Ibu dan Ajudan Papaku

Posted by SP on

SUHU DOMINO

6100game - Di hari Minggu pagi yang cerah. Aku sarapan berdua saja dengan Mama di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu kami lakukan bertiga bersama dengan papa. Karena di hari-hari lain, tidak pernah ada kesempatan untuk kami dapat sarapan bersama, apalagi makan siang atau bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tua ku, menyebabkan kami hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.

Papa seorang direktur jenderal di salah satu departemen pemerintah dan selalu padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan mama yang aktivis kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak lainnya. Akhirnya Aku, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.

Pagi itu, papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan kunjungan ke daerah. Katanya sih mau meninjau pelaksanaan otonomi daerah di beberapa provinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala aku merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun aku sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi membuat ku lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsu birahi ku di rumah. Aku bisa melakukannya dengan Susan, pacar ku, atau terkadang dengan Tomas, teman sekaligus orang yang sering mengajari ku menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame dengan teman-teman ku dari Tim Basket SMU Lima Warna.

SUHU DOMINO

6100game

“Hari ini mama pergi lagi ma?” tanya ku berbasa-basi pada mama. Aku tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mama pasti ngeluyur dari rumah dan baru pulang hampir tengah malam.
“Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang ada bencana. Jadi Mama makin sibuk mengurusi pengiriman bantuan makanan untuk saudara-saudara kita disana sayang,” jawab Mama dengan senyum penuh kebaikkan.
“Harus itu ma, aku juga mau pergi nih abis sarapan,” kata ku.
“Belajar bersama Tomas lagi?” tanya mama, sambil memasukkan sepotong roti bakar ke dalam mulut nya.
Di usia yang hampir empat puluh tahun, mama ku masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya padat seperti berusia dua puluhan saja. Gimana enggak, mama kan rajin olahraga dan makan suplemen plus minum jamu untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.
“Enggak mah, maen basket sama anak-anak,”
“Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar bareng Tomas, malah maen basket?”
“Ini juga main basketnya bareng Tomas kok mah,”
“Hmm,”
“Iya, kata Tomas sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan memang harus dijaga ma,”
“Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang terpenting kamu belajarnya yang rajin ya sayang, supaya lulus dengan nilai yang bagus di ujian akhir nanti. Kalau hasil nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Penerbangan kan bisa gagal sayang”
“Beres mah, Yang penting mama doain aku selalu ya,”
“Pasti sayang,” jawab mama dengan senyum sayang.
Aku melahap potongan roti bakar ku yang terakhir. Kemudian berpamitan pada mama,
“Aku pergi duluan ya mah, mama kapan berangkatnya?” tanya ku sambil mencium pipi mama.
“Setelah mama beres-beres dulu sayang,”
“Pergi sama Mas Dika, ma?”
“Iya dong sayang, abis sama siapa lagi. Kan supir mama cuman dia satu-satunya,”
“Oke deh mah, aku berangkat kalau gitu,” kata ku.
“Hati-hati ya sayang,”

Aku menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motor ku. Aku bertemu dengan Mas Dika di sana, supir Mama itu sedang asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik mama.
“Selamat pagi Mas Boss,” sapa Mas Dika ramah pada ku sambil tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
“Pagi Mas Dika, masih nyuci mobil mas? mama sudah mau berangkat tuh,”
“Waduh, mas harus buru-buru kalau gitu,” jawabnya.
Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan mama itu dengan kain yang masih kering. Aku memandangi cowok itu dengan serius, gimana enggak serius, Mas Dika ini orangnya ganteng, tubuhnya pun gagah dengan kulitnya yang putih bersih. Saat ini ia hanya memakai celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada, bahu, lengan dan perutnya yang berotot. Bukit dadanya yang datar tampak dihiasi bulu-bulu halus nan lebat. Dengan cueknya di depan ku, Mas Dika mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata ku.

Rencana ku untuk segera meluncur menuju rumah Tomas akhirnya tertunda, aku merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati pemandangan bagus di depan mata ku ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah dipakai ku letakkan di lantai, aku mendekati Mas Dika, pura-pura mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.
“Mas, bagian atas ini masih basah nih,” komentar ku, aku tak mau menimbulkan kecurigaan Mas Dika.
Mas Dika ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papa ku yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 25 tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Didi ajudan papa ku yang satu lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua mulai bertugas sejak papa diangkat menjadi Dirjen.

Kedua ajudan ini sama-sama macho. Maklum lah di dalam pendidikan mereka dulu dididik secara semi militer. Kebetulan keduanya memang memiliki paras yang ganteng dan tubuh jangkung menjulang. Mungkin bedanya hanya 5 cm dari tinggi ku sekarang, 179 cm. Saat papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepada ku, aku blingsatan. Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam ajudan. Aku dapat melihat dengan jelas otot-otot padat nan terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka membuat Kontol ku ngaceng berat. Akhirnya untuk menuntaskan birahi ku yang memuncak, aku melakukan onani di kamar ku, aku belum berani untuk ngajak mereka berhubungan seks. Aku selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapan ku itu belum pernah kesampaian. Berdiri dekat-dekat Mas Dika membuat birahi ku semakin meningkat. Batang Kontolku sudah berdenyut-denyut, aku tak mau ngecrit sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Dika. Segera aku meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikiran ku kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Tomas. Disana aku bisa menuntaskan hasrat ku pada teman ku itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Tomas, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Dika sang ajudan ganteng, menari-nari di benak ku. Apalagi ketika tadi Mas Dika asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler. Aku hampir tiba di rumah Tomas, tiba-tiba aku menyadari ransel olah raga ku tertinggal. Gara-gara mengamati sang ajudan aku terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera aku memutar laju sepeda motor ku kembali ke rumah ku. Gimana aku mau main basket kalau pakaian basket tak dibawa. Tak sampai lima belas menit, aku sudah kembali ke rumah. Ku lihat mobil sedan mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.
“Dasar mama, beres-beres aja lama banget,” pikirku.
Ku cari ranselku di garasi, namun tak ku temukan disana. Kemana ya? aku segera menuju dapur mencari Mbak Tin, pembantu rumah ku. Barangkali pembantu ku itu menyimpan tas ku.
“Eh, Mas Boss. enggak jadi perginya Mas?” tanya Mbak Tin.
“Tadi sudah pergi, tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?”
“Enggak ada Mas, memangnya tadi Mas tinggalin dimana?”
“Di garasi, waktu Mas Dika nyuci mobil tadi,”
“Mungkin dibawa sama Mas Dika kalau gitu,”
“Mas Dika kemana Mbak?”
“Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi sama ibu,”
Aku segera menuju kamar tidur Mas Dika, tapi tak ada orang disana. Aku hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dika dan Mas Didi. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong, aku kembali ke dapur menemui Mbak Tin.
“Enggak ada Mbak, kemana ya?”
“Coba liat di ruang kerja Bapak Mas, tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas Dika ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih di sana ya? Coba liat dulu Mas,”
Aku segera menuju ruang kerja papa yang terletak disamping kamar tidur kedua orang tua ku itu. Sesampainya disana ku lihat pintu kamar kerja papa tertutup. Aku memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Aku segera menuju kamar kedua orang tua ku, barangkali mama masih di kamar itu beres-beres. Aku bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dika pada Mama. Ku buka pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Aku segera memasuki kamar besar itu, mama tidak terlihat duduk di meja riasnya. Mata ku menelusuri seluruh isi kamar. Kosong, pintu kamar mandi Mama terbuka, tak ada orang disana.

Mata ku kemudian tertuju pada pintu penghubung antara ruang kerja papa dengan kamar tidur kedua orang tua ku. Pintu itu ku lihat terbuka sedikit, aku mendekati pintu itu barangkali Mama ada disana. Ketika langkah ku semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinga ku tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papa. Aku menghentikan langkah ku, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung ku berdegup dengan keras, perasaan ku mulai tidak enak. Suara yang ku dengar itu adalah suara-suara erangan dan desahan tertahan dari laki-laki dan perempuan.

Aku semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Aku longokkan kepala ku sedikit ke celah pintu yang terbuka itu, serta merta mata ku melotot melihat pemandangan di ruang kerja papa. Di atas meja kerja papa, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain adalah Mama dan Mas Dika! Kaki ku terasa lemas, jantung ku seperti mau copot. Dari tempat ku berdiri saat ini aku dapat melihat mama sedang ditindih oleh Mas Dika. Mama ku telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan di atasnya Mas Dika melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir mama dengan buas. Meskipun aku tak bisa melihat batang kontol Mas Dika, karena terhalang oleh paha nya mama, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mama tanpa ampun. Baik Mama maupun Mas Dika sama-sama mengerang-erang keenakan.

Aku tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini, aku tak pernah menyangka mama akan melakukan zinah dengan ajudan papa ku sendiri. Mama yang selama ini ku kenal sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri! Aku tidak tahu harus melakukan apa, aku sangat marah. Muka ku merah, tangan ku mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Aku menarik kepala ku dari celah kamar, dengan kesal ku hempaskan tubuh ku ke atas tempat tidur orang tua ku. Dari ruang kerja papa terdengar racauan-racauan mesum dari mulut mama dan sang ajudan.

6100game

“Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,” racau mama.
“Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,”
“Konthollsshh.. Kamuhh.... Ouhh..,”
“Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,”
“Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dikaaahhh..,”
“Hihh.. Memekhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,”
“Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Dikaahh..??”
“Yahh.. Iyahh.. Buhh..,”
Meskipun sangat marah, racauan yang terdengar itu sungguh-sungguh sangat merangsang, birahi ku mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, aku kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Aku kembali mengintip persenggamaan mesum mama dan Mas Dika. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya aku tak mampu menahan kontol ku yang mulai mengeras. Tangan ku kemudian menyusup ke balik celana ku, meremas-remas batang kontolku sendiri.
“Enakhh.. Manaah.. Samahhh.. Ahh.. Memeekkk.. Bu.. Menteriii.. iiihh..,” tanya mama lagi.
“Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,”
“Mmmasakhh sihh.. Dikaahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,”
“Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,”
Aku kaget mendengar racauan itu. Tak ku sangka ternyata Mas Dika ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.
“Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Heniihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?”
“Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,”
“Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,”
“Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,”
“Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,”
“Besar manahh buhh.. Sama Kontolhhsshh.. Didiiihh.. Ohh..,”
“Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,”
Mas Didiii??!! Aku benar-benar tak menyangka. Ternyata mama juga pernah ngerasain batang kontol mas Didi ajudan papa yang satu lagi.
Beberapa saat kemudian mama dan Mas Dika berganti posisi, mas Dika tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah, mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Dika. Saat Mas Dika mengatur posisi, aku sempat melihat barang perkasa Mas Dika dengan jelas. Benar-benar besar dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang hitam dan lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter lebih. Pantes aja mama keenakan banget.

Aku membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dika itu membetot lobang pantatku, pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Fadli, teman basket ku yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak ku. Aku ingin ngerjain Mama dan sang ajudan, ku keluarkan ponsel yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celana. Sambil terus meremas-remas kontol ku sendiri, aku merekam persenggamaan mesum mama dan Mas Dika itu. Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dika membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras,
“Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,”
Kamar kerja papa ku diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mama dan Mas Dika.
“Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lagihh lebihh.. Dalammm,” erangan Mas Dika kedua tangannya pun sambil meremas payudara mama.

“Hihh.. Beginihh.. Hihh..,”
“Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,”
“Hihh.. Beginihh.. Ohh..,”
“Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,”
Tiba-tiba tubuh Mas Dika yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh membungkuk, kepalanya di sandarkan ke payudara mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan hebat yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dika mengisap pentil payudara mama yang kemerahan.
“Ohh.. Dikaahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..,” Mama meracau semakin menggila.
Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut mama yang sebahu pun basah oleh keringat yang bercucuran. Mama ku benar-benar keenakan. Kedua tangan mama memeluk punggung kekar Mas Dika dengan kuat. Tak sampai 3 menit dalam posisi itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dika. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.
“Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,” erangnya.
Mas Dika terus menyelomoti payudara mama. Semenit kemudian kepala mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dika. Ia lemas karena orgasme.
“Saya lanjutinnn yah bukkhh..,” kata Mas Dika minta ijin. Soalnya orgasmenya belum datang.
“Silakan Dikaahh.. Ohh..,” suara mama terdengar lemas.

Mas Dika kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan Kontolnya dari lobang vagina mama, mas Dika membopong tubuh mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi mama. Aku bisa melihat tubuh mama yang lemas itu di entot Mas Dika dengan penuh keperkasaan.
“Sakit buhh.. Ahh..?”
“Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar.. Kamuhh lanjuttt terusshh ajahh.. Ahh..”
Tak sampai lima menit mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dika. Rupanya mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba mama membalikkan posisi, untuk kemudian menindih badan sang ajudan ganteng yang bercucuran keringat. Dengan penuh semangat mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang Kontol Mas Dika dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,
“Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,”
“Ohh.. Ibukkhh.. Ahh.. Buasss.. Banget.. Ohh..,” racau Mas Dika.
“Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,”
Begitulah. Permainan cabul antara Mama dan Mas Dika yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 6-2 untuk kemenangan Mas Dika. Maksudnya, mama ngecrit enam kali, sedangkan Mas Dika ngecrit dua kali saja di dalam vagina mama. Aku sendiri ngecrit dua kali. Sperma kental ku melumuri daun pintu kamar penghubung. Aku sangat terangsang menyaksikan live show Mama dan Mas Dika. Aku tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu.

Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan aku meninggalkan kamar orang tua ku. Sperma ku yang menempel di daun pintu kamar ku bersihkan terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, aku masih sempat melirik Mama dan Mas Dika yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.
Aku segera melaju kembali dengan sepeda motor menuju rumah Tomas. Sepanjang perjalanan aku menyusun rencana untuk mengerjai Mama dan Mas Dika nanti. Aku tersenyum-senyum cabul membayangkan rencana ku itu

Setiba di rumah Tomas, teman sekolah ku itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Tomas menggenakan t-shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan ku.
“Kok telat?” tanyanya.
“Sorry Tom. Ada urusan sama Mama tadi,” jawab ku nyengir, “Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,”
Tomas mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh ku. Tangannya diletakkannya di paha ku. Kemudian kami melaju menuju sekolah kami.
“Kok enggak bawa baju olah raga Tom?” tanya ku di tengah perjalanan.
“Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga kan cuma mau liat permainan nya doang,” jawabnya.
“Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya ku menggoda.
“Dua-duanya. Hehehe,”
“Tom, ini perasaan gue aja atau emang benar sih?”
“Maksud lo?”
“Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di pantat gue,”
“Enak aja!”
Aku tertawa ngakak, sementara Tomas tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin aku dari tadi, dia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.

E N D


BACA JUGA !!!

6100game

SUHU DOMINO

Previous
« Prev Post

1 comment:

  1. Ceritanya seru kakak !!!

    Nah bagi kalian yang mau menambah pengetahuan dan ingin tahu informasi yang menarik

    Silahkan kunjungi blog aku di INFO UNIK

    Ada juga game online terbaru yang seru
    di SUHU DOMINO

    Terima kasih !!!

    ReplyDelete

Petting Dengan Kakak

SUHU DOMINO SUHU DOMINO 6100game - Nama aku Dendi 18 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun...