiba ia merasa tubuhnya disergap dari belakang dan sebelum ia sempat berteriak, mulutnya juga dibekap dan disumbat oleh seseorang. Meskipun sangat kaget, Hafifa langsung berontak sekuat tenaga dan berusaha menendang ke kiri dan ke kanan, namun pukulan tinju keras menghantam ulu hati, membuatnya kehilangan nafas dan menjadi lemas lunglai.
Kesempatan ini segera dipakai oleh salah satu lelaki penyergapnya yaitu Dores untuk menggendong dan membawa Hafifa ke kamar tidurnya sendiri yang memang letaknya paling dekat dengan kamar mandi.
Sementara itu Jali mengencangkan kembali sekring listrik yang tadi sengaja dikendorkan sehingga tak ada aliran listrik, kemudian kembali ke kamar Hafifa untuk membantu ayahnya menikmati mangsa mereka. Lampu yang telah menyala kembali kini memberikan cahaya cukup, menampilkan dengan jelas apa yang sedang terjadi di kamar tidur, Hafifa si cantik direbahkan di tengah ranjangnya sendiri yang cukup besar. Tubuhnya nan ramping namun sintal menggeliat-geliat berusaha melepaskan diri dari tindihan ayah tirinya yang penuh kerakusan sedang melumat bibir Hafifa dengan mulut besarnya yang berbau rokok.
Dores tahu bahwa putri tirinya ini sangat benci terhadap lelaki merokok oleh karena itu ia senang sekali saat ini dapat melumat mulut Hafifa dengan bibir manisnya hingga membuatnya membuka dan menerima uluran lidah penuh ludah berbau rokok miliknya. Terlihat Hafifa berusaha selama mungkin menahan nafas agar tak mencium bau yang sangat tak disenanginya itu, namun akhirnya terpaksa menerima limpahan ludah sang ayah tiri serta lidahnya yang berusaha mengelak kini telah ditekan dan disapu-sapu oleh lidah ayahnya yang kasar itu.
Akibat rontaan Hafifa maka kain batik kemben yang menutup tubuhnya hanya sampai batas atas dada itupun terlepas dan dengan mudah ditarik ke bawah oleh Dores dan Jali, kemudian diloloskan melewati pinggul Hafifa yang bergeser menggeliat ke kanan dan ke kiri dengan tidak teratur sehingga kini tubuhnya polos bugil tanpa tertutup sehelai benangpun, menyebabkan kedua lelaki durjana itu makin bernafsu melihatnya.
Hafifa mulai mengalirkan air mata karena sadar nasib apa yang akan segera menimpanya dan menyesali dirinya sendiri kenapa mau dibujuk untuk menginap lagi dua malam di rumah yang dihuni dua srigala itu.
Dores tak perduli akan tangisan putri tirinya karena nafsu birahi yang selama ini tertahan sudah naik ke ubun-ubunnya, didudukinya perut datar Hafifa hingga gadis itu jadi sukar bernafas dan kembali diciumi berulang-ulang bibir ranum Hafifa, kembali dijarahnya rongga mulut Hafifa yang hangat dengan lidah kasarnya.
![]() |
6100game |
Iya, percuma berontak, pasti cuma akan makin pegel dan sakit badannya. Ikut aja nikmati permainan kita berdua, pasti belon pernah ngalami ginian kan di kota?ujar Jali menyebabkan Hafifa semakin takut.
Sementara itu Jali tak mau kalah dan ikut beraksi, kedua kaki Hafifa yang menendang kesana-sini, ke kiri dan ke kanan, dengan sigap ditangkap dan dicekalnya di pergelangan sehingga Hafifa jadi sukar berontak lagi. Tak hanya sampai disini saja, telapak kaki Latifa yang halus licin dan peka diciumi dan dijilat-jilatnya, membuat Hafifa terkejut dan semakin menggelinjang kegelian. Apalagi ketika satu persatu jari kakinya dikulum oleh Jali, celah jari kakinya juga dijilat-jilat, membuat ronta kegelian Hafifa semakin sukar dikendalikan, dan ini menambah nafsu birahi Dores yang tengah menindih tubuhnya.
Kedua pergelangan tangan Hafifa di ikatnya diatas kepala yang masih tertutup jilbab sehingga tampak ketiak tercukur licin yang menjadi sasaran ciuman dan gigitan Dores sehingga mulai muncul cupangan-cupangan merah disana.
Hafifa yang kini lepas dari ciuman buas ayah tirinya berteriak sekuat tenaga, namun deras hujan angin disertai dentuman petir dan guntur menutup teriakan minta tolong memelas hati itu.
Dores merejang dan menekan kedua pergelangan tangan Hafifa diatas kepalanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya kini mulai meremas-remas bukit gunung kembar di dada putri tirinya yang amat menggemaskan itu. Buah dada putih montok kebanggaan Hafifa yang sampai saat ini belum pernah disentuh lawan jenisnya kini menjadi sasaran Dores, selain diremas dan dipijit dengan kasar, putingnya yang berwarna merah tua kecoklatan itu juga diraba dan diusap-usap, sesekali juga ditarik, dipilin bahkan dipelintir ke berbagai arah oleh Dores, mengakibatkan rasa geli dan sekaligus juga ngilu tak terkira bagi Hafifa.
Hafifa tetap berusaha berontak sambil menangis sesenggukan, wajah cantiknya terlihat semakin ayu manis tetap di bawah jilbab hitamnya, tapi dirasakannya daya tahannya untuk melawan semakin berkurang.
Dores yang telah sering menggarap banyak perempuan entah yang telah bersuami, maupun janda dan bahkan juga perawan di desa sekitar situ merasakan bahwa perlawanan Hafifa mulai menurun.
Hehehe, mulai lemes ya, Nduk? Gitu donk, pinter banget nih anak manis, ntar lagi diajak ngerasain apa itu surga dunia, tapi sekarang belajar dulu gimana ngisep sosis desa alamiah. Nih sosis makin diisep makin jadi gede, ntar malahan bisa keluarin sari jamu awet muda, mau nyoba kan?seringai Dores.
Hafifa tidak langsung mengerti maksud kata-kata Dores, ia merasakan tubuh ayah tirinya yang hampir delapan puluh kilo itu kini tak menduduki perutnya, melainkan bergeser ke atas dan meletakkan kedua lututnya hampir setinggi lipatan ketiaknya, sehingga dalam posisi ini wajah cantik Hafifa langsung berhadapan dengan selangkangan Dores.
Dengan tetap merejang dan menekan kedua pergelangan tangan Hafifa ke kasur dengan satu tangan kiri, Dores kini dengan sigap melepaskan ikat pinggang serta resleting celananya. Sebagai wanita dewasa dan jururawat, Hafifa kini paham apa kemauan Dores dan dengan penuh ketakutan berusaha mati-matian meronta. Tercium bau tak menyenangkan dari celana dalam ayah tirinya yang mungkin hari itu belum diganti yang mana segera diturunkan pula oleh Dores dan bagaikan ular Cobra yang mencari mangsanya, keluarlah rudal kebanggaan Dores.
Kemaluan Dores yang besar panjang berurat-urat serta di-khitan itu kini mengangguk-angguk di depan wajah Hafifa yang berusaha melengos ke samping. Reaksi penolakan semacam ini sudah biasa dialami dan ditunggu Dores. Hehehe, biasa tuh perempuan, selalu malu-malu ngeliat barang lelaki, padahal dalam hati kecil udah pingin ngerasain ya. Tapi sebelumnya bikin si Otong makin binal, ayooh buka tuh bibir lebar-lebar, kulum, isep dan jilat dulu nih sosis alam sampe ngeluarin pejuh obat awet muda.
Hafifa merasa amat jijik melihat penis Dores dan tak mau menyerah begitu saja, namun ayah tirinya sudah berpengalaman bagaimana mengatasi penolakan perempuan dicubitnya puting susu Hafifa yang telah tegak mengeras dengan memakai kukunya sehingga Hafifa menjerit kesakitan atas perlakuan sadis ini.
Kesempatan ini telah dinantikan ayah tirinya, segera alat kelelakiannya yang memang telah bersiap di depan wajah Hafifa ditempelkan ke bibirnya yang tentu saja Hafifa segera menutupnya kembali. Dores memang sadis dan kini jari-jarinya yang sedang mencubit puting susu Hafifa dipindahkan untuk memencet hidung mancung bangir milik putri tirinya sehingga Hafifa kelabakan megap-megap mencari udara, otomatis tanpa dikehendaki mulutnya kembali membuka. Kali ini tanpa ada ampun lagi kejantanan Dores menerobos masuk diantara kedua bibir basah merekah dan memasuki rongga mulut Hafifa yang hangat basah.
Hafifa merasa sangat jijik dan ingin mengeluarkan kemaluan yang sedang memerawani mulutnya itu, namun apalah dayanya sebagai perempuan lemah dikeroyok dua laki laki perkasa, apalagi kini ayah tirinya kembali merejang kedua tangan ke atas kepalanya yang masih tertutup jilbab, sedangkan tangan satunya tetap memencet hidungnya hingga mulutnya tetap terpaksa untuk terbuka untuk mencari nafas.
Dores kini mulai memaju-mundurkan penisnya di mulut Hafifa, setiap gerakan maju selalu lebih dalam daripada sebelumnya, menyebabkan Hafifa tersedak setiap kalinya, ingin batuk tapi tidak bisa.
Hehehe nah, gimana rasanya, Nduk, dirajah dan diperkosa mulutnya, enak kan? Abah enggak bohong kan! Iyaaa mulai pinter nyepongnya, teruuus iyaaa gituuuu kulum nyang bener! Aaaaaahâ pinteer emang putri abah satu ini! Ayo, iseeeep nyang kuaaat jilaaaat iyaaa abah udah mau keluaar nih, ooaaah!!!akhirnya Dores hanya berhasil memasukkan sekitar setengah dari penisnya ke mulut Hafifa.
Ujung kemaluan Dores kini menyentuh, memukul-mukul dinding rahang Hafifa di ujung kerongkongannya, menyebabkan Hafifa berkali-kali tersedak menahan rasa mual ingin muntah. Rasa ingin muntah itu mengalami puncaknya ketika alat kejantanan Dores terasa semakin membesar dan berdenyut-denyut, hingga akhirnya
Aaaaaah iyaaaaaaa nduuuuuk ini abah keluaaaaar pinter banget, Nduuk ayo, jangan ada yang dibuang! Teguk, abisin semuanya, Nduuuk aaaah iyaaaaa! Dores menggeram bagai binatang buas disaat ia dengan penuh nikmat menyemprotkan lahar panasnya ke mulut Hafifa.
Berbeda dengan Dores yang sedang dilanda orgasme, Hafifa merasa sangat terhina dan terpaksa menghirup sperma ayah tiri yang saat itu sangat dibencinya. Cairan kental hangat itu bagai tak henti menyembur dari lubang di puncak kemaluan Dores, memenuhi kerongkongan Hafifa, terasa sepat agak asin dengan bau khas sperma laki-laki. Pertama kali merasakannya membuat perawat cantik berkudung ini tersedak ingin muntah. Namun Dores bukan anak kemarin sore yang baru masuk usia belasan kedua tangannya dengan sangat kuat segera memegangi kepala Hafifa yang berjilbab sehingga Hafifa jadi tak berkutik sama sekali, penis Dores yang memang besar tetap memenuhi rongga mulut mangsanya dengan sempurna sehingga tak ada ruangan bagi Hafifa untuk melepehkan cairan yang dirasakannya sangat menjijikkan itu.
Hafifa hanya dapat mencakar-cakar lemah kaki Dores dengan kukunya yang rapih terawat karena lengan atasnya telah ditindih dan ditekan ke kasur dengan kasar oleh lutut ayah tirinya sehingga tidak banyak dapat digerakkannya untuk melawan. Teguk demi teguk air mani Dores terpaksa harus ditelannya karena jika tidak maka pasti akan masuk memenuhi dan mencekik jalan nafasnya. Hafifa mengharapkan agar nasibnya dijarah kedua lelaki itu telah berakhir disini, namun dugaannya itu sia-sia belaka ini baru babak pertama penderitaannya.
Setelah sang ayah tiri menarik penisnya dari rongga mulutnya, maka kini giliran sang kakak tiri menagih bagiannya dengan tentunya mendapat bantuan dari sang ayah. Dores berlutut di samping kiri badan Hafifa dan tetap mencekal menekan kedua nadi putri tirinya yang langsing diatas kepalanya yang masih tertutup jilbab dengan tangan kanannya ke kasur, sementara tangan kirinya kembali mengusap-usap buah dada korbannya, Dores meremas-remas, memijit-mijit dan menyentil-nyentil puting Hafifa.
Serangan bertubi-tubi ini kembali menunjukkan hasilnya karena bagaimanapun Hafifa berusaha menekan gejolak birahinya, namun tubuhnya yang bahenol penuh dengan hormon kewanitaan kembali mulai mengkhianatinya. Kedua putingnya yang memang selalu mencuat ke atas dirasakannya semakin hangat gatal dan geli menginginkan ada tangan yang meremasnya. Namun karena tangannya sendiri di rejang ke kasur, maka yang dapat dilakukannya secara tanpa disadari adalah melentingkan tubuh bagian atasnya sehingga buah dadanya semakin membusung keatas.
Hehehe, nikmat ya, Nduk? Enggak usah malu-malu deh, enak ya pentilnya dirangsang, ntar lagi abah sama Jali pingin ngerasain susu asli, nih abah bantuin supaya keluar susunya, Dores bersenyum cabul lalu menundukkan kepalanya dan mulai menyusu di bongkahan payudara Hafifa, mulutnya menyedot-nyedot sambil sesekali menggigit puting susu Hafifa yang begitu merangsang.
Aaah, auuw, oooh, udah dong abaah jangan diterusin, enggak mauu jangaaaan, lepasiiin, iieeempppphh, eeehhmmmp, jangaaan! keluh si gadis cantik tanpa daya sambil terus menggeliat-geliat penuh keputus-asaan. Namun itu semua hanya makin memacu nafsu birahi dan kebuasan kedua lelaki pemerkosanya.
Sementara itu, Jali telah menempatkan diri diantara kedua paha Hafifa yang begitu halus mulus dengan kulit putih kuning langsat. Kedua tangannya tak henti-henti mengusap-usap betis belalang Hafifa menyentuh dengan mesra kemudian meneruskan elusannya semakin naik ke arah paha, naik dan terus naik menuju ke arah selangkangan Hafifa. Nafas kedua lelaki jahanam itu semakin berat mendengus-dengus melihat indahnya bukit kemaluan Hafifa bukit intim itu ternyata licin karena selalu dirawat dan dicukur tandas oleh sang empunya.
Wuuiiih, memang lain ya perawat dari kota, memeknya kelimis begini, pasti sering diurut dan mandi spa ya?! Abang pengen nyicipi air celah perawan, pasti manis madunya, betul enggak, Neng?goda Jali.
Tanpa menunggu jawaban, Jali merebahkan diri diantara kedua paha Hafifa dan mendekatkan wajahnya ke arah selangkangan yang begitu merangsang nafsu setiap lelaki yang melihat itu. Jali menelungkupkan diri di antara kedua paha mulus yang dipaksa untuk dibuka lebar, betapapun Hafifa berusaha mengatupkannya, namun tenaganya kalah dengan kedua lengan Jali yang sangat berotot.
Emmmhhhh emang bener, harum banget nih memek, pake sabun apa sih, Neng? Atau selalu diolesin minyak wangi ya? tanya Jali sambil mulai mengecup dan menciumi bukit kemaluan Hafifa. Lidahnya yang kasar tak kalah dengan sang bapak mulai menjelajahi bukit gundul kemaluan Hafifa, Jali menjilat dan membasahinya dengan ludahnya, telaten ia menelusuri celahnya yang masih rapat karena belum pernah diterobos siapapun. Bibir kemaluan luar pelindung celah kewanitaan Hafifa mulai dibuka oleh jari-jari Jali disertai dengan jilatan naik turun, sesekali berputar, merintis jalan memasuki bagian dalam yang berwarna kuning kemerahan.
Jangaaan, udaaaaah, sialaaaan, anjiing semuanya, enggak malu dua lelaki main keroyokan dengan perempuan!! Oooooh, udaaaah, stoooop, jangan diterusin, aaaaaah Hafifa semakin menggeliat geli dan menahan gejolak naluri kewanitaannya yang semakin lemah menginginkan penyerahan total.
Baguuus amat nih memek, haruuuum, enggak ada bau pesing sedikitpun, enggak seperti punya lonte desa, rejeki banget bisa ngerasain yang kaya begini, Jali menjilat semakin ganas sambil menceracau tak karuan. Gerakan paha mulus Hafifa yang mengatup membuka tak teratur tak dipedulikannya karena penjelajahannya kini semakin dalam sampai lidahnya menemukan tonjolan daging kecil berwarna merah jambu yang tersembunyi diantara lipatan bibir kemaluan Hafifa bagian dalam.
Ini dia yang gue cari dari tadi, horeeee akhirnya ketemu juga butir jagung paling lezat eeeemh, cuppp, cupppp, legitnya nih daging si neng rupanya enggak disunat ya, jadi ngumpet tuh butir jagung. Tapi udah ketemu nih, jadi perlu diberikan pelayanan extra ya, Neng.demikian sindir Jali yang kemudian tak berkata-kata lagi karena asyik menjilati kelentit Hafifa yang semakin terlihat menonjol keluar.
![]() |
SUHU DOMINO |
Aaaaaah, lepaaaaas, lepaaaaaskan, jangaaaan, enggaaaak mauuuuu, oooooooohh, emmmppfhhhh, suara teriakan putus asa Hafifa menggema di malam yang dingin itu, namun tetap dikalahkan oleh bisingnya suara hujan menimpa atap rumah, ditambah pula semakin seringnya gema petir dan guntur yang menggelegar menakutkan.
Dores yang kembali tak sanggup menahan syahwatnya melihat tubuh Hafifa yang telanjang bulat putih mulus meronta-ronta tak berdaya berusaha melawan rangsangan kakak tirinya yang dengan asyik melumat dan menggigit-gigit kelentitnya yang semakin lama semakin memerah, kembali mendekap dan menciumi mulut putri tirinya itu sehingga teriakan Hafifa segera teredam.
Sementara itu Jali terus meningkatkan rangsangannya terhadap klitoris Hafifa dijepitnya daging mungil amat peka itu diantara bibirnya yang tebal dan dower, kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu dan semangat sambil sesekali digosok-gosoknya kelentit yang semakin membengkak itu dengan kumis baplangnya dan juga janggutnya. Terutama janggutnya yang hanya tumbuh beberapa milimeter, bagaikan sapu ijuk kaku sehingga sentuhannya dirasakan oleh Hafifa ibarat klitorisnya sedang digosok dengan sikat itu tak dapat ditahan lagi oleh pusat susunan syaraf Hafifa yang kini sedang dipenuhi oleh hormon birahi kewanitaannya.
Jutaan bintang kini meledak dihadapan matanya mengiringi gelombang orgasme bagaikan angin taufan menghempas tubuhnya yang melambung ke atas, Hafifa mengejang beberapa menit ibarat terkena aliran listrik tegangan tinggi, jeritan yang seharusnya melengking, tertahan oleh mulut dan lidah Dores, hingga akhirnya badan Hafifa melemas dan terhempas kembali ke atas ranjang, menggelepar bagaikan orang sekarat.
Inilah saat yang telah dinantikan oleh kedua lelaki itu sampai taraf ini mereka akan meruntuhkan pertahanan Hafifa, dari perempuan alim berjilbab yang belum pernah disentuh lelaki menjadi wanita binal mendambakan kehangatan tubuh lelaki.
Sesudah itu mereka akan bergantian dan juga menikmati tubuh Hafifa namun dengan cara lebih mesra dan hanya dimana perlu akan sedikit saja dikasari secara halus. Mereka telah telah merencanakan siapa lebih dahulu menikmati lubang yang mana, bahkan mereka sebelumnya telah melakukan undian. Dalam undian itu Dores akan pertama merajah mulut atas Hafifa dan memaksa menikmati air maninya, sedangkan Jali mengoral mulut bawah sehingga gadis malang itu mengalami orgasme pertamanya.
Setelah itu mereka akan bergantian tempat Jali memaksa Hafifa mengoralnya dan menikmati lagi pejuh lelaki kedua dalam hidupnya sementara Dores akan merebut kegadisan putri tiri yang memang sudah diidamkannya sejak lama.
Dan babak terakhir mereka berdua akan threesome mengajarkan Hatifa untuk di sandwich, Dores tetap berada di bawah dan menikmati kehangatan celah kewanitaan yang baru direnggutnya, sedangkan Jali akan merenggut keperawanan Hafifa yang kedua dengan menembus lubang bulat kecil di belahan pantatnya.
Dalam pelaksanaan maksud jahat mereka itu, keduanya telah sepakat bahwa Hafifa akan mereka telanjangi terkecuali jilbab di kepalanya, ini akan memberikan lebih rasa kebanggaan dan ego yang tersendiri, mereka berhasil menjarah seorang gadis alim dan taat tata susila, merebut keperawanannya dan diakhir pergulatan mereka akhirnya si gadis menjadi wanita dewasa yang ke arah dunia luar tetap terlihat alim berjilbab namun di dalam tubuhnya telah terbangun nafsu birahi bergejolak, membuatnya menjadi wanita binal.
Kedua lelaki ayah dan anak itu saling berpandangan penuh kepuasan melihat korban mereka tergelimpang lemah lunglai dilanda kenikmatan. Untuk beberapa saat bahkan keduanya tak perlu memegang, merejang atau bahkan menindih tubuh Hafifa, karena si gadis yang telah mandi keringat akibat orgasme pertamanya itu sedang menderita kelemasan. Tubuh Hafifa yang sedemikian sintal dan bahenol hanya kejang-kejang lemah tanpa busana disertai sesenggukan tangisnya saat itu tak sadar harus melindungi auratnya yang sedang dijadikan kepuasan mata para pemerkosanya.
Kini Jali dan Dores menukar posisi mereka untuk memulai babak kedua aksi mereka, Jali dalam posisi rebah setengah menyamping di sisi kiri Hafifa, memegangi kedua tangan Hafifa di atas kepala yang masih terhias jilbab satin hitam. Tangan kiri Jali kini mendapat kesempatan untuk ekspedisi naik turun gunung daging putih yang disana sini agak merah akibat jamahan kasar Dores tadi. Sesuai dengan rencana maka Jali kini mempermainkan buah dada mangsanya dengan lebih halus daripada ayahnya.
Jali meraba dan membelai payudara berkulit halus itu dengan penuh kemesraan, ibarat seorang ahli benda purbakala sedang menilai cawan porselen dynasti Ming yang sangat langka, mengusap-usap dengan sangat hati-hati. Jari-jari tangan Jali menaiki lerengnya yang terjal dan dengan lembut menuju ke arah puncaknya yang berwarna merah kecoklatan, ia menyentuhnya sedemikian perlahan dan halus seolah ingin menambah kemancungan dan ketinggiannya. Dan memang Hafifa mulai mendesah mengeluh perlahan dengan mata masih setengah tertutup karena merasakan buah dadanya mengalami godaan yang sangat berbeda dengan kekasaran yang dialaminya tadi oleh Dores.
Wah, ini tetek emang betul yahud, legit dan kenyal banget. Bisa dijadikan guling nih, sambil nyusu anget, pasti lebih sehat dari susu kaleng. Enggak tahan lagi nih, mau netek dulu ah, boleh ya? celoteh Jali sambil meremas kedua buah dada dan bergantian menyedot menggigit kedua puting merah mencuat milik Hafifa, menyebabkan Hafifa semakin menggelinjang meronta tapi semua sia sia saja.
Sementara itu Dores telah menempatkan diri diantara paha Hafifa mulutnya dengan bibir tebal berkilat karena berulang kali dibasahi oleh lidahnya sendiri ibarat ular python telah menemukan mangsa.
Hafifa masih di dalam keadaan setengah sadar akibat orgasme menyadari apa yang akan segera dialaminya, ia berusaha lagi memberontak sekuat tenaga tapi tetap tak berdaya menghadapi kedua lawan yang demikian kuat dan sedang dipenuhi oleh hawa nafsu dan bisikan iblis.
Dores kini berusaha menekan nafsu iblisnya dan bertindak seolah seorang suami di malam pengantin akan merenggut mahkota kegadisan istrinya. Diciuminya secara bergantian telapak kaki Hafifa, jari-jari kakinya, betis langsing halus mulus, paha licin putih, naik melusur ke atas ke arah selangkangan Hafifa yang tercukur rapi.
Kini Hafifa mulai merasakan malu sehingga tak terasa pipinya yang basah oleh airmata merona merah, malu karena tubuhnya tanpa dikehendaki dan diluar kemauannya sendiri mulai merasakan pengaruh rangsangan dari ayah dan saudara tirinya. Selangkangan Hafifa yang masih terasa pegal kaku karena tadi dipaksa membuka oleh Jali, kini kembali dipaksa menguak. Kedua pahanya yang sekuat tenaga ingin dirapatkan, telah dipaksa lagi dikangkang sehingga terasa ngilu. Kedua lutut Hafifa menekuk dan diletakkan di bahu kiri kanan Dores sementara mulutnya semakin mendekati mengendus-endus lipatan paha Hafifa sampai akhirnya menempel di bukit Venus putri tirinya itu.
Duuuuh, sialaaan! Ini memek emang buatan alam kelas satu, enggak pernah ngeliat bukit gundul licin kayak gini. Pinter banget ngerawatnya, hmmh kalo mau tetep tinggal disini, ntar abah cukurin tiap hari, terus langsung dijilatin. Mau ya, Nduk? Mmmmmh, udah keluar madu lagi, duuuh manisnya, Nduk! Dores berceloteh sendiri sambil mulai menjilati kemaluan Hafifa. Lidahnya yang kasar menyapu dan menyelinap diantara celah bibir kewanitaan Hafifa, menjilati dinding yang telah licin akibat madu pelumas disaat orgasme beberapa menit lalu, ditelusurinya bibir bagian dalam vagina kemerah-merahan itu, menuju lipatan atas dan akhirnya menemukan apa yang dicarinya.
Kembali Hafifa diterpa rasa kegelian yang tak terkira, klitorisnya yang beberapa saat lalu menjadi sasaran lidah Jali sehingga memaksanya naik ke puncak orgasme, kini dilanjutkan dan diulang kembali. Ibarat seorang yang baru dipaksa mendaki, akhirnya mencapai puncak gunung, tapi tak diberikan waktu istirahat untuk menuruni tebing ke bawah kini mulai lagi diseret dan dipaksa sekali lagi mendaki ke arah puncak. Hafifa tak rela diperlakukan seperti ini, dikutuknya kelakuan kedua lelaki yang sedang menjarahnya itu, namun apalah daya seorang wanita dalam keadaan seperti ini.
Hafifa berusaha menekan semua perasaan nikmat yang semakin menguasai tubuhnya, badannya yang sejak tadi meliuk meronta, kini dibiarkannya lemas lunglai, ia berharap bahwa dengan memperlihatkan reaksi dingin itu kedua pemerkosanya akan bosan dan menghentikan kegiatan mereka. Sayang sekali lawan yang dihadapinya terutama Dores bukan lelaki sembarang dan ingusan, ia telah mempunyai pengalaman cukup banyak dan tahu bagaimana memaksa bangun gairah seorang wanita yang sedang dikuasainya.
Bibir Dores yang tebal kini mengecup dan melekat di kelentit idamannya, tak dilepaskannya sasaran utamanya itu, dicakupnya daging kecil berwarna merah jambu milik Hafifa diantara bibirnya, dipilinnya ke kiri dan ke kanan, ditekan dan dijepitnya dengan gemas diantara bibirnya, dilepaskannya sebentar dan digantinya dengan sapuan lidah ampuhnya, demikian terus menerus dan berulang-ulang.
Diserang dengan cara sangat ampuh seperti ini, Hafifa akhirnya harus mengakui kekalahannya, rambutnya yang hitam bergelombang menjadi kebanggaannya telah acak-acakan tergerai, hanya jilbab penutupnya yang masih belum terlepas, disertai rintihan putus asa, tubuh sintal bahenolnya kembali kejang di orgasme keduanya.
Toloooong, lepaaaaas, janggaaaan diterusiiiiiin, aaaauuuuuwww, aaaiiiihh, enggggggak maaauuu, tolooong, oooouuuuuuuw, eeemmmppffffhhkembali Hafifa melenguh menjerit putus asa berusaha menembus bisingnya deraian hujan menimpa atap rumah, dan kembali mulutnya tertutup oleh bibir Jali yang berusaha sejauh mungkin mencium mulut adik tirinya dengan penuh kemesraan.
Dores merasa puas melihat hasil rangsangannya, ia tahu bahwa di saat ini Hafifa sedang dilanda badai orgasme lagi dan saat ini adalah saat yang terbaik untuk menembus celah vaginanya. Tak ada rasa yang lebih nikmat bagi Dores ketika menembus keperawanan seorang gadis pada saat otot-otot dinding vaginanya berdenyut berkontraksi karena orgasme. Saat itu adalah saat paling membahagiakan bagi pria berpengalaman, merasakan penisnya menembus liang kewanitaan wanita yang seolah dipijit diurut-urut oleh dinding nan licin basah namun masih sangat sempit dan penuh kehangatan. Semuanya itu disertai dengan wajah si wanita yang seolah-olah tak percaya dengan apa yang terjadi, nikmat tapi sakit, sakit tapi nikmat.
Dores kini telah berhasil menempatkan kepala penisnya yang keras, tegang berwarna hitam, dihiasi oleh pembuluh darah yang melingkar-lingkar menghiasi sepanjang batangnya. Kepala penisnya yang gundul bagaikan topi baja serdadu terlihat sangat gagah dengan lobang di tengah agak membuka seperti mulut ikan, mulai memasuki vagina putri tirinya. Sedikit demi sedikit, sang penis maju menusuk membelah celah yang belum pernah dijarah oleh lelaki manapun itu disertai rasa kepuasan Dores namun penderitaan bagi Hafifa yang menangis tersedu-sedu, menjerit, merintih memilukan hati mengiringi kehilangan miliknya yang selama ini sangat dijaga dan diharapkannya akan diberikan kepada suami tercintanya kelak.
Habislah harapan muluk Hafifa untuk memasuki malam perkawinan dengan kesucian yang utuh, punah sudah impiannya untuk meneteskan air mata kebahagiaan di dalam pelukan kekasih dan suaminya ketika dengan penuh kerelaan ia mempersembahkan mahkota kegadisannya.
Sesuai dengan rencana maka saat ini Dores tak memperlakukan Hafifa dengan kasar, ia tidak menusuk secara brutal membabi buta ke dalam vagina sang putri, melainkan agak diputar-putarnya gerakan maju mundur sang penis.
Nikmaaat tenaaaan, Nduk begeuuuuur teuuuiiiing no bahenoool, abaaah dikasiiiih hadiaaaah begini enaaak, ntar abah ajariiiin yang lebiiiiih mantaaaab lagi. Ayooooh goyaaaangin tuh pinggul, jangan dieeem aja. Abaaah cobaa masuuuk dalemaaaaan lagi, Neng jangan berontaaak ya, ntaar sakit, terima pasraaah aja!! dengus Dores sambil dengan yakin memaju-mundurkan pinggulnya, ibarat pompa air berusaha mencari sumber di tempat yang semakin dalam. Sesekali disodoknya ke arah atas, kiri, kanan, bawah, lalu diulangnya lagi dari awal.
Gerakan ini menyebabkan dinding tempik Hafifa yang sedang mengalami penjarahan pertama seolah diaduk, diulek dan digesek dengan penuh kemesraan.
Sementara Jali tetap memegangi kedua nadi Hafifa sambil mulutnya tak kunjung berhenti menyusu di puting kiri kanan Hafifa yang tetap mengeras bagaikan batu kerikil. Kedua lelaki itu penuh kepuasan mengamati wajah Hafifa yang telah mendongak ke atas namun tetap menggeleng ke kiri dan ke kanan. Wajah cantik Hafifa semakin terlihat kuyu dan lemas, hidung bangirnya kembang kempis mendengus dan bernafas semakin cepat, sementara bibirnya yang mengkilat basah setengah terbuka.
Auuummph, aaaaaoooohh, eeemmmpppph, eeeeeengghhh, aaaaaauuuww, ssssshhhhhh, udaaaah doong, aaaahhhh, udaaaaah, saaakiiiiiiit, ngiluuuuuu, ouuuuhhh, eeemmpphh, iiyyyaaaa, auuuuw, iyaaaaa, tak sadar lagi Hafifa mengeluarkan suara khas wanita yang sedang dilanda kenikmatan birahi.
Dores dan Jali yang rupanya telah beberapa kali mengerjai wanita secara bersama, kembali saling berpandangan dan yakin bahwa pertahanan Hafifa telah hancur luluh dan kini tinggal dilanjutkan permainan seksual ini untuk mengubah Hafifa dari gadis alim menjadi wanita dewasa yang bukan saja hilang rasa malunya bersenggama, namun sebaliknya bahkan tak segan segan menagih jatah untuk selalu dipuaskan.
Merasakan bahwa Hafifa telah tak sanggup melawan, maka mereka berdua mengganti lagi posisi badan mereka, Jali kini setengah terlentang dengan penis telah berdiri mengacung ke udara, Hafifa diangkat oleh Dores dan diatur berlutut sambil menungging untuk memanjakan penis Jali, sedangkan dari belakang sang ayah tiri kembali mendorong dan memasukkan penisnya ke vagina Hafifa.
Meskipun telah demikian licin basah, namun karena baru saja diperawani maka tetap terasa perih sakit disaat penis ayah tirinya mulai masuk sehingga Hafifa tak sadar memekik dan melepaskan penis Jali yang sedang dikulumnya sambil menggoyang pinggul seolah ingin melepaskan diri dari penetrasi Dores.
Namun Dores telah memegangi pinggang Hafifa yang ramping sehingga pinggulnya tak dapat digeser ke samping, sementara Jali juga dengan mantab menjambak jilbab dan menekan kembali kepala Hafifa untuk melakukan service ke rudalnya yang berukuran tak kalah dengan milik ayah tirinya.
Ketika Dores semakin dalam mendorong penisnya maka Hafifa kembali merasa perih ngilu kesakitan, mungkin karena bagian selaput daranya yang beberapa menit lalu sobek kembali terbuka lukanya.
Hafifa berusaha mencakar paha sang pemerkosa dibelakang pinggulnya dengan kuku-kuku kedua tangannya, namun Dores sudah siap dan terbiasa dengan reaksi perlawanan wanita dalam posisi seperti ini. Kedua tangan Hafifa yang menggapai ingin menyakar itu lekas ditangkap, dicekal pergelangan nadinya dan lalu ditelikung ke belakang.
Dalam kedua tangannya berada dipunggung dan ditelikung maka Hafifa tak dapat menunjang lagi badan bagian atasnya, namun ini justru memudahkan Jali yang sedang disepong untuk menjambak jilbab dan rambut Hafifa, lalu dengan ritmis diturun-naikkan dengan irama yang sangat memuaskan otong nya.
Dengan satu tangan Dores tetap menelikung nadi mangsanya sehingga Hafifa tak dapat mencakar, sementara tangannya yang lain meremas-remas buah dada Hafifa yang menggantung indah dan memilin serta memijit-mijit putingnya.
Begitu seterus nya sampai apa yang mereka rencakan berjalan sesuai dengan rencana awal, yaitu membuat Hafifa menjadi seorang gadis berjilbab yang binal dan haus akan kepuasan seks.
Tamat.
BACA JUGA !!!
6100game
![]() |
SUHU DOMINO |
numpang share sebentar yah kak :D :D :D :D :D
ReplyDeleteTentang Game Online
6100 GAMES
SUHU DOMINO
APLIKASI BARU
ReplyDeleteGAME ONLINE
GAME FAVORITE
GAME KEKINIAN
APLIKASI KEKINIAN
SUHU DOMINO
Ceritanya seru kakak !!!
ReplyDeleteNah bagi kalian yang mau menambah PENGETAHUAN dan INFORMASI yang menarik
Silahkan kunjungi blog INFO UNIK
Ada juga game online terbaru yang seru
di SUHU DOMINO
Terima kasih !!!